Senin, 16 Mei 2011

LEGALITAS PERSELINGKUHAN DALAM SOSIOKULTURAL

Zaman memang sudah gila, lha, bagaimana tidak, perzinaan seakan sudah menjadi barang biasa. Pelaku perzinaan seakan gak merasa bersalah. kayak kang Seri itu. Lelaki tua yang umurnya tinggal menunggu giliran saja masih doyan sama perempuan. lebih parahnya lagi, yang jadi incaran kali ini Yu Pahing, istrinya kang wirid, yang bekerja jadi tukang becak di Jakarta. Yu Pahing rupanya sudah gak tahan jadi jablai karena Kang Wirid waktunya habis untuk menaiki becak, sementara istrinya dianggurin saja. Sementara Kang Seri, yang wajahnya selalu berseri-seri masih dengan gairah mudanya dalam casing tubuh yang sudah keriput membutuhkan pelabuhan hasratnya. Istrinya sudah tidak mampu melayaninya lagi. Sudah menopouse katanya.

pucuk dicintai ulam pun tiba. Sama-sama butuh. "Gendul ketemu cupuny" kata orang Jawa bilang. terjadilah perselingkuhan yang diharapkan oleh setan (padahal mereka yang mengharapkan). gilanya lagi, istri Kang Seri sudah mengendus kelakuan suaminya. gila....gila..... agama sudah pada kemana ya?

akhirnya sepandai-pandai menyimpan bangkai, terbongkar juga baunya. Kang Wirid tahu, istrinya, Yu Pahing, berselingkuh dengan kang Seri yang katanya masih bau sodara. Kang Wirid naik pitam. Dengan semangat empat lima penuh amarah dia pulang dari Jakarta meninggalkan becak kesayangannya. hatinya panas, terbakar.

setelah lama perjalanan dari Jakarta sampai rumah, kang Wirid masih menyimpan amarahnya yang kini dibungkus tenaga yang kian loyo. istrinya menyambut dengan muka cemberut menampakkan sikap siap didamprat suaminya. tiba-tiba muncul juga kata-kata dari mulut kang Wirid.
"Kamu tuh apa gak malu melakukan perzinaan dengan kang Seri?"
"Pake, gak usah marah-marah gitu deh. Ini juga salah sampean." potong Yu Pahing.
"lha salahku apa? wong aku kerka keras banting tulang di Jakarta kok!" bela kang Wirid.
"Ya, memang. tapi apa pernah sampean kirim untuk anak istri? kami butuh uang pak, butuh duit.!!!!"
"lalu apa hubungannya kamu butuh duit dengan selingkuhnya kamu?" bentak kang Wirid mencoba menyudutkan.
"Lha kang Seri kan ngasih duit ke aku. sebagai imbalannya, ya, dia juga kan butuh pelampiasan. aku pikir daripada aku banyak utang, dan juga aku kan butuh itu, mengapa tidak?"
"Apa................"
Kang Wirid tertegun. Sebagai suami dia merasa tidak bertanggung jawab. Lalu diambinya tas kresek bawaannya dan segera diserahkan pada Yu Pahing tanpa berkata-kata lagi. dipakainya sendal cepit kesayangannya kemudian segera beranjak ke luar. kembali ke Jakarta menemui becak kesayangannya.

Contoh tadi adalah sekelumit kisah yang sering kita jumpai di masyarakat. Masyarakat sudah tidak asing lagi dengan fenomena perselingkugan dan perzinaan. Pandangan minir terhadap pelaku hany sesaat. Pelaku pun tidak merasa berdosa ataupun bersalah telah menodaoi norma agama dan norma kemasyarakatan.

Benarkah dunia sudah semakin renta, sehingga kondisi seperti itu sudah merambah ke seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat atas dengan pola aksi yang lebig axelent. Sementara masyarakat bawah, dengan pola yang lebih sederhana yaitu uang sex. Bukankah kedua hal tersebut adalah pola terprimitif yang akan mendorong orang menerobos batas norma yang ada,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar