Sabtu, 26 Maret 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMPN 2 BOJONG KABUPATEN TEGAL MELALUI PENGGUNAAN MODEL JIGSAW

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori
1. Hakikat Membaca
Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis(Tarigan,1986). Dari definisi Tarigan, yang ditekankan dalah tujuan membaca yaitu memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Berbeda dengan definisi membaca dari buku pelatihan baca dan tulis provinsi Jawa Timur. Di situ dikatakan bahwa membaca adalah partisipan aktif yang bisa memberikan kontribusi dalam membangun makna isi teks bacaan. (P3M SLTP,2001). Dari definisi ini yang ditekankan adalah proses pemahaman seorang pembaca sehingga dia memperoleh pemahaman yang baru dari bacaan yang dibaca. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan untuk mencari informasi dari suatu sumber tertulis. Penekanan dari kegiatan membaca adalah pemahaman secara penuh dari bahan bacaan yang dibaca. Hal ini didukung oleh Hartono dalam tesisnya. Dia mengatakan bahwa muara akhir dari kegiatan membaca adalah memahami ide atau gagasan baik yang tersurat, tersirat, bahkan tersorot dari bahan bacaan dalam membaca pemahaman yang menjadi produk yang bisa diukur(Suhartono,2001).
Ditinjau dari proses kegiatan membaca, kegiatan membaca melibatkan banyak hal yaitu aktivitas visual yang menerjemahkan simbol-simbol; proses berpikir yang mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, dan pemahaman; psikolinguistik; dan metakognitif (Rahim,2007) lebih lanjut, dijelaskan oleh klein,dkk dalam buku yang sama mengatakan bahwa membaca mencakup proses, strategi, dan interaktif. Sebagai suatu proses, membaca menunjukkan bahwa informasi dari teks dan pengetahuan pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna. Dari penjelasan tersebut menunjukkan seorang yang tidak pernah membaca akan mengalami kesulitan dalam memahami teks bacaan. Membaca sebagai strategi berarti pembaca menggunakan beberapa cara atau strategi untuk mengkonstruksi makna yang terkandung dalam bacaan. Membaca sebagai suatu interaksi berarti antara pembaca dan teks terlibat interaksi sesuai konteks isi teks. Dalam tahap ini pembaca sudah menemukan suatu kebermanfaatan dari membaca. (Klein dalam Rahim,2007). Dari kutipan di atas tampak sekali bahwa adanya satu lingkar keterkaitan yang tidak dapat diputuskan. Lingkar tersebut menyiratkan bahwa untuk dapat dengan mudah memahami suatu bahan bacaan, seseorang harus sering membaca. Pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh dari bahan bacaan lama akan membantu pembaca untuk membentuk pengetahuan baru pada bacaan yang lain.
Lingkar keterkaitan antara kuantitas membaca seseorang dengan kemampuan memahami suatu bacaan dikatakan sebagai komprehensi membaca. Seperti dikatakan oleh Bourmouth (dalam Zuchdi,2007) yang menginformasikan bahwa kemampuan komprehensi merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digenaralisasi yang memungkinkan orang memperoleh informasi dari kegiatan ,membaca yang dilakukan.
Begitu pentingnya kegiatan membaca untuk kemampuan berkomunikasi secara menyeluruh. Untuk dapat meningkatkan minat baca anak, kita harus mengetahui strategi yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pembinaan minat baca adalah (1)kesesuaian bahan bacaan dengan minat baca; (2)fasilitas ruang baca yang memadai dan nyaman; (3)pengelolaan waktu membaca; (4) simbiosis antara televisi dan bahan bacaan; (5)bahan bacaan dan seni pertunjukan. (Jamaludin,2003). Cara-cara tersebut, ternyata membutuhkan kesabaran dan kepandaian orang tua untuk mengatur situasi sedemikian rupa. Di samping itu, biaya yang cukup besar juga harus disediakan untuk mengadakan sarana dan prasarana yang mendukung. Barangkali cara di atas tidak akan semuanya dapat dilaksanakan. Yang terpenting, usaha untuk menciptakan yang mungkin dapat dilaksanakan agar minat baca siswa dapat meningkat.
Ada beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan bahan bacaan. Landasan tersebut dihubungkan dengan fase pembelajaran membaca. Fase tersebut adalah usia fantasi anak (2 – 4 tahun ), usia dongeng ( 4 – 8 tahun ), usia petualangan ( 8 – 12 tahun ), usia kepahlawanan ( 12 – 15 tahun ),usia liris romantis (15 – 20 tahun) (Jamaludin,2003). Acuan tersebut, diharapkan dapat menjadi pedoman pemilihan bahan bacaan yang sesuai dengan minat siswa. Pada akhirnya diharapkan minat baca siswa terangkat seiring dengan peningkatan penalararan mereka memahami informasi dari bahan bacaan tersebut. Yang perlu diingat adalah jangan pernah memaksa anak untuk membaca sesuatu bacaan yang dia tidak suka.

2. Jenis Membaca
Beberapa jenis membaca yaitu
a. membaca sekilas (skimming) yaitu tipe membaca dengan menjelajah bacaan secara secara cepat agar dapat memetik ide-ide utama. Beberapa alasan seseorang melakukan membaca sekilas yaitu
• menemukan sepenggal informasi khusus dalam suatu alinea.
• memetik secara cepat ide pokok.
• memeriksa apakah bahan tersebut dapat diloncati atau tidak.
• memanfaatkan waktu setepat mungkin.
b. membaca sepintas ( Scanning ) yaitu teknik pembacaan sekilas tetapi dengan teliti untuk menemukan informasi khusus. Yang termasuk jenis membaca ini adalah membaca buku daftar telepon, membaca kamus, indeks, dan lain-lain.
c. membaca teliti (Close reading) adalah cara dan upaya untuk memperoleh pemahaman sepenuhnya atas suatu bacaan. Tujuan membaca jenis ini lebih luas dibandingkan dengan jenis membaca yang lain. beberapa tujuan yang dapat dikemukakan adalah
• mengingat dan memahami ide-ide pengarang
• menganalisis para tokoh
• memahami konsep-konsep khusus
• melukiskan hubungan-hubungan
• mencari pola-pola
• menganalisis gaya
(Tarigan, 1986). Dari jenis membaca yang diungkapkan di atas, membaca pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini termasuk dalam jenis membaca teliti. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini membaca pemahaman yang ditekankan adalah pembaca memahami semua ide-ide pengarang dalam bacaannya. Ide-ide atau poko-pokok karangan ini yang akan dipolakan dengan menghubung-hubungkan antarpokok cerita menjadi peta cerita.
Membaca dapat dilakukan dengan bersuara maupun tanpa suara. Membaca dengan bersuara biasanya disebut dengan membaca teknik. Dalam jenis ini yang dipentingkan adalah ketepatan intonasi yang meliputi tempo, nada, tekanan, dan jeda. Contoh nyata dari membaca teknik adalah membaca tata urutan upacara, membaca berita, membaca susunan acara, membaca pengumuman, membaca cerita pendek, membaca puisi, dan lain sebagainya. Lain halnya dengan membaca tanpa suara. Membaca jenis ini yang diutamakan adalah pemahaman pembaca untuk menyerap informasi yang terkandung dalam bahan bacaan. Yang termasuk dalam membaca ini adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman termasuk dalam membaca teliti atau close reading. Dari semua uraian di atas, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa apapun jenis membacanya, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mencari dan memahami informasi yang dibutuhkan. Membaca tanpa memahami isi atau informasi yang dibaca berarti belum membaca dengan benar.

3. Metode Pembelajaran Membaca
a. Jigsaw (Model Tim ahli)
Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran berorientasi pada tugas dan kerja sama kelompok. Jigsaw juga biasa dikenal dengan model pembelajaran tim ahli karena di dalam jigsaw siswa diberi tugas sebagai ahli-ahli yang telah ditentukan. Meskipun berkelompok, jigsaw sudah berusaha didesain agar setiap siswa bekerja secara bersama tanpa menghilangkan peranan penting individu. (Slavin,2008) Lebih lanjut Slavin mengatakan bahwa dalam pelaksanaanya, jigsaw telah mengeliminir sisi negatif dari tugas kelompok yang konvensional yang memungkinkan adanya penguasaan pekerjaan tugas oleh satu atau dua orang saja.
