Selasa, 23 Juni 2020

Fabel Pembangun Karakter: TAK ADA YANG PATUT DISESALI


 Oleh : Farichin


Fabel dengan judul "Tak Ada yang Patut Disesali" merupakan sebuah fabel karakter. Karakter yang paling kuat muncul dalam fabel ini adalah rasa syukur atas segala karunia yang telah Tuhan berikan. Tidak ada manusia yang sempurna. Selain itu fabel ini mengajarkan kita untuk bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan.

D

i sebuah dahan beringin, seekor gagak tengah berdiam diri di balik rimbunnya daun. Matanya sayu dengan sorot kesedihan. Tatapannya lurus pada ranting pohon mahoni tak jauh dari tempatnya bersembunyi.

Sepasang merpati tengah asyik bercanda di situ. Bulu abu-abu kebiruan tampak berkilau terkena sinar matahari pagi. Kepalanya yang mungil terus bergerak membuat bulu-bulu di lehernya tampak berkilauan. Sementara sang jantan dengan setianya menemani betinanya. Keserasian hidup yang membahagiakan.

Tanpa sadar gagak menitikkan air mata. Ia menyesali nasibnya yang dirasakan menyedihkan. Bagaimana tidak, tampilannya hitam legam tak seperti merpati dengan bulu halus dan berkilauan. Lagi pula dia juga hidup sendiri. Rasanya tak ada yang mau menjadi teman hidupnya.

Tak kuat menahan kesedihan, gagak terbang meninggalkan burung merpati. Dia tak mau berlama-lama menyaksikan kejadian yang membuat iri hati. Lagi pula semakin lama dia di sana mengamati merpati akan semakin membuat penyesalan diri. Dia tidak mau kesedihannya diketahui oleh makhluk lain.

Cukup jauh gagak terbang menjauh dari merpati. Dia hinggap di sebuah ranting sebuah pohon yang tumbuh di pinggir danau. “Ah, di sini rasanya tempat yang cocok. Aku tak perlu melihat kelebihan burung-burung lain. Sangat menyakitkan” bisik hati Gagak.

Belum lama Gagak bertengger, tiba-tiba lewat seekor angsa di tengah danau. Tubuhnya besar dan kekar. Bulunya yang putih bersih sangat anggun dan indah sekali. Paruhnya yang kuning tampak serasi berpadu dengan putihnya bulu-bulu yang begitu indah. “Betapa indahnya angsa ini” bisik hati Gagak.

Gagak bersiap untuk terbang. Ia tidak ingin hatinya kembali sedih melihat keindahan dan kebahagian angsa. Namun belum sempat dia terbang, angsa terlanjur melihat.

“Hai, Gagak. Sedang apa sendirian di situ? Mari ke sini. Kita ngobrol-ngobrol” sapa angsa ramah.

Gagak bertemu dengan angsa yang indah

 

 

Mendengar sapaan angsa. Gagak dengan terpaksa turun menghampiri angsa di pinggir danau. Dia tidak ingin dicap sebagai burung buruk rupa yang sombong, angkuh, dan tak tahu diri. Mereka ngobrol bertanya kabar masing-masing. Sampai pada suatu saat Gagak tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

“Kenapa tiba-tiba kau tampak murung, Gagak?” tanya angsa penuh perhatian.

“Ah, tak apa-apa,” jawab Gagak singkat.

“Kalau kau mau berbagi kesedihan denganku, aku siap kok mendengarkan. Siapa tahu dapat mengurangi beban kesedihanmu itu” ucap angsa tulus.

“E.... sebenarnya aku iri padamu Angsa,”

“Iri? Padaku? Apa yang kau irikan dari aku Gagak. Ada-ada saja kamu?” kata Angsa sambil tersenyum ramah. Tak sedikitpun ada rasa kesal mendengar pengakuan Gagak.

“Coba kau perhatikan aku. Aku hitam, kotor, dan suaraku juga keras menakutkan,” kata Gagak sambil menunjuk pada diri sendiri.

Angsa mengamati Gagak dengan seksama. Tapi tak dilihatnya ada kekurangan yang pantas dijadikan alasan untuk bersedih.

“Menurutku kamu tidak seburuk yang kamu ucapkan,” kata Angsa.

“Tidak buruk bagaimana? Lihat dirimu. Bulumu putih, bersih, dan kekar. Jalanmu juga terlihat anggun,” jelas Gagak.

“Kalau fisik yang kau jadikan patokan, seharusnya aku juga iri pada Merak,”

“Merak?”

“Ya, Merak,” jelas Angsa.

“Seperti apa dia?” tanya Gagak penasaran.

“Sulit untuk digambarkan. Kalau kau melihat dia pasti engkau akan terkagum-kagum. Dulu aku juga pernah iri terhadapnya, tapi setelah aku pikir-pikir, buat apa aku iri,” jelas Angsa.

“Di mana aku bisa bertemu dengan Merak yang kau ceritakan?” tanya Gagak penasaran.

“Kau bisa menemuinya di Kebun Binatang tak jauh dari hutan ini,” jelas Angsa.

Gagak kemudian berpamitan. Tekadnya bulat untuk melihat Merak. Dia ingin memastikan bahwa merak itu burung terindah yang pasti kehidupannya sempurna.

Tak berapa lama berselang, tibalah Gagak di kandang Merak. Dari atas ranting pohon yang tumbuh tak jauh dari kandang Merak, dia mengamati Merak yang sangat indah. Tubuhnya besar dan gagah. Yang lebih menakjubkan lagi adalah ekornya dapat dikembangkan seperti sebuah kipas. Saat dikembangkan, wow.... tampaklah corak dan pola yang sangat indah. Hijau kebiruan dengan pola bulat-bulat menyerupai mata. Dan pola bulat-bulat itu terlihat berkilauan seperti permata yang tersusun rapi.

Gagak ingin sekali melihatnya lebih dekat. Namun banyak orang yang berada di sekitarnya. Mereka mengagumi keindahan merak. Ada yang mengambil foto ada pula yang berdecak kagum.

Lama Gagak menunggu waktu yang tepat untuk berbincang dengan Merak. Setelah agak sepi, Gagak memberanikan diri menghampiri merak.

Gagak menemui merak

 

“Selamat siang Merak,” sapa Gagak.

“Selamat siang. Eh, Gagak. Ada apa? Tumben kamu main ke sini?” tanya Merak ramah. Tampak dari wajahnya terlihat kelelahan. Namun dia berusaha untuk berlaku ramah.

“Eh, Merak boleh aku tanya sesuatu?” tanya Gagak setelah berbasa-basi sekadarnya.

“Boleh. Mau tanya apa?”

“Bagaimana rasanya memiliki bulu seindah bulu itu? Pasti rasanya senang.... sekali. Engkau dipuji dan dipuja seluruh makhluk. Bahkan manusia pun rela datang ke sini hanya untuk melihat keindahanmu itu,” kata Gagak dengan mata berbinar seolah dia telah memiliki keindahan  bulu seperti merak.

Merak terdiam. Pandangannya jauh menatap ke luar kandang tempat tinggalnya.

“Merak, kenapa diam?” suara Gagak mengagetkan.

“Eh, iya. Maaf. Aku bingung harus berkata apa. Kalau dibilang senang, aku senang. Keindahanku banyak dikagumi orang. Tapi keindahnku tersebut membuat aku lelah. Orang-orang itu menginginkan aku terus menari di depan mereka. Engkau tahu, seharian menari membuat tubuhku capek sekali,” terang Merak.

“Tapi capek yang membahagiakan kan? Memiliki Keindahan bulu seperti tubuhmu yang tiada duanya itu pasti menyenangkan”  kata Gagak lagi.

“Kalau keindahan bulu menjadi satu patokan kebahagiaan, seharusnya aku iri pada cenderawasih. Dialah yang sepantasnya hidup paling bahagia,” terang Merak.

“Cenderawasih?” tanya Gagak penasaran.

“Ya, Cenderawasih. Engkau kenal dia?” tanya Merak lagi.

“Tidak. Tapi aku pernah mendengar cerita tentang dia, tentang keindahan bulu-bulunya, tentang kecantikan rupanya dan lain-lain. Tapi setelah aku melihat kamu, aku pikir kamulah yang paling cantik,” kata Gagak masih dengan kekaguman kepada Merak.

“Kamu salah Gagak. Ada yang lebih cantik lagi dibandingkan aku. Dialah cenderwasih,”jelas Merak.

“Benarkah?”

“Benar,” kata Merak mantap.

“Di mana aku bisa menemuinya?”

“Kebetulan dia juga tinggal di kebun binatang ini. Cobalah kau terbang ke arah timur. Di sana engkau akan menjumpai kandang cenderwasih.

Gagak kembali terbang. Hatinya dipenuhi rasa penasaran untuk melihat keindahan Cenderawasih yang diceritakan Merak. Tak lama kemudian, dia bertemu dengan sebuah kandang yang terbuat dari kawat besar.

Di dalam kandang tampak seekor burung yang sangat cantik. Betul kata Merak, dia lebih cantik. Tubuhnya tidak terlalu besar memang. Tapi bulu-bulunya yang halus dan panjang dengan warna coklat kemerahan dan kuning keemasan. Pantas sekali kalau dia dijuluki sebagai burung surga.

Gagak masih terus asyik menatap keindahan cenderawasih. Rasanya dia semakin yakin bahwa dia adalah burung dengan nasib terburuk. “Rasanya malu sekali melihat diri ini” bisik hatinya.

“Ya Tuhan, mengapa Engkau ciptakan aku dalam keadaan serupa ini? Apakah ini adil?” Gagak menangis histeris. Suaranya terdengar sampai ke telinga Cenderawasih.

 

Gagak bertemu dengan Cenderawasih

Cenderawasih menghampiri Gagak dari balik kandangnya.

“Hai, bukankah engkau Gagak?” Tanya Cenderawasih.

Gagak kaget mendengar suara Cenderawasih yang nyaring itu. Dia heran, mengapa burung seindah Cenderawasih mengenal dirinya yang begitu buruk.

“Ya, betul.” Jawab Gagak gugup. “Kamu kenal aku?” tanya Gagak ragu.

“Ya. Semua burung yang ada di kebun binatang ini kenal kamu.” Jelas Cenderawasih.

“Ah, masak?” tanya Gagak tak percaya.

“Betul. Buat apa aku bohong,” kata Cenderawasih meyakinkan.

“Aku tak percaya, burung seindah dirimu mengenal aku yang buruk rupa,” kata Gagak pelan.

“Kata siapa kamu buruk?” Cenderawasih balik bertanya.

“Tidak ada sih. Tapi aku sadar diri. Lihat tubuhku yang hitam legam dan terlihat kusam dan kotor. Suaraku juga keras memekakkan telinga,” ucap Gagak sedih. “Bahkan orang-orang akan takut jika aku berada di sekitar mereka,” lanjut Gagak lagi.

“Itulah Gagak. Mengapa kami yang tinggal di kebun binatang ini mengenalmu?”

“Karena penampilanku kan?”

“Bukan. Cobalah engkau berpikir positif dari keadaan dirimu itu. Semua orang takut jika engkau dekati. Dengan demikian, engkau menjadi burung paling bebas di muka bumi ini. Engkau tak perlu khawatir akan keselamatanmu dan anak keturunanmu. Tidak seperti kami,” jelas Cenderawasih.

“Tapi aku tak punya keindahan bulu seperti kalian,” kata Gagak.

“Buat apa memiliki bulu yang indah kalau kita hidup terkungkung. Kamu lihat aku sekarang, Gagak. Keindahan buluku menjadikan aku hidup dalam kandang yang sempit. Lebih parah lagi, saudara-saudaraku yang masih hidup di hutan juga harus terus bertarung nyawa dengan kejaran para pemburu. Mereka menginginkan bulu-bulu kami tanpa pernah memikirkan kehidupan kami. Hanya demi kesenangan, mereka membantai kami untuk dijadikan topi atau hiasan kepala” Cenderawasih menitikan air mata.

“Begitukah?”

“Ya. Seharusnya kamu bersyukur dengan keadaanmu seperti sekarang ini. Tidak ada yang ingin lahir buruk. Tidak pula aku ingin dilahirkan dalam keadaan diburu orang. Kalau aku boleh memilih, aku ingin menjadi seperti kamu, Gagak. Hidup bebas, terbang kemana aku suka. Dan keluargaku aman dari perburuan orang yang tak bertanggung jawab”

Gagak tersadar. Ternyata apa yang dilihat orang tidaklah seperti apa yang dipikirkan kita. Kebahagiaan yang kita lihat ternyata tidak selalu benar adanya. Bersyukur atas apa yang terjadi ternyata akan menjadi lebih membahagiakan.

Ternyata tidak ada makhluk yang sempurna. Pun dengan dirinya. Makhluk lain memiliki kelebihan, Gagak pun memiliki kelebihan. Yang lain memiliki kekurangan, dia pun memiliki kekurangan. Namun kelebihan dan kekurangan setiap makhluk tidaklah sama.


READ MORE - Fabel Pembangun Karakter: TAK ADA YANG PATUT DISESALI

Jumat, 12 Juni 2020

BELAJAR DI MANA SAJA

Oleh: Farichin

Jika kita mendengar kata belajar, secara umum akan terbayang sebuah ruang kelas dengan deretan kursi yang tertat rapi. Di depan ada guru yang memimpin dan memandu proses belajar siswa. Itu bukan sebuah kesalahan. Karena memamng belajar secara umum yang begitulah adanya.

Namun, jika Anda sebagai guru, cobalah sesekali lakukan belajar di luar ruang kelas. Belajar dapat dilakukan di mana saja. Belajar dapat dilakukan di lapangan olah raga, di taman, teras kelas, kantin, jalan, dan lain-lain. Belajar dapat dilakukan di mana saja.

Efektifkah belajar di mana saja?
Efektif atau tidaknya bergantung pada guru sebagai fasilitator. Ketepatan kompetensi yang akan disampaikan dan ketepatan model sangat berpengaruh terhadap hasil belajar di mana saja. Kompetensi yang tepat dilakukan belajar di luar ruang kelas biasanya berupa kompetensi berhubungan dengan keterampilan. Dalam pelajaran bahasa, belajar di mana saja sangat tepat dilakukan untuk mempraktikkan kemampuan berbahasa siswa. Sebagai contoh keterampilan siswa berbicara dengan orang lain di sekitar sekolah seperti penjaga sekolah, pedagang, atau orang tua murid yang mengantarkan siswa.

untuk mata pelajaran ilmu sosial, belajar di mana saja dapat dilakukan untuk mengamati fenomena sosial yang terjadi secara nyata. Dapat kita ketahui sistem perdagangan dalam sekala kecil di anatar pedagang di kantin sekolah, atau tawar menawar yang terjadi.

Ayo, mulai sekarang kita coba kelola kelas dengan lebih menarik. Salah satunya adalah dengan belajar di mana saja.
READ MORE - BELAJAR DI MANA SAJA

Selasa, 09 Juni 2020

Senin, 08 Juni 2020

MENGENAL FABEL

READ MORE - MENGENAL FABEL

Minggu, 07 Juni 2020

FABEL DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Farichin

Di bagian depan, kita sudah berkenalan dengan genre cerita yang disebut fabel. Di situ pula kita sudah tahu tentang manfaat fabel dalam pendidikan karakter. Dengan fabel kita bisa menasihati, mengkritik, atau memberitahu kesalahan orang dengan cara halus. Dengan demikian diharapkan perilaku atau kita kenal dengan karakter akan menjadi lebih baik.

Fabel sebuah bacaan yang biasa diminati oleh anak-anak memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan karakter. Tanpa disadari, anak-anak yang membaca fabel akan ditunjukkan suatu perbuatan itu salah atau benar. Mereka juga akan diajarkan bagaimana bersikap dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Yang tak kalah pentingnya adalah melalui fabel mereka diajarkan bagaimana risiko yang akan diterima dengankesalahan yang dilakukan seseorang.

Tanggung jawab pendidikan karakter bukan hanya terletak pada guru, ustad, atau orang tua semata. Kita semua, orang-orang yang peduli terhadap pendidikan karakter memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan tersebut.

Kita tentunya sepakat, bahwa perkembangan karakter anak bangsa di zaman sekarang itu sungguh berat. Banyak gangguan dan godaan bagi generasi bangsa ini untuk memiliki karakter yang baik. Coba tengok anak-anak di sekitar kita. Mereka lebih suka gadget dengan game dan tontonan yang kurang mendidik. Lepas dari itu, mereka dihadirkan dengan televisi dengan sajian tontonan yang sering kali lolos sensor. Kekerasan, seksualitas, dan lain-lain secara terus menerus mendera pikiran mereka. Coba bayangkan, seseorang setiap detik setiap waktu terus disuguhi tontonan yang kurang baik, akhirnya muncullah karakter yang tidka baik tersebut dalam kehidupan mereka. Lebih parahnya lagi orang tiua kurang kontrol terhadap tindkan nak-anaknya terse but.

Mau anak-anak kiat seperti itu?

Hiiiiiiiiiiii, jangan sampai terjerumus seperti itu. Oleh karena itu, mari bersama-sama mengatasi permasalahan seperti itu.

Caranya?

Pendidikan karakter harus tertanam dalam berbagai level kehidupan. Karakter harus terinternalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab akan pembentukan karakter tapi semua orang memiliki tanggung jawab akan pembentukan karakter bangsa ini. Sehingga mulailah dari diri sendiri untuk memegang teguh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa ini yang pada akhirnya kita memberikan tauladan kepada orang disekitar kita.

Untuk mewujudkan pendidikan karakter, diperlukan suatu metode yang tepat agar hasil yang diperoleh lebih optimal. Dalam pendidikan Islam dikenal beberapa metode pembentukan karakter . metode tersebut antara lain:

1.      Metode perumpamaan

Metode ini adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Seperti kelemahan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh dengan lidipun dapat rusak. Metode ini, sesuai sekali dengan fabel. Perumpamaan dalam fabel yang dilambangkan melalui karakter binatang akan secara efektif mendidik para pembacanya.

2.      Metode keteladanan

Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini harus dilakukan oleh orang tua, guru, dan orang-orang dewasa di sekitar anak tinggal. Kebiasaan orang tua yang baik akan secara berlahan mebawa anak-anak untuk mengikuti tindakan tersebut.

3.      Metode ibrah dan mau`izah

Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau keadaan yang dihadirkan. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan. Dalam fabel metode ini dapat dilakukan dengan tanya jawab tentang pesan moral setelah anak-anak membaca fabel. Pada tingkat lanjut, anak pada umumnya akan dapat menangkap makna sebuah cerita secara sendiri.

4.      Metode Hiwar Qurani/Kitabi (metode dialog)

Metode dialog ini begitu menyadarkan kita akan kelemahan dan kekurangan. Dalam pendidikan kita perlu melakukan dialog untuk menegtahui perkembangan anak dan mengidentifikasi masalah-masalah yang mereka alami. Untuk itu orang tua harus memiliki sikap bersahabat, kasih sayang kepada anak-anak. Inti dari metode ini adalah hubungan harmonis antara anak-anak dan orang dewasa di sekitarnya.

5.      Metode Pembiasaan

Anak diajarkan untuk membiasakan berprilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras, berrtanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan.  Maka dari itu, jangan biarkan anak-anak melakukan kesalahan sekecil apapun. Sekecil apapun kesalahan akan berpotensi menjadikan kesalahan tersebut sebagai suatu kebiasaan. Maka dari itu, biasakanlah anak-anak dengan bacaan yang bermanfaat daripada mereka dibiasakan bermain game atau gadget.

6.      Metode Targib dan Tarhib

Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal dengan reward dan Punisment. Yaitu suatu metode dengan hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi dari aktivitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukuman ketika ia tidak dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa. Metode reward dan punishment ini menjadi motivasi eksternal bagi siswa dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal ketika disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi mereka yang tidak disiplin, mayoritas siswa termotivasi belajar dan bersikap disiplin. Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari perbuatan baiknya.

            Lalu, apa saja pendidikan karakter yang perlu dikembangkan dalam diri seorang anak? Tentunya, banyak aspek dari pendidikan karakter tersebut. Yuk, bahas beberapa pendidikan karakter tersbut.

a.    Kereligiusan

Nilai religius berhubungan dengan ketuhanan atau keagamaan. Artinya segala pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. Ingat, Tuhan Maha melihat. Dalam cerita fabel nilai-nilai religius ini dapat ditampilkan dengan adegan berdoa atau yang lainnya. Nilai-nilai ini cukup kuat digali pada materi yang terkait dengan sastra seperti fabel. Peran orang tua adalah mengaitkan isi cerita dengan kehidupan religi yang diharapkan muncul.

b.    Kejujuran

Nilai karakter jujur tercermin pada perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia nilai-nilai jujur dapat ditingkatkan melalui pemahaman dan pemaknaan teks sastra seperti fabel.

c.    Kecerdasan

Nilai kecerdasan tercermin pada Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat. Kecerdasan diperlukan dalam analisis struktur isi cerita yang telag dibaca. Untuk itu diperlukan pendampingan oleh orang tua.

d.    Ketangguhan

Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan. Dalam fabel, karakter ini dapat diambilkan dari isi ceritanya yang mencerminkan ketangguhan tokoh.

e.    Kedemokratisan

Nilai demokratis tercermin pada cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.  

f.     Kepedulian

Nilai karakter kepedulian merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.

g.    Berpikir kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk  menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari  apa yang telah dimiliki. Karakter kreatif pada anak dapat dikembangkan melalui anak diminta menceritakan kembali fabel yang telah dibaca dengan cara mereka.

h.     Tanggung jawab

Karakter tanggung jawab tercermin pada sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.

i.     Kedisiplinan 

Karakter disiplin tercermin dalam tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Karakter ini sangat terkait dengan karakter tanggung jawab.

 

j.     Percaya diri

Karakter percaya diri tercermin pada sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

k.    Keingintahuan

Karakter ingin tahu tercermin pada sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

l.     Kesantunan

Karakter santun tercermin pada sifat yang halus dan baik  dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

 

Kesemua karakter ini tidak dapat berkembang dengan sendirinya pada diri anak-anak. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan dan bimbingan serta fasilitas yang mengondisikan perkembangan karakter tersebut. Itu semua merupakan tanggung jawab kita semua.

Kita semua?

Ya, kita semua. Orang tua, guru, dan juga masyarakat dewasa di lingkungan tempat tinggal anak. Ingat, luhurnya karakter mereka para generasi penerus negeri ini akan dapat menentukan kualitas dan kemajuan bangsa ini. Dan itu ada di tangan kita semua.

Oleh karena itu, yuk mulai sekarang kita memfasilitasi mereka agar dapat mengembangkan karakter luhur Indonesia. Jangan sampai menyesal. Penguasaan teknologi memang penting, tapi penguasaan tanpa karakter hanya akan merusak masa depan negeri kita tercinta, Indonesia.


READ MORE - FABEL DAN PENDIDIKAN KARAKTER