Minggu, 20 Maret 2011

UNSUR PEMBANGUN PROSA

Untuk dapat menulis sebuah karya sastra seperti Cerpen tentunya tidak terlepas dari pengetahuan tentang unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur pembentuk atau disebut juga unsur intrinsik sebuah Cerpen tidak berbeda dari unsur intrinsik prosa pada umumnya. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Tema
2. Tokoh dan perwatakan
3. Alur cerita
4. Setting atau latar belakang
5. Sudut pandang cerita.
Tema merupakan ide pokok sebuah karangan. Untuk membuat sebuah cerita pendek, kita tidak perlu berpusing-pusing mencari tema. Banyak sekali sumber tema yang ada di sekitar kita. Sebagai cara termudah, pilihlah salah satu sumber ide yang ada di sekitar kita. Dari situ tema akan muncul dengan sendirinya.
Tokoh dan perwatakan dalam sebuah Cerpen merupakan sebuah keharusan. Hal itu terjadi karena sebuah cerpen pada hakikatnya menceritakan peristiwa yang dialami tokoh cerita. Dari tokoh yang memeiliki beraneka karakter tersebut itulah akan memunculkan konflik-konflik cerita. Bukankan sebuah cerita tanpa konflik akan terasa hambar? Dengan demikian Cerpen tanpa tokoh akan menjadi Cerpen yang kurang sempurna.
Yang tak kalah pentingnya dalam sebuah Cerpen adalah alur. Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang membentuk satu kesatuan cerita yang utuh. Ibarat kata, alur adalah jalannya cerita yang ingin kita tampilkan. Apakah cerita itu berjalan mulus atau berbelok-belok tergantung dari bentuk alur yang akan kita tampilkan.
Secara umum alur sebuah cerita terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah:
1. Introduce atau tahap memperkenalkan tokoh cerita. Pada tahap ini tokoh-tokoh cerita mulai kita munculkan terutama tokoh utama.
2. Action. Tahap action ini berisi mulai dimunculkannya konflik awal sebuah cerita. Yang perlu diingat, usahakan pada tahap ini menimbulkan pembaca penasaran terhadap Cerpen yang kita buat. Tahap ini akan menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh para pembaca Cerpen kita. Apabila tahap ini kurang greget, pada umumnya pembaca tidak akan meneruskan membaca Cerita yang kita suguhkan. Berikut ini adalah contoh dari tahap introduce yang dilanjutkan dengan action.
Duduk termangu seorang diri dalam sebuah kereta malam yang melaju kencang menuju Yogyakarta membuat perasaanku hanyut dalam masa silam. Kenangan manis silih berganti menyulam benakku. Putriku Salma yang baru berusia tiga tahun, tergolek di pangkuan dalam keletihan.
Sesaat ingatan pada Retno mengoyak pilu hatiku. Kugigit bibirku kuat-kuat menahan tangis. Badai kesediahan mengalir deras. Anakku yang masih kecil ini tak akan mengerti mengapa tante No yang sangat menyayanginya dan selalu memberinya hadiah tak akan pernah berkunjung lagi kerumah.
(Mimpi yang Dibawa Pergi, Dewi Priatni)
Pada penggalan cerpen di atas tampak pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh ceritanya pada pembaca. Di situ tampak ada tokoh aku dan Retno yang akan menjadi tokoh sentral. Di samping itu pengarang juga menampilkan tokoh lain yaitu Salma. Yang tidak kalah pentingnya adalah di awal bagian cerita pengarang sudah mulai memunculkan suatu awal konflik yang membuat pembaca bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi?; Siapa sebenarnya Retno dan Aku? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membuat pembaca penasaran dan akan terus membaca cerita sampai selesai.

3. Rising Action. Pada tahap ini mulai dimunculkannya konflik yang memperkuat ketegangan yang kita suguhkan pada cerita yang dibuat. Tahap ini disebut juga tahap ketegangan atau perumitan. Untuk dapat menimbulkan ketegangan, kita dapat memperparah konflik utama yang telah kita tentukan dengan konflik-konflik lain sehingga permasalahan yang dialami tokoh cerita semakin kompleks. Yang perlu diingat bahwa jangan terlalu banyak konflik-konflik kecil kita ungkapkan di sini karena keterbatasan jumlah halaman sebuah cerita pendek.
4. Klimaks atau puncak konflik. Pada klimaks ini pembaca digiring secara emosi untuk mengikuti peristiwa cerita sampai puncak permasalahan. Ciri sebuah klimaks adalah munculnya ketegangan pada pembaca untuk segera mengetahui akhir penyelesaian konflik yang disajikan. Untuk menciptakan sebuah klimaks yang bagus, buatlah klimaks yang tidak seperti biasanya. Klimaks yang tidak terduga juga merupakan daya tarik tersendiri. Sebuah cerita yang akhir ceritanya sangat terbuka untuk ditebak oleh pembaca terkadang kurang diminati. Buatlah pembaca merasa puas setelah membaca cerita kita dari awal sampai akhir.
5. Ending atau penyelesaian. Setalah cerita sampai pada puncaknya, cerita membutuhkan penyelesaian. Buatlah penyelesaian yang bijaksana. Pada umumnya penyelesaian ini akan menentukan amanat atau pesan moral yang ingin kita sampaikan pada pembaca cerita kita. Berikut ini adalah contoh bagian ending sebuah cerpen
Saat kereta melaju kembali ke Jakarta, aku merasa lebih tegar dan tenang. Jiwaku telah terlepas dari himpitan satu kesedihan yang mendalam karena semuanya telah kupasrahkan pada Illahi Robbi. Tempat kembali yang paling indahadalah di sisi-Nya. Dia adalah pencipta dan pemilik keabadian.
Bagian alur yang lain adalah setting atau latar belakang. Setting mengungkapkan tempat, waktu, dan suasana sebuah peristiwa yang terjadi. Setting ini kita ungkapkan dalam dalam bentuk ilustrasi yang berkenaan dengan tempat, waktu, dan suasana. Setting yang baik adalah setting yang mampu menghadirkan tempat, waktu, atau suasana ke dalam alam pikiran atau imajinasi pembaca. Oleh karena itu, pendeskripsian sangat penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat setting adalah
1. Ungkapkan keseluruhan panca indra secara detail agar gambaran tempat, waktu, dan suasana yang ingin kita ungkapkan sama persis ditangkap oleh pembaca.
2. Pergunakan majas atau gaya bahasa agar lebih terasa enak dibaca.
3. Jangan mengungkapkan sesuatu secara berbelit-belit karena akan membuat pembaca bosan.
4. Gambarkan reaksi tokoh pada saat dialog atau menanggapi dialog.
5. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas, usahakan setting merupakan sesuatu yang telah akrab dengan kita. Bagaimana mungkin kita dapat menggambarkan suasana hutan secara lengkap kalau kita tidak pernah mengambah hutan. Demikian pula rasanya kita tidak dapat menggambarkan susana kota dengan pas kalau kita tidak pernah ke kota.
Berkenaan dengan itu, dapat kita ketahui bahwa ilustrasi atau gambaran terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Ilustrasi Awal yang biasanya menggambarkan tentang setting atau kemunculan tokoh pada awal cerita. Berikut ini contoh ilustrasi awal yang menunjukkan kemunculan tokoh
Wajahnya yang cakep dan tubuhnya yang tegap membuat Abelina Sukma memutar badan hampir 180 derajat untuk sekadar memendang cowok itu. Langkahnya yang lebar-lebar masih dia ikuti dengan ekor matanya . sebelum akhirnya menghilang di balik dinding ruang kuliah fisiologi. ‘Oh Tuhan, siapa dia?’ tanya Abel dalam hati. Namun, dia merasa malu sendiri ketika mendapati dirinya terkagum pada lelaki yang baru dilihatnya sesaat.
(Siapa Dia, Fitri Hariyanti)
2. Ilustrasi tindakan berisi tentang gambaran tindakan atau reaksi tokoh terhadap dialog atau tindakan tokoh lain. berikut ini contoh dialog yang disertai dengan ilustrasi tindakan dari tokohnya
“Za, lu ngapain sih dari tadi ngeliat ke luar terus?” tanya Acid sambil menelungkupkan mukanya di atas meja. Firza yang ditanya begitu malah bengong saja. Dia lagi asyik terbawa lamunanya.
“Za, lu dengerin gue gak sih?”tukas Acid lagi. Ditepuknya bahu Firza dengan agak keras.
“Oh apaan Cid?”
“Ya ampun,Za. Jadi dari tadi gue ngomong sendiri nih? Ga lu dengerin?”
“aduh sori deh Cid…gue gak tau!”
“Huh dasar, emang lu lagi mikiran apa sih Za? Mikirin Tora lagi?”
Firza terdiam. Tebakan Acid tepat banget. Firza memang lagi mikirin Tora, tapi dia menyangkalnya.
“Ga kok… Aku lagi mikirin kapan hujan ini reda. Ntar baliknya gimana dong?” jawab Firza asal.
( Cowok Matre , Ayusya Puyalalita)
3. Ilustrasi fisik tokoh berupa penggambaran fisik tokoh. Untuk penentuan fisik tokoh ini jangan lupa karakter yang dimilikinya. Berikut ini adalh contoh ilustrasi fisik tokoh
Deg, jantung Fani berdegup keras tak karuan saat Fido cowok yang begitu dikaguminya masuk ke dalam kantin. Cowok ganteng dengan kulit kuning kecoklatan dibalut oleh singlet bertuliskan ‘I am a King’ semakin memesona Fina. Kumis tipisnya begitu melenakan hatinya manakala dari bibirnya yang tipis tersungging sebentuk senyuman yang akan menggetarkan hati perempuan manapun.