Ada beberapa kekuatan dari model jigsaw yang dapat dikemukakan berdasarkan sistematika kerjanya. Kekuatan tersebut yaitu
1) Siswa belajar berkelompok sehingga memungkinkan siswa yang lemah terhadap pemahaman suatu bacaan akan terbantu pemahamannya oleh siswa yang kuat.
2) Semua anggota kelompok (individu) memiliki tanggung jawab yang sama untuk kesuksesan tim. Kelemahan satu anggota akan menjadi kelemahan tim secara keseluruhan.
3) Dalam waktu singkat siswa akan memahami suatu konsep bacaan yang luas.
4) Memungkinkan terintegrasinya semua keterampilan bahasa.
5) Memungkinkan adanya pengintegrasian lintas mata pelajaran.
6) Sifat kompetitif sangat cocok dengan semangat remaja yang ingin menonjolkan diri dan kelompoknya.
Lebih lanjut Slavin mendeskripsikan situasi pembelajaran yang memungkinkan penerapan Jigsaw. Situasi tersebut adalah
1) materi yang dipelajari narasi tertulis.
2) tujuan lebih pada kemampuan penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.
3) bahan berupa bab, cerita, biografi, narasi/deskripsi.
Langkah-langkah pelaksanaan Jigsaw menurut Slavin adalah
1) Persiapan
a) penentuan materi
i. pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit lainnya.
ii. Buatlah lembar ahli untuk menuntun siswa memfokuskan konsentrasi saat membaca
iii. Buatlah kuis, tes esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk setiap unit.
iv. Buatlah skema diskusi untuk mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.
b) Membagi siswa ke dalam tim. Pembagian siswa harus heterogen antara jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan lainnya. Di sini dimaksudkan agar tidak terjadi pengelompokkan siswa tertentu yang dapat menyebabkan tujuan pembelajaran tidak mengenai sasaran pada seluruh warga kelas.
c) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli. Dalam pembagian ke dalam kelompok ahli juga harus diperhatikan heterogenitas anggota tim ahlinya.
d) Penentuan skor awal. Skor awal adalah nilai dasar dari siswa yang nantinya akan dijadikan salah satu unsur yang dinilai dalam penentuan tim juara. Skor awal dapat diperoleh dari rata-rata hasil pembelajaran sebelumnya atau dari nilai pada semester sebelumnya. Penentuan skor awal ini akan membangkitkan motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi timnya.
2) Pelaksanaan Jigsaw
a) Membaca
siswa membaca bagian materi yang menjadi tugasnya dalam ahli. Sebagai contoh siswa nomor satu membaca subbab pertama; siswa nomor dua membaca subbab kedua; dan setrusnya.
b) Diskusi Kelompok ahli
Diskusi ini bertujuan menemukan dan menyatukan persepsi informasi yang ada dalam bacaan. Pelaksaannya adalah semua siswa yang membaca subbab pertama (ahli subbab pertama) berkumpul dengan ahli yang sama. Demikian pula pada ahli yang lain.
c) laporan tim.
Setelah siswa dalam kelompok ahli menemukan satu informasi yang utuh
d) Tes individual
e) Recognisi tim yaitu penghitungan skor tim. Tim dengan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan.
Model Jigsaw sangat terbuka untuk dimodifikasi. Yang dimaksud dengan Jigsaw modifikasi adalah jigsaw yang pelaksanaannya dikembangkan dengan menambahkan unsur-unsur lain di luar jigsaw yang standar. Karena sifatnya yang lentur, model pembelajaran ini sangat memungkinkan dilakukan modifikasi. Modifikasi dapat dilakukan pada proses diskusi kelompok ahli, pembuatan laporan, tes individual, atau dengan cara menggabungkan jigsaw dengan model yang lainnya.


b. Metode PQRST
pemberian nama metode ini didasarkan pada singkatan tahapan pelaksaannya. Tahapan pelaksanaan dari metode ini diawali dari P (preview), Q (Question), R (Read), S (Summarize), T (tes). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pelaksanaan metode PQRST tersebut.
P (preview)
Kegiatan ini adalah melakukan pengamatan awal meneganai identitas buku. Yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalh mengetahui judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, daftar isi. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengetahui manfaat untuk pembaca saat itu. Di samping itu, juga dapat dijadikan pedoman apakah kita perlu membaca buku tersebut atau tidak.
Q (Question)
Setelah melakukan kegiatan membaca sekilas pada tahap pertama, pembaca akan membuat pertanyaan tentang informasi apa yang dibutuhkan dalam buku tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk membembing dan memfokuskan terhadap informasi yang dibutuhkan.
R (Read)
Tahap ini adalah kegiatan membaca secara teliti dari bagian awal sampai pada bagian akhir buku.
S (Summarize)
Setiap satu bagian kecil dari buku yang dibaca, lakukanlah peringkasan agar informasi yang telah dibaca dapat terekam dengan baik. Kegiatan ini dilakukan Karen seringkali informasi yang diperoleh tidak utuh saat kita membaca keseluruhan isi buku. Dengan kegiatan ini, kejadian terlupa pada informasi yang telah diperoleh dapat dikurangi.
T (tes)
Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman kita terhadap isi bacaan. Tes ini juga dijadikan pedoman apakah informasi yang kita butuhkan sudah terekam semua. Apabila hasil tes belum sesuai, kita dapat mulai membaca kembali pada bagian yang kita perlukan saja.
(Direktorat PLP, 2005)

c. Metode SQ3R
Metode ini hampir sama dengan PQRST tentang masalah pemberian namanya. SQ3R adalah kepanjangan dari Survey, Question, Read, Recall, Review. Tahapan pelaksanaannya adalah
Survey (menyurvey). Tahap ini adalah tahap mengetahui identitas buku. Survey termasuk tahap pramembaca dalam proses membaca.
Question (bertanya dalam hati). Tahap ini adalah tahap di mana pembaca membuat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat prediktif. Tahap ini bertujuan untuk mencocokkan isi buku dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan.
Read (membaca). Dalam tahap ini dilakukan kegiatan membaca secara teliti sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan.
Recall (mengendapkan dan mengingat kembali). Tahap ini adalah tahap seseorang mengendapkan apa yang telah dipahami dengan berhenti sejenak. Pada tahap ini dapat pula dilakukan pencatatan-pencatatan terhadap informasi yang telah diperoleh.
Review (melihat ulang secara selintas. Tahap ini dilakukan dengan membaca keseluruhan isi buku secara sepintas. Tahapan ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman terhadap informasi yang kita peroleh. Di samping itu, tahap ini juga dapat dijadikan sarana untuk menemukan hubungan antarbagian dalam buku sehingga informs yang diperoleh utuh.
(Direktorat PLP, 2005)
Metode yang diungkapkan di atas bukan satu-satunya metode pembelajaran membaca yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan keefektifan membaca siswa. Masih banyak metode, model, teknik, atau strategi lain yang dapat dijadikan acuan. Metode di atas hanyalah contoh dari sekian metode yang inovatif. Pelaksanaan dan pemilihan metode, bergantung pada guru yang akan melaksanaan pembelajaran di kelas.

B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang pembelajaran membaca sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait dengan pemebelajaran membaca, membahas tentang model, metode, dan teknik pembelajaran membaca. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penerapan model, metode, dan atau teknik membaca yang ada. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model, metode, strategi, dan teknik membaca yang inovatif, terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca.
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan tentang penggunaan teknik membaca adalah Penggunaan Teknik ECOLA (Extending COncept through Language Activities), untuk meningkatkan efektivitas membaca mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Zuchdi Dkk ini dengan hasil sebagai berikut: penggunaan teknik ECOLA terbukti meningkatkan rerata nilai membaca mahasiswa sebesar 2,1875. Di samping itu, ada beberapa temuan yang mendukung keberhasilan penerapan ECOLA. Temuan tersebut adalah (1) mahasiswa cenderung bersemangat, antusias, dan dinamis; (2) kemampuan bekerja secara tim meningkat; (3) teknik ini mengeliminir terjadinya salah konsep terhadap bahan bacaan. (Zuchdi,2006)
Penelitian lain yang dilakukan Zuchdi DKK yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan dan Kemandirian dengan Teknik PreReading Plan” dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknik PReP terbukti dapat meningkatkan komprehensi membaca. Di samping itu, teknik ini juga dapat meningkatkan kemandirian dengan peningkatan dari 17,16% pada saat pretes menjadi 44,44% setelah post tes. (dalam Zuchdi,2007)
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Hartono dalam tesis Pascasarjananya yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Teknik Skimming-scanning,SQ3R, dan konvensional pada Siswa Pria dan Wanita Kelas 1 SLTP. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan yang signifikan antara teknik yang digunakan. Teknik skimming-scanning lebih efektif daripada teknik konvensional; teknik SQ3R lebih efektif darpada teknik konvensional, dan teknik SQ3R lebih efektif daripada teknik skimming-scanning. Dilihat dari jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa membaca pemahaman siswa wanita lebih baik daripada siswa pria.
Dengan tiga penelitian di atas menunjukkan betapa pentingnya metode, teknik, atau strategi pembelajaran. Metode, teknik, atau strategi ini telah terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa. Ada beberapa teknik, metode, atau strategi yang dapat kita terapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman. Metode-metode tersebut adalah

C. Kerangka Pikir
Kemampuan membaca pemahaman siswa di kelas VII SMP Negeri 2 Bojong, Kabupaten Tegal masih kurang. Hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sebesar 6,5. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
a. media atau buku bacaan yang kurang menarik yang tersedia di perpustakaan
b. penggunaan model pembelajaran yang kurang inovatif dalam pembelajaran membaca.
c. Proses membaca siswa kurang mendapat perhatian oleh guru sehingga memungkinkan siswa yang melakukan duplikasi jawaban siswa lain dalam mengerjakan tugas pascamembaca.
Kondisi semacam itu tentunya akan sangat mengganggu mentalitas siswa untuk menggali pengetahuan dengan membaca. Oleh karena itu, agar tidak berlarut kondisi tersebut perlu dicarikan solusi yang dapat menyadarkan siswa akan pentingnya membaca tanpa membebani siswa dengan kegiatan rutinitas yang membosankan. Salah satu solusi yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Pemilihan alternatif ini didasarkan pada tingkat kemudahan pengambilan solusi dari permasalahan yang ada. Penerapan suatu model atau metode tidak memerlukan biaya yang besar. Cukup dengan keinginan untuk maju dari guru, waktu luang untuk mempersiapkan skenario pembelajaran yang inovatif, dan sedikit sarana, kita dapat melakukan inovasi pembelajaran demi kemajuan siswa. Dalam pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan jigsaw. Keinovasian dalam model pembelajaran Jigsaw dibandingkan dengan model konvensional adalah
a. Kegiatan dilakukan secara berkelompok.
b. Semua individu memiliki tanggung jawab yang sama besar terhadap kemajuan timnya.
c. Adanya sifat kompetitif antartim.
d. Terintegrasinya semua keterampilan berbahasa dalam satu rangkaian kegiatan pembelajaran.
e. Siswa akan lebih mudah mengerjakan tugas atas bantuan teman lain.
f. Karya produk siswa berupa karangan sudah sesuai dengan proses yang seharusnya.
Dengan penggunaan model pembelajaran ini, diharapkan siswa akan tertarik untuk membaca karena timbulnya kesadaran akan manfaat membaca. Pada akhirnya diharapkan pula prestasi akademik dan nonakademik siswa baik yang terkait dengan mata pelajaran bahasa Indonesia maupun yang lainnya akan meningkat. Hal ini disebabkan pengaruh kemampuan membaca yang telah terasah dengan baik.

D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model jigsaw yang dimodifikasi mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa yang ditandai dengan pemahaman siswa terhadap isi. Pemahaman tersebut dibuktikan dengan mampunya siswa memahami keseluruhan isi bahan bacaan dan kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar