Selasa, 05 April 2016

SUDUT PANDANG (POINT OF VIEW) PADA CERITA FIKSI

Oleh : FARICHIN
Ada beberapa sudut pandng cerita yang dapat kita lakukan, yaitu:
1.      Sudut pandang “Akuan” yaitu pengarang seolah-olah menceritakan kisah hidupnya kepada pembaca. Ini ditandai dengan penyebutan tokoh dengan menggunakan kata [aku]. Sudut pandang ini terbagi menjadi dua yaitu [aku] sebagai tokoh utama dan [aku] sebagai tokoh pendamping.
2.      Sudut pandang orang ketiga. Dalam bentuk sudut pandang ini, pengarang seolah-olah hanya menceritakan peristiwa yang dialami oleh tokoh lain yang menjadi tokoh sentral cerita. Bentuk ini biasanya ditandai dengan penggunaan nama-nama orang untuk merujuk tokoh sentral cerita. Sudut pandang orang ketiga juga terbagi menjadi dua yaitu pengarang sebagai pencerita dan pengarang serba tahu. Pada sudut pandang orang ketiga sebagai pencerita, digambarkan kegiatan atau peristiwa yang dialami tokoh secara wajar. Sementara itu sudut pandang orang ketiga serba tahu dicirikan dengan penggambaran peristiwa yang dialami tokoh sampai ditail. Sebagai contoh mudah adalah penggambaran perasaan tokoh, gejolak jiwa tokoh ataupun yang lainnya.
Untuk lebih mudahnya kita memahami sudut pandang penceritaan, marilah kita lihat contoh penerapan dalam cerpen yang ada.
Contoh sudut pandang orang pertama
Aku duduk seraya menikmati secangkir kopi hangat di bawah redupnya cahaya lampu kafé Meirasco. Sebuah kafé kecil yang terletak tak jauh dari perempatan jalan menuju Desa Ciloang. Meski kafé ini kecil, bukan berarti kecil pula pengunjungnya. Banyak muda-mudi yang datang kemari bersama pasangannya atau yang masih single sekedar duduk-duduk menikmati kehangatan suasana yang disajikan di tempat ini. Mulai dari anak SMP, SMA, hingga anak kuliahan, ramai singgah kemari. Walau terkadang, ada juga om-om dan tante-tante yang masih memiliki jiwa muda serta ingin kembali disebut remaja, mampir ke tempat ini.
Letaknya yang strategis, musik yang melankolis, serta keapikan tatanan ruang kafé, sungguh terasa begitu harmonis dengan hati para pengunjung. Aku berbicara seperti ini, bukan karena aku dekat dengan si empunya tempat, melainkan sebagai sebuah ungkapan nurani yang menjalar dalam luar ruang sadar diriku.
Hampir setiap hari, saat semburat jingga di langit menyambut pelita malam, aku berada di sini. Sekedar menikmati keestetisan kota, sekaligus menemui gadis pujaanku ditemani secangkir kopi panas yang biasa tersaji sebagai menu favoritku. Untuk yang lainnya…. tidak! Terlalu berat untuk isi kantongku. Meski sebenarnya, aku bisa mendapatkannya dengan cara gratisan. Karena pemilik kafé terlalu bersikap baik kepadaku. Namanya Mawar. Dia kekasihku. Meski begitu, harga diriku lebih mahal ketimbang secangkir kopi ataupun sajian lainnya untuk kuberikan kepada kekasihku.
(Kirimi Aku Bunga Mawar, Wangsa Nestapa)


            Contoh sudut pandang orang ketiga

Musim hujan di akhir tahun menyebabkan udara dingin, merupakan keadaan yang sangat ditakuti Novia dan seisi rumahnya. Dia mengidap penyakit asma sejak kecil. Udara dingin akan menyebabkan dia sulit bernapas.

Papa Karim sudah berkonsultasi pada dokter ahli penyakit dalam mengenai asma yang diderita Novia. Kata Dokter Asmadikun, asma bronkial itu bersifat alergi keturunan. Selain debu rumah, bulu binatang, kambuhnya asma, juga disebabkan beberapa jenis bunga.
Mama Solehat, Papa Karim, Kak Fatimah, Bik Supiah, seisi rumah cemas setiap kali Novia pergi sekolah, les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Semua baju hangat milik gadis yang mulai beranjak remaja itu dikeluarkan.
Abel, teman dekat si bungsu itu, pun cemas bila tiba musim hujan. Abel siap mengantar dan menjemput Novia les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Tetapi, Abel, siswa kelas tiga SMU itu, tidak dapat mengantar dan menjemput pada sore hari. Dia pun les Inggris pada senja hari.
(Flamboyan Merah Jingga, Oleh: K. Usman )
           
            Contoh sudut pandang orang ketiga serba tahu
            “Maafkan aku, Laras. Aku khilaf saat itu.” Doni menunduk sangat dalam. Hatinya penuh galau dan penyesalan yang amat dalam. Dicobanya untuk menatap wajah Larasati, istrinya tapi rasanya tak ada kekuatan yang muncul untuk sekadar menatap bening wajah istrinya yang sebenarnya sangat ia cintai.
“Khilaf, katamu? Engkau telah menyakitiku dengan berselingkuh dengan Dina, engkau bilang khilaf?” air mata bening mengalir berlahan dari sudut matanya yang cekung.”dia itu sahabatku,Don. Bahkan sudah seperti Saudara bagiku.”
“Lalu, apa yang harus aku lakukan agar kau mau memaafkanku”
“Ceraikan aku dan nikahi,Dina.”
“Apa? Menikahi Dina?”
            (Di antara dua hati, Farich Abi Wildan)




READ MORE - SUDUT PANDANG (POINT OF VIEW) PADA CERITA FIKSI