Yang tak kalah pentingnya dalam pengungkapan unsur cerita adalah sudut pandang. Sudut pandang adalah cara pengarang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh cerita yang dibuat. Ada beberapa sudut pandng cerita yang dapat kita lakukan, yaitu:
1. Sudut pandang “Akuan” yaitu pengarang seolah-olah menceritakan kisah hidupnya kepada pembaca. Ini ditandai dengan penyebutan tokoh dengan menggunakan kata [aku]. Sudut pandang ini terbagi menjadi dua yaitu [aku] sebagai tokoh utama dan [aku] sebagai tokoh pendamping.
2. Sudut pandang orang ketiga. Dalam bentuk sudut pandang ini, pengarang seolah-olah hanya menceritakan peristiwa yang dialami oleh tokoh lain yang menjadi tokoh sentral cerita. Bentuk ini biasanya ditandai dengan penggunaan nama-nama orang untuk merujuk tokoh sentral cerita.
Untuk lebih mudahnya kita memahami sudut pandang penceritaan, marilah kita lihat contoh penerapan dalam cerpen yang ada.
Contoh sudut pandang orang pertama
Aku duduk seraya menikmati secangkir kopi hangat di bawah redupnya cahaya lampu kafé Meirasco. Sebuah kafé kecil yang terletak tak jauh dari perempatan jalan menuju Desa Ciloang. Meski kafé ini kecil, bukan berarti kecil pula pengunjungnya. Banyak muda-mudi yang datang kemari bersama pasangannya atau yang masih single sekedar duduk-duduk menikmati kehangatan suasana yang disajikan di tempat ini. Mulai dari anak SMP, SMA, hingga anak kuliahan, ramai singgah kemari. Walau terkadang, ada juga om-om dan tante-tante yang masih memiliki jiwa muda serta ingin kembali disebut remaja, mampir ke tempat ini.
Letaknya yang strategis, musik yang melankolis, serta keapikan tatanan ruang kafé, sungguh terasa begitu harmonis dengan hati para pengunjung. Aku berbicara seperti ini, bukan karena aku dekat dengan si empunya tempat, melainkan sebagai sebuah ungkapan nurani yang menjalar dalam luar ruang sadar diriku.
Hampir setiap hari, saat semburat jingga di langit menyambut pelita malam, aku berada di sini. Sekedar menikmati keestetisan kota, sekaligus menemui gadis pujaanku ditemani secangkir kopi panas yang biasa tersaji sebagai menu favoritku. Untuk yang lainnya…. tidak! Terlalu berat untuk isi kantongku. Meski sebenarnya, aku bisa mendapatkannya dengan cara gratisan. Karena pemilik kafé terlalu bersikap baik kepadaku. Namanya Mawar. Dia kekasihku. Meski begitu, harga diriku lebih mahal ketimbang secangkir kopi ataupun sajian lainnya untuk kuberikan kepada kekasihku.
(Kirimi Aku Bunga Mawar, Wangsa Nestapa)


Contoh sudut pandang orang ketiga

Musim hujan di akhir tahun menyebabkan udara dingin, merupakan keadaan yang sangat ditakuti Novia dan seisi rumahnya. Dia mengidap penyakit asma sejak kecil. Udara dingin akan menyebabkan dia sulit bernapas.

Papa Karim sudah berkonsultasi pada dokter ahli penyakit dalam mengenai asma yang diderita Novia. Kata Dokter Asmadikun, asma bronkial itu bersifat alergi keturunan. Selain debu rumah, bulu binatang, kambuhnya asma, juga disebabkan beberapa jenis bunga.
Mama Solehat, Papa Karim, Kak Fatimah, Bik Supiah, seisi rumah cemas setiap kali Novia pergi sekolah, les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Semua baju hangat milik gadis yang mulai beranjak remaja itu dikeluarkan.
Abel, teman dekat si bungsu itu, pun cemas bila tiba musim hujan. Abel siap mengantar dan menjemput Novia les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Tetapi, Abel, siswa kelas tiga SMU itu, tidak dapat mengantar dan menjemput pada sore hari. Dia pun les Inggris pada senja hari.
(Flamboyan Merah Jingga, Oleh: K. Usman )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar