Jumat, 05 Juni 2020

PENYESALAN KUPU-KUPU

Oleh: Farichin 

    D

i sebuah hutan, kupu-kupu sedang asyik mengagumi keindahan sayapnya. Dia tengah berkaca pada sebutir embun di atas sebuah daun. Permukaan embun yang jernih dengan kilauan sinar matahari semakin indah memantulkan bayangan kupu-kupu.

            “Ah, rasanya tak ada makhluk lain yang mampu menandingi keindahanku” gumam kupu-kupu pada bayangannya.

Kupu-kupu berputar-putar di depan cermin embun tersebut. Kadang tersenyum, memeringkan kepalanya, menjauhkan tubuh dari cermin kemudian mendekatinya lagi.

Saking asyiknya kupu-kupu berkaca mengagumi dirinya sendiri, dia tak menyadari seekor siput tanpa cangkang menghampirinya.

“kdubraaaak”

Kupu-kupu terpelesat dan jatuh ke tanah dengah keras. Lendir yang ditinggalkan oleh siput itu telah membuatnya jatuh dengan bebasnya. Sayapnya yang indah menjadi kotor.

Siput melihat Kagum pada Kupu-kupu

Siput kaget dan takut. Dia merasa telah membuat kupu-kupu jatuh. Dia ingin minta maaf, tapi melihat kemarahan kupu-kupu siput tak berani berkata-kata.

“Hai, Siput jelek dan menjijikkan. Apa yang kamu lakukan di sini? Gara-gara kamu, aku terjatuh tahu!” bentak kupu-kupu marah.

“Ma…maa… maafkan aku,” kata siput lirih.

“Apa, maaf katamu? Setelah kaubuat aku terjatuh dan sayapku yang indah ini kotor, kamu hanya minta maaf? Dasar tidak tahu diri!” bentak kupu semakin marah.

“T….tet…tetapi…aku tidak sengaja,” bela siput ketakutan.

“Ya, aku tahu kau tidak sengaja. Tapi badanmu yang jelek dan berlendir itulah yang menjadikan aku sepertiini.” Bentak kupu-kupu sambal menunjuk dengan jijik pada badan siput yang mengkilap karena lendir. “lagi pula kamu ngapain sih ke sini?”

“Aku ingin menjadi temanmu kupu-kupu. Agar aku bisa meniru keindahanmu,” kata siput ragu.

“jadi temanku….?”

“Iya,” Siput mengangguk

“ha…..ha…..ha…..” kupu-kupu tertawa mengejek. “Hai Siput, ngaca dong. Apakah kamu merasa pantas berteman denganku yang cantik dan anggun ini, Hah?”

Siput menggeleng pelan. Dia hanya mampu terdiam dan menunduk. Dia sangat malu dihina serupa ini. Untung tidak ada orang yang melihat.

Siput pergi meninggalkan kupu-kupu. Hatinya hancur. Bukan karena dia ditolak menjadi teman oleh kupu-kupu tetapi karena kata-kata kupu-kupu yang menghinakandirinya.

Sepeninggal Siput, Kupu-kupu segera membersihkan dirinya. Dia tak mau ada penduduk hutan itu yang tahu dirinya tampil tidak sempurna dengan sayap yang kotor. Apa jadinya kalau dia tampil dengan sayap yang kotor dan berdebu.

Kekesalannyamasihmenguasaidirinya. Sesekalidiamengomelsendiri.

“Ada apaKupu-kupu? Dari tadisayalihatkamukokngomeeelterus. Nggakbaiklohpagi-pagisudahmarah-marah. Nanticepattua,” sapaMerpatiPutih.

“Eh, kamu. Nggakapa-apakok. Cumakesalsajasamasiput.

“Siput? Memangkenapadia?” Tanya merpatiingintahu.

“lendirnya yang menjijikantelahmembuatakuterpelesetdanjatuh. Kotor dehsayapku,” terangKupu-kupu.

“Oh…” gumamMerpatipendek.

“KokCuma oh?” kata kupu-kupukesal.

“Loh, memangnyaaku harus bilangapa? Akupikiradamasalahserius, taktahunyacumaterpeleset,” terangMerpati.

“Inijugamasalahserius, Mer. Masalahbesar,” kesalsuaraKupu-Kupu.

“Kamuhanyaterpelesatdanitukamuanggapsebagaimasalahbesar? Yang benarsaja,” belaMerpati.

“Bagaimanabukanmasalahbesar, badankusakitdansayapkujadikotor, tahu….” Bela Kupu-Kupu.

“Sayapmu, akulihatbaik-baiksaja. Masihbersih,” kata Merpati sambal mengamatisayapkupu-kupu.

“Iyasekarangbersih, tadi? Kotor tahu!”

“Tapisekarangkantidak. Artinyajatuhnyakamubukanmasalahbesardantidakperludibesar-besarkan.

“Sudah...! sudah...! kamu tak perlu menggurui aku. Aku tahu, Kamu iri dengan keindahanku. Bahkan kamu mungkin berharap agar sayapku patah bukan sekadar kotor seperti sekarang ini,” Kupu-kupu memojokkan Merpati.

“Kupu.... bukan...!”

“Cukup bicaramu, Merpati. Aku tahu niat busukmu itu. Kamu ingin aku memaafkan Siput dan berteman dengan siput kan? Dengan demikian aku bisa sering terjatuh dan nanti sayapku jadi rusak atau bahkan patah. Saat sayapku rusak, lalu kamu menjadi hewan paling cantik di hutan ini kan?” tuding Kupu-Kupu dengan kemarahan yang semakin memuncak.

“itu sama sekali tidak pernah aku pikirkan,” bela Merpati.

“Alah.... jangan sok baik kamu Merpati. Kamu berpura-pura baik demi niat busukmu menjadi yang paling cantik di hutan ini,” tuduh kupu-kupu keji.

“Demi Tuhan, aku tak ada niat sejahat itu,”

“Aku tak percaya!”

“Bagaimana caranya agar kamu bisa percaya dengan ucapanku itu?” tanya Merpati.

“Bersumpah?”

“Bersumpah bagaimana maksud kamu?”

“Kamu harus melakukan sumpah di atas batu suci dengan disaksikan oleh seluruh penduduk hutan ini. Jika sumpahmu bohong maka bulu-bulumu yang putih akan rontok dan kamu tidak akan memiliki bulu lagi.

“Baiklah. Bukan hanya aku yang tidak punya bulu, tetapi anak keturunanku juga tidak akan punya bulu jika apa yang aku katakan tadi dusta. Tapi....”

“Tapi apa...?” tanya Kupu.

“Tapi, jika aku berkata benar, maka keturunan kamu tidak akan memiliki keindahan sepertimu sekarang,” tantang Merpati.

“Tidak bisa. Aku tidak mau,” tolak kupu-kupu.

“Paling tidak untuk memiliki keindahan sepertimu sekarang, keturunanmu harus merasakan dulu penderitaan dihina oleh makhluk lain. Bagaimana?” tantang Merpati.

“Tidak mau,” tolak kupu-kupu.

“Loh, kalau kamu tidak mau. Aku pun tidak akan mau bersumpah seperti yang kau inginkan,” terang Merpati.

Kupu-kupu terdiam. Dia sangat yakin bahwa Merpati memeiliki niat jahat terhadap dirinya. Kupu-kupu yakin tantangan yang diberikannya itu hanya merupakan cara agar dia tidak mengucapkan sumpah di atas batu suci. Dengan demikian dia akan selamat dari kutukan sumpahnya sendiri.

Kupu-kupu mengangguk mengerti siasat licik Merpati. Dia terima saja tantangan Merpati. Rasanya dia tak sabar lagi melihat Merpati yang menjadi saingannya menjadi gundul tanpa bulu. Kupu-kupu tersenyum penuh kemenangan.

“Baiklah, aku terima tantanganmu,” jawab kupu-kupu tegas.

“Kamu yakin akan melakukan itu, Kupu-kupu?” tanya Merpati tidak percaya.

“Kamu takut kan karena apa yang aku katakan benar adanya?” kupu-kupu semakin yakin bahwa Merpati memiliki niat jahat terhadap dirinya.

 

Merpati dan kupu-kupu melakukan sumpah di batu ajaib

 

Mereka pergi menuju tempat batu suci berada. Penduduk hutan telah berkumpul mendengar panggilan gajah yang menjadi saksi sumpah yang akan Merpati lakukan.

Merpati dan Kupu-kupu telah berdiri di atas batu suci. Mereka sangat yakin bahwa mereka akan selamat dari sumpah yang akan mereka ucapkan tersebut.

“Hadirin, hari ini kita akan menyaksikan sumpah yang akan disampaikan oleh Merpati dan Kupu-Kupu. Kupu-kupu telah menuduh merpati memiliki niat jahat terhadap dirinya. Sementara itu Merpati merasa tak ada sedikit pun niat jahat terhadap kupu-kupu. Jika Merpati berbohong, maka dia dan keturunannya tidak akan memiliki bulu lagi. Namun jika di benar, keturunan kupu-kupu harus berjuang dengan susah payah dan terhina untuk dapat memiliki keindahan sayapnya.” Jelas gajah pada penghuni hutan.

Semua terdiam. Ada kecemasan yang mencekam pada seluruh penduduk hutan.

“ikuti kata-kataku Hai Merpati dan Kupu-Kupu” perintah Gajah.

“Baik,”

“Aku bersumpah.”

“Aku bersumpah,” Merpati dan Kupu-kupu mengikuti.

“Semua yang aku katakan adalah benar. Jika aku berbohong, maka aku akan menerima akibat seperti yang telah disepakati.”

Merpati dan Kupu-kupu mengikuti sumpah yang disampaikan oleh gajah sampai selesai.

Tiba-tiba batu suci tersebut bergetar dahsyat. Terdengar suara “Kraaaak” seperti batu yang terbelah. Batu mengeluarkan asap putih. Semakin lama semakin tebal. Merpati dan kupu-kupu yang berada di atas batu tertutup oleh asap putih yang tebal tersebut.

Asap semakin tebal. Berputar perlahan. Semakin lama putaran tersebut semakin kencang. Merpati dan kupu-kupu tidak terlihat lagi.

Penonton terdiam menahan napas. Mereka tak tahu apa yang akan terjadi dengan Merpati dan Kupu-kupu.

Tak lama kemudian asap tebal hilang. Kupu-kupu dan Merpati masih berada di atas batu suci. Mereka baik-baik saja. Seakan tak pernah terjadi apa-apa. Siapa yang salah tak ada yang tahu.Penduduk hutan membubarkan diri.

Hari berganti hari. Penduduk hutan masih belum tahu hasil dari sumpah yang dilakukan oleh Merpati dan Kupu-kupu. Sampai pada suatu saat mereka dikejutkan oleh suara tangisan yang menyanyat hati. Tangisan kesedihan dari kupu-kupu.

Semua mendatangi kediaman kupu-kupu. Ternyata kupu-kupu baru melahirkan anaknya. Tapi mereka terkejut. Ternyata yang dilahirkan kupu-kupu bukanlah bayi kupu-kupu yang lucu dan imut, tetapi sebutir telur yang lengket. Telur-telur itu kemudian terbelah dan menjadi suatu makhluk yang menjijikan. Makhluk seperti monster dengan gigi dan duri tajam. Dialah ulat bulu, sang anak kupu-kupu.

Penduduk hutan mengerti sudah. Ternyata Merpati benar. Dia tak punya niat jahat terhadap orang lain.

Kupu-kupu menyesali kelakuannya. Keangkuhan, kesombongan, dan prasangka buruk telah menyengsarakan dirinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terjadi. Dia harus mengubah sifat menjadi lebih santun dan baik agar anak-anaknya kelak memiliki kesempatan mendapatkan keindahan yang sejati.

Kupu-kupu harus mengajarkan pada anaknya, sang ulat bulu, agar kerakusannya dia hentikan dan segera dia bertapa untuk mendapatkan ujudnya yang sebenarnya. Kesombongan dan kedengkian kupu-kupu harus ia tebus dengan pengorbanan yang sangat berat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar