Sabtu, 26 Maret 2011

PEDAGOGIK TRANFORMATIF DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

OLEH : FARICHIN

1. Konsep Pedagogik Transformatif
Pedagogik transformatif berarti ilmu pendidikan yang bersifat transformatif (berubah-ubah) sesuai dengan perubahan zaman dan realitas sosial. Pedagogik transformatif merupakan perkembangan dari paradigma konservatif atau postmodernisme dan paradigma liberal. Ada beberapa prinsip yang membuat pedagogik transformatif berbeda dari paradigma pendidikan yang lain tersebut. Prinsip tersebut adalah
1. pendidikan harus mampu membuka wawasan dan cakrawala berpikir baik pada guru sebagai pendidik maupun pada siswa sebagai peserta didik.
2. pendidikan harus dapat menciptakan ruang bagi peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis diri sendiri dan dunia di sekitarnya.
3. masyarakat, pendidikan, dan sekolah sebagai kontestan kekuasaan dan kontrol dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sinergi yang positif antar keseluruhan unsur tersebut untuk menciptakan suatu pendidikan yang bermakna.
4. kebenaran bersifat terbuka sehingga semua orang dapat meyakini kebenaran tersebut tanpa ada perkecualian.

Hal yang mendasari pedagogik transformatif
Pedagogik transformatif lahir dari suatu tuntutan zaman yang tak terelakkan. Tuntutan tersebut timbul karena beberapa hal yaitu
1. pendidikan dianggap sebagai pendidikan yang terasing dari kehidupan sosial. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendidikan yang merakyat dan dapat dirasakan kebermaknaannya oleh semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
2. peserta didik bukanlah objek tetapi subjek dalam proses pendidikan yang merupakan bagian dari komponen guru dan masyarakat. Dari sini akan tampak proses seorang anak sebagai peserta didik menyerap suatu pengetahuan dengan usahanya sendiri.
3. pendidikan bukanlah transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada peserta didik yang hampir tanpa inovasi dan kreasi. Dengan adanya penerapan pedagogik transformatif, diharapkan adanya perubahan guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran yang nantinya akan dipraktikan dalam proses pembelajaran di kelas.
4. terjadinya kemacetan transformasi sosial sehingga pendidikan di Indonesia masih jauh dikategorikan sebagai pendidikan yang kritis. Pendidikan masih berorientasi pada paradigma konservatif dan liberalis. Oleh karena itu, perlu adanya gerakan penciptaan pendidikan kritis yang sesuai dengan pedagogik transformatif.
5. pendidikan kita sulit dibedakan dengan pelatihan atau training. Hal ini terbukti dari proses pembelajaran yang cenderung searah yang secara tidak langsung memupus kreativitas peserta didik dalam mengembangkan gerak pikir yang bebas.
Dengan melihat kondisi di atas, diperlukan suatu kesadaran bersama untuk menempatkan dan melaksanakan pendidikan yang mampu mengantarkan anak ke arah kemandirian dalam menghayati hidup dan kehidupannya.
Adapun landasan yang diterapkan dalam pedagogik transformatif adalah
1. tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia.
2. pendidikan harus sesuai dengan konteks (kontekstual) yang ada di masyarakat sebagi lingkungan tempat hidup siswa.
3. pengakuan individual bahwa peserta didik memiliki karakteristik gaya belajar, minat, dan potensi yang dapat berkembang.
4. partisipasi yang menunjukkan manusia (peserta didik) yang telah mampu meraih kesuksesan yang lebih baik harus berpartisipasi sebagai penggerak perubahan bagi masyarakat.
Pedagogik transformatif di sekolah
Penerapan pedagogik transformatif di sekolah sudah mulai muncul dari adanya perubahan pandangan pada guru dan sekolah sebagai komponen pendidikan di lini terdepan. Perubahan pandangan tersebut tampak pada:
1. adanya kesadaran dan kemauan dari guru untuk mengubah model pembelajaran konvensional dengan model yang inovatif seperti kooperatif, kuantum.
2. adanya usaha memanfaatkan lingkungan sebagai sarana pembelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung sesuai konteks.
3. adanya usaha menciptakan pembelajaran yang “Paikem” (Pembelajaran, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan)
dengan pelaksanaan pedagogik transformatif di sekolah diharapkan pendidikan akan menciptakan generasi yang siap bersaing dalam era globalisasi.
Di samping hal di atas, ada beberapa kekuatan lain dari penerapan pedagogik transformatif di sekolah. Di antaranya adalah
1. adanya dukungan kurikulum yang membebaskan sekolah dan guru mengeksplorasi rencana pendidikan tingkat satuan pendidikan ke arah yang diharapkan.
2. dukungan sekolah mengikutsertakan guru dan tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.
3. adanya minat dan kemauan guru untuk mengubah pola pembelajaran yang lebih bermakna.
Namun demikian, ada pula tantangan yang harus diatasi dalam penerapan pedagogik transformatif di sekolah. Tantangan tersebut adalah
1. tidak semua guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan perubahan dalam proses pembelajaran.
2. masih adanya guru yang merasa menjadi penguasa di kelas sehingga adanya penekakan kreativitas siswa yang dipaksa mengikuti pola guru yang konvensional.
3. sistem kelas dan tata ruang yang menghambat mobilitas siswa dalam belajar yang bersifat kooperatif dan kontekstual.
4. sarana sekolah yang kurang memadai di beberapa daerah.

2. TEORI BELAJAR YANG COCOK UNTUK PEDAGOGIK TRANSFORMATIF
Untuk menentukan teori belajar yang paling memungkinkan diterapkan untuk pedagogik transformatif perlu dibandingkan kesamaan tujuan dan pandangannya. Dengan adanya kesamaan tersebut, dimungkinkan suatu teori belajar sesuai dengan pedagogik transformatif atau tidak. Menurut Tilaar, ada beberapa ciri dari pedagogik transformatif yaitu:
1. aspek pendekatannya berupa
a. individuasi partisipatif
b. penyadaran dan pengembangan potensi individu
c. humanisme sosiokultural
d. penggerak kebudayaan
2. guru sebagai mitra pembelajar
3. peserta didik sebagai subjek yang partisipatif
4. proses pembelajarannya dialogis partisipatif
berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dapat dilihat adanya kesesuaian antara pedagogik transformatif dengan teori belajar konstruktivisme. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari hal-halhal berikut ini
1. dilihat dari proses belajar yang berorientasi pada konstruktivesme, tampak adanya persamaan dengan pedagogik transformastif. Dalam konstruktifisme tampak adanya
a. belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman sehingga pengetahuan berubah.
b. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman dengan dunia fisik dan lingkungan (kontekstual)
c. Pengetahuan adalah kegiatan aktif peserta didik yang berinteraksi dengan lingkungan.
2. kegiatan bukanlah mentransfer pengetahuan dari guru melainkan kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
3. pembelajaran berarti partisipasi guru dan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
4. guru dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai mediator dan fasilitator agar siswa mampu mengekspresikan gagasannya.
5. peserta didik dianggap sebagai pemikir yang mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan.
Dari ciri-ciri yang ada pada pedagogic transformative,ternyata tertuang semua pada teori belajar konstruktivisme. Teori berlajar ini yang akan melahirkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti Contektual Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching, Quantum Learning, Coopertive Learning.

3. MODEL PEMBELAJARAN
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pedagogik transformatif adalah Jigsaw (Model Tim Ahli). Jigsaw merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada pendekatan Cooperative Learning. Pendekatan ini sangat sesuai dengan PT karena didasari dari satu tujuan mengubah pola pembelajaran tradisional ke arah yang lebih humanis.
Alasan pemilihan Jigsaw sebagai model pembelajaran yang sesuai dengan PT adalah
1. pembelajaran dengan jigsaw adalah pembelajaran berkelompok yang memungkinkan siswa sebagai peserta didik untuk berlatih menghargai pendapat orang lain; berkomunikasi dengan bahasa yang santun; mengungkapkan ide dan pikiran dalam berkomunikasi.
2. meskipun kerja berkelompok, kontribusi individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tim.
3. adanya kompetisi antartim sehingga peserta didik akan lebih tertantang untuk menggali informasi sedalam mungkin.
4. adanya tanggung jawab individu untuk menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada anggota tim lainnya.
5. hasil akhir daya serap terhadap informasi yang disampaikan bersifat individual sehingga akan lebih adil dan fair terhadap daya serap individu.
Dari hal-hal-hal di atas, tampak sekali bahwa Jigsaw sesuai dengan pedagogik transformatif Dalam jigsaw tampak semangat PT yang tergambar pada
1. kegiatan belajar berpusat pada siswa untuk mengekplorasi dan menemukan sendiri informasi yang diperlukan.
2. proses pembelajaran dialogis partisipatif antarsiswa di bawah kendali dan kontrol guru.
3. adanya kerja sama dan menghargai antarindividu dalam satu tim.
4. kerja sama dalam tim pada hakikatnya mendukung jasil kerja seluruh warga kelas.
5. guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.
6. semua individu memiliki tanggung jawab yang sama terhadap kemajuan seluruh anggota tim.
Dalam pelaksanaan model Jigsaw pada pembelajaran bahasa Indonesia, akan terjadi pembelajaran yang terintegrasi antarketerampilan bahasa. Semua keterampilan berbahasa di latihkan pada siswa. Sebagai contoh pada rencana pembelajaran membaca cerita yang merupakan inti kompetensi dasar, akan muncul pula keterampilan berbicara dan mendengarkan pada saat diskusi dan presentasi, dan keterampilan menulis pada saat mereproduksi cerita

Garis Besar Program Pembelajaran
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / semester : VII / 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami isi cerita anak dengan berbagai teknik membaca
Kompetensi Dasar : 7.1 menceritakan kembali isi cerita anak yang telah dibaca
Indikator : 1. mampu menentukan pokok-pokok isi cerita
2. mampu menyusun peta cerita
3. mampu menceritakan kembali cerita yang telah dibaca dengan bahasa sendiri
Waktu : 6 x 40 menit
Pendekatan Belajar : Cooperative Learning
Model Pembelajaran : Jigsaw ( Model Tim Ahli) dengan modifikasi
Materi Pelajaran : 1. Pokok-pokok isi cerita
2. cara pembuatan peta cerita berdasarkan poko cerita
3. menceritakan kembali dengan bahasa sendiri
Strategi pembelajaran : Penjelasan, diskusi, penugasan
Langkah-langkah kegiatan
I. kegiatan awal
a. apersepsi tentang cerita-cerita yang pernah dibaca.
b. motivasi tentang kebermanfaatan membaca cerita
II. Kegiatan Inti
a. penjelasan tentang pokok-pokok cerita.
b. Tanya jawab seputar pokok-pokok cerita
c. Pelaksanaan jigsaw
• Guru membagi siswa dalam kelompok yang bervariasi antara 4 – 5 anak.
• Guru menjelaskan aturan permainan dalam pembelajaran jigsaw
• Siswa berkelompok sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan.
• Guru membagi lembaran cerita
• Siswa membaca cerita yang telah dibagi
• Para tim ahli berdiskusi membahas hal-hal yang berkaitan dengan bidang keahliannya. Misalnya anggota nomor satu sebagai ahli peristiwa bertugas mencari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut; siswa nomor dua sebagai ahli setting menentukan setting cerita.
• Masing-masing anggota dalam tim ahli mencari dan menemukan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan keahliannya.
• Diskusi ahli selesai dilanjutkan dengan diskusi dalam tim semula. Dalam diskusi ini, masing-masing ahli bertugas menjelaskan hasil temuannya kepada seluruh anggota tim sampai anggota tim yang lain paham.
• Tim membentuk peta cerita berdasarkan hasil temuan dari masing-masing ahli.
• Presentasi laporan pembuatan peta cerita yang ditanggapi tim lain.
• Seluruh siswa menceritakan kembali cerita yang telah dibaca berdasarkan peta cerita yang telah dibuat oleh tim.
III. Penutup
a. Guru dan siswa merefleksi proses diskusi tim ahli.
b. Guru dan siswa merefleksi hasil pembuatan peta cerita.
c. Guru merefleksi reproduksi cerita
d. Pemberiab reward bagi tim terbaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar