Senin, 14 Maret 2011

INOVASI dalam PEMBELAJARAN BAHASA

Oleh Sri Pujiastuti
Universitas Negeri Yogyakarta

A.PENDAHULUAN
Dari beberapa kegiatan seminar, lokakarya, maupun pelatihan/diklat sertifikasi guru yang penulis ikuti sebagai narasumber, ada beberapa catatan yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan bersama bahwa pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia masih belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan KBK/KTSP. Para guru masih tampak belum memahami benar pendekatan komunikatif dan kontekstual. Ada pula dari mereka yang mengaku telah menggunakan pendekatan tersebut, namun pada praktiknya pembelajarannya masih tetap berpusat pada guru, guru mendominasi kelas, strategi mengajarnya masih tradisional, medianya pun belum bervariasi.
Kompetensi yang dicapai dalam pembelajaran Bahasa meliputi beterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Melalui pembelajaran keempat ketampilan berbahasa itulah bahasa dan sastra diajarkan. Pendekatan yang disarankan oleh kurikulum yang berlaku adalah pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif. Kedua pendekatan tersebut bersumber pada pendekatan konstruktivisme.
Guru bahasa perlu melakukan inovasi pembelajaran, khususnya pembelajaran pembelajaran bahasa Indonesia yang penulis ketahui, hal ini sesuai bidang studi penulis. Inovasi dalam pembelajaran selain dapat meningkatkan hasil belajar, dapat pula meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan citra pelajaran bahasa Indonesia dalam pandangan siswa.
Inovasi pembelajaran pada dasarnya dapat dilakukan melalui materi, media, dan metode pembelajaran. Motivasi berinovasi dari guru haruslah kuat, sebab tanpa kemauan yang kuat, banyak di antara mereka setelah selesai seminar, penataran, atau pelatihan, kembali mengajarnya masih tetap seperti semula. Hal ini seperti penulis ketahui pada evaluasi program PEQIP (Primary Education Quality Improvemen Program) untuk guru-guru sekolah dasar pada tahun 1992). Oleh sebab semangat untuk melakukan pembaharuan harus tetap dipompakan pada mereka.


Berikut ini akan dikemukakan uraian singkat pendekatan konstruktivis, yang merupakan induk atau sumber dari pendekatan komunikatif dan kontekstua,l serta pendekatan kontekstual dan komunikatif sendiri.
1. Pendekatan Konstruktivisme
Karakteristik pendekatan konstruktivisme yang dikemukakan oleh Mustaji dan Sugiarso (2005: 61-65) antara lain: (1) Tujuan umum dan khusus diarahkan oleh siswa, sistem, atau dengan cara negosiasi dengan guru; (2) Situasi belajar, lingkungan, keterampilan, isi dan tugas relevan, realistik, otentik, dan mewakili sifat kompleksitas dunia nyata; (3) Penekanan pada konstruksi pengetahuan, bukan reproduksi; (4) Konstruksi terletak pada konsteks individu dan melalui negosiasi sosial, kolaborasi, dan pengalaman; (5) Pengetahuan, keyakinan dan sikap sebelumnya dipertimbangkan dalam proses konstruksi pengetahuan; (6) Pemecahan masalah , keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan pemahaman yang dalam sangat ditekankan; 97) Belajar secara kooperatif dan kolaboratif disarankan untuk ”mengekspose” sudut pandang yang berbeda; dan (8) Penilaian Otentik. Karakteristik pembelajaran berdasar masalah, dan pembelajaran kolaboratif , penilaian otentik, dan realistik atau sesuai dengan dunia nyata inilah yang sangat mendasari munculnya pendekatan kontekstual.

2. Pendekatan Kontekstual
Sebagai suatu pendekatan tentunya pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik.yang khusus dalam tataran konsep maupun aplikasinya. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari , baik dalam konteks (pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang fleksibel dapat diterapkan / ditransfer dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lain.
Menurut Kasbollah (2002), ada 6 unsur penting dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) pembelajaran bermakna; (2) penerapan pengetahuan; (3) kemampuan berpikir tingkat tinggi; (4) kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; (5) dan tanggap terhadap budaya; dan (6) penilaian otentik. Pendekatan yang berdasarkan pendekatan kostruktivisme ini berlandaskan prinsip bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, kemudian berkembang. Pengetahuan itu untuk dikonstruksi dan diberi makna melalui penggunaan, yaitu pengalaman nyata yang dalam pembelajaran bahasa adalah kegiatan berbahasa.
` Selanjutnya, Kasbollah juga mengutarakan kata kunci pembelajaran kontekstual, yaitu: kerja sama; saling mendukung/menunjang; gembira; belajar dengan bergairah; pembelajaran terintegrasi; menggunakan berbagai sumber; siswa aktif, kritis, berpikir tingkat lebih tinggi;; sharing/ berbagi dengan teman; guru kreatif, pembelajaran tidak membosankan, ada hubungan kelas dengan dunia nyata, menggali informasi, belajar berbasis masalah, dan belajar bermakna. Dari uraian itu kerja sama, pemecahan masalah, gembira, dan kebermaknaan tampak menjadi ciri tersendiri pendekatan kontekstual ini.
Menurut Nurhadi & Senduk (2003: 39) realisasi filosofi konstrukivisme pada pembelajaran kontekstual di kelas muncul dalam 5 (lima) langkah pembelajarannya, yaitu: (1) pengaktifkan pengetahuan yang sudah ada; (2) pemerolehan pengetahuan baru; (3) pemahaman pengetahuan baru; (4) penerapan pengetahuan dan pengalaman baru; dan (5) perefleksian. Dengan adanya kata kunci pembelajaran dan realisasi pendekatan konstruktivis dalam lima langkah pembelajaran di atas, bila pendekatan kontekstual ini diterapkan dengan benar, siswa dapat memahami, menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa mereka dalam berbagai kesempatan, baik di sekolah, maupun di luar sekolah (di masyarakat).

3. Pendekatan Komunikatif
Jika pendekatan kontekstual merupakan pendekatan umum, artinya dapat dipakai dalam pembelajaran semua mata pelajaran, pendekatan komunikatif ini hanya untuk pelajaran bahasa saja. Hal ini sesuai dengan fungsi bahasa itu sendiri, yakni sebagai alat komunikasi. Dalam pembelajaran bahasa, ada dua kompetensi yang harus diajarkan, yakni kompetensi kebahasaan dan kompetensi performansi yang harus diajarkan melalui keempat aspek berbahasa.
Pendekatan komunikatif ini bukan menekankan pada penguasaan kaidah kebahasaan seperti pada pendekatan struktural, melainkan pada pemerolehan kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif terdiri atas kompetensi gramatika, sosiolinguistik, kewacanaan, dan strategi komunikasi.
Adapun karakteristik pendekatan komunikatif

B. Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa
Bagi guru yang akan melakukan pembaharuan dalam mengajarkan bahasa terlebih dahulu harus memahami perbedaan pendekatan yang dipakainya/melandasinya dalam pembelajaran. Kalau dulu kita mengenal pendekatan tradisional maka kita sekarang mengenal pendekatan kontekstual yang dianjurkan kurikulum dalam pembelajaran. Sehingga mereka akan mengetahui perbedaan cara mengajar dengan pendekatan tersebut, dengan demikian mereka dapat melakukan pembaharuan, dan pengambangan dalam mengajar. Adapun perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional adalah sebagai berikut:
Pendekatan Kontekstual Pendekatan Tradisional
1.Pemilihan informasi/materi berdasarkan 1. Pemilihan materi ditentukan guru
kebutuhan siswa
2. Siswa terlibat secara aktif dalam proses 2. Siswa secara pasif menerima in-
pembelajaran formasi
3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan 3. Pembelajaran sangat abstrak dan
nyata/masalah yang disimulasikan teoritis
4. Selalu mengaitkan informasi dengan 4. Memberikan tumpukan informasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa kepada siswa sampai saatnya di-
Perlukan
5. Cenderung mengintegrasikan dalam beberapa 5. Cenderung terfokus pada satu bi-
bidang dang tertentu
6. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk 6. Waktu belajar siswa sebagian be-
menemukan, menggali, bediskusi, berpikir kri- sar dipergunakan untuk menger-
tis, atau mengerjakan pyoyek dan pemecahan jakan buku tugas, mendengar ce-
masalah (melalui kerja kelompok) ramah, dan mengisi latihan yang
Membosankan (individual)
7. Perilaku dibangun atas kesadaran diri 7. Perilaku dibangun atas kebiasaan
8. Keterampilan dikembangkan atas dasar 8. Keterampilan dikembangkan atas
pemahaman latihan
9. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan 9. Hadiah dari perilaku baik adalah
Pujian atau nilai rapor
10. Sisa tidak melakukan hal yang buruk karena 10.Siwa tidak melakukan hal yang
sadar hal tersebut keliru dan merugikan buruk karena takut akan hukuman
11. Perilaku baik berdasarkan motivasi 11. Perilaku baik berdasarkan motiva
intrinsik si ekstrinsik
12. Pembelajaran terjadi di berbagai tem- 12. Pembelajaran hanya terjadi di kelas
pat, konteks, dan setting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar