Rabu, 23 September 2015

RENUNGAN IDUL ADHA

Tanpa terasa hari ini sebagian muslim Indonesia merayakan Idul Adha. Sementara itu sebagian yang lainnya akan merayakannya besok, Kamis 24 September 2015, bersama ulil amri. Perbedaan waktu tidak sepantasnya menjadi bahan perdebatan perselisihan berujung pada perpecahan. Fanatisme yang berlebihan pada suatu organisasi hanya akan memecah belah umat. Dan tentunya, kondisi semacam itu tidak kita inginkan. Yang terpenting adalah sejauh mana kita memaknai hari raya Idul Adha yang dikenal juga dengan hari raya Qurban ini?

Qurban memiliki hukum sunnah. Namun demikian, kesunahan tersebut bukan berarti membebaskan kita yang kebetulan dikarunia kelebihan rezki untuk tidak berkurban. Betapa tidak, Rasulullah pernah bersabda yang kurang lebihnya adalah "Barang siapa diberi kelapangan rizki di hari raya Qurban dan mereka tidak berqurban, maka boleh memilih kamatiannya apakah dengan cara nasrani, Yahudi, atau Majusi" Sabda tersebut memiliki makna yang sangat penting yaitu jika kita tidak berkurban di saat idul Qurban padahal kita memiliki kelapangan rizki, maka kita tidak diakui sebagai umat beliau sehingga beliau mengajukan alternatif kematian kita. Naudzubillah.

Berbicara Qurban, rasanya ada rasa perih yang menyelinap dilubuk hati paling dalam. Setiap kali Idul Qurban terkadang terselip rencana mau diolah dengan cara apa daging kurban yang kita peroleh? Ada yang berencana untuk membuat sate, rendang, opor, gulai, atau sejumlah makanan yang menggiurkan. Namun, jarang sekali kita berpikir bagaimana agar kita setiap tahun untuk menyembilih kurban untuk dibagikan pada orang lain. Padahal kita tahu8 pasti bahwa tangan di atas (yang memberi) lebih mulia derajatnya (di sisi Alloh dan manusia) dari pada tangan di bawah (Yang menerima) Astaghfirullohal adzim. Betapa kita sering mendzolimi diri kita sendiri dengan selalu berharap daging kurban dari orang lain. terkadang bahkan kita iri dengan orang lain yang kebetulan mendapatkan daging kurban lebih banyak daripada yang kita terima.

Robb, ampuni kami Robb. Kami menyadari, kelapangan rizki tidak akan pernah terjadi manakala kita membiarkan nafsu keduniaan menguasai. Uang yang kita miliki sering kali dipakai untuk keperluan keduniaan saja. Saat kita mendapatkan kelapangan rizki, maka berubah pula pola kebutuhan kita. terkadang bahkan, kelapangan rizki enggan kita keluarkan dengan alasan untuk keperluan ini dan itu yang belum terjadi.  Lalu bagaimana kita akan melakukan kurban?

Sementara itu, di sisi negara kita juga terdapat kesalahan persepsi yang sudah mendarah dan mendaging. Kesalahan tentang bahwa orang itu berkurban hanya sekali untuk satu orang. Dengan demikian, meskipun seseorang diberi kelapangan rizki, dia tidak mau berkurban karena dulu pernah berkurban.  Panutan kita adalah Rosululloh, beliau selalu berkurban di setiap Idul Qurban, bahkan tidak hanya satu ekor saja.

Ya, Robb. ridhoi kami untuk bisa berkurban setahun sekali. Berilah kami kemampuan untuk melakukannya. Tanamkan dalam hati kami rasa malu untuk menerima terus daging kurban dan tumbuhkan dalan dada kami untuk semangat berkurban. Kabulkan harapan kami tersebut ya Robb. amin ya Robbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar