Oleh : FARICHIN
Ada beberapa sudut pandng cerita yang dapat kita
lakukan, yaitu:
1.
Sudut
pandang “Akuan” yaitu pengarang seolah-olah menceritakan kisah hidupnya kepada
pembaca. Ini ditandai dengan penyebutan tokoh dengan menggunakan kata [aku].
Sudut pandang ini terbagi menjadi dua yaitu [aku] sebagai tokoh utama dan [aku]
sebagai tokoh pendamping.
2.
Sudut
pandang orang ketiga. Dalam bentuk sudut pandang ini, pengarang seolah-olah
hanya menceritakan peristiwa yang dialami oleh tokoh lain yang menjadi tokoh
sentral cerita. Bentuk ini biasanya ditandai dengan penggunaan nama-nama orang
untuk merujuk tokoh sentral cerita. Sudut pandang orang ketiga juga terbagi
menjadi dua yaitu pengarang sebagai pencerita dan pengarang serba tahu. Pada sudut
pandang orang ketiga sebagai pencerita, digambarkan kegiatan atau peristiwa
yang dialami tokoh secara wajar. Sementara itu sudut pandang orang ketiga serba
tahu dicirikan dengan penggambaran peristiwa yang dialami tokoh sampai ditail. Sebagai
contoh mudah adalah penggambaran perasaan tokoh, gejolak jiwa tokoh ataupun
yang lainnya.
Untuk lebih mudahnya kita memahami sudut pandang penceritaan, marilah
kita lihat contoh penerapan dalam cerpen yang ada.
Contoh
sudut pandang orang pertama
Aku
duduk seraya menikmati secangkir kopi hangat di bawah redupnya cahaya lampu
kafé Meirasco. Sebuah kafé kecil yang terletak tak jauh dari perempatan jalan
menuju Desa Ciloang. Meski kafé ini kecil, bukan berarti kecil pula pengunjungnya.
Banyak muda-mudi yang datang kemari bersama pasangannya atau yang masih single
sekedar duduk-duduk menikmati kehangatan suasana yang disajikan di tempat ini.
Mulai dari anak SMP, SMA, hingga anak kuliahan, ramai singgah kemari. Walau
terkadang, ada juga om-om dan tante-tante yang masih memiliki jiwa muda serta
ingin kembali disebut remaja, mampir ke tempat ini.
Letaknya yang strategis, musik yang melankolis, serta
keapikan tatanan ruang kafé, sungguh terasa begitu harmonis dengan hati para
pengunjung. Aku berbicara seperti ini, bukan karena aku dekat dengan si empunya
tempat, melainkan sebagai sebuah ungkapan nurani yang menjalar dalam luar ruang
sadar diriku.
Hampir setiap hari, saat
semburat jingga di langit menyambut pelita malam, aku berada di sini. Sekedar
menikmati keestetisan kota, sekaligus menemui gadis pujaanku ditemani secangkir
kopi panas yang biasa tersaji sebagai menu favoritku. Untuk yang lainnya….
tidak! Terlalu berat untuk isi kantongku. Meski sebenarnya, aku bisa
mendapatkannya dengan cara gratisan. Karena pemilik kafé terlalu bersikap baik
kepadaku. Namanya Mawar. Dia kekasihku. Meski begitu, harga diriku lebih mahal
ketimbang secangkir kopi ataupun sajian lainnya untuk kuberikan kepada
kekasihku.
(Kirimi
Aku Bunga Mawar, Wangsa Nestapa)
Contoh
sudut pandang orang ketiga
Musim
hujan di akhir tahun menyebabkan udara dingin, merupakan keadaan yang sangat
ditakuti Novia dan seisi rumahnya. Dia mengidap penyakit asma sejak kecil.
Udara dingin akan menyebabkan dia sulit bernapas.
Papa
Karim sudah berkonsultasi pada dokter ahli penyakit dalam mengenai asma yang
diderita Novia. Kata Dokter Asmadikun, asma bronkial itu bersifat alergi
keturunan. Selain debu rumah, bulu binatang, kambuhnya asma, juga disebabkan
beberapa jenis bunga.
Mama
Solehat, Papa Karim, Kak Fatimah, Bik Supiah, seisi rumah cemas setiap kali
Novia pergi sekolah, les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Semua baju
hangat milik gadis yang mulai beranjak remaja itu dikeluarkan.
Abel,
teman dekat si bungsu itu, pun cemas bila tiba musim hujan. Abel siap mengantar
dan menjemput Novia les Inggris, kursus gitar, dan latihan vokal. Tetapi, Abel,
siswa kelas tiga SMU itu, tidak dapat mengantar dan menjemput pada sore hari.
Dia pun les Inggris pada senja hari.
(Flamboyan Merah Jingga, Oleh: K. Usman )
Contoh
sudut pandang orang ketiga serba tahu
“Maafkan aku, Laras. Aku khilaf saat itu.”
Doni menunduk sangat dalam. Hatinya penuh galau dan penyesalan yang amat dalam.
Dicobanya untuk menatap wajah Larasati, istrinya tapi rasanya tak ada kekuatan
yang muncul untuk sekadar menatap bening wajah istrinya yang sebenarnya sangat
ia cintai.
“Khilaf,
katamu? Engkau telah menyakitiku dengan berselingkuh dengan Dina, engkau bilang
khilaf?” air mata bening mengalir berlahan dari sudut matanya yang cekung.”dia
itu sahabatku,Don. Bahkan sudah seperti Saudara bagiku.”
“Lalu,
apa yang harus aku lakukan agar kau mau memaafkanku”
“Ceraikan
aku dan nikahi,Dina.”
“Apa?
Menikahi Dina?”
(Di antara dua hati,
Farich Abi Wildan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar