Selasa, 10 Mei 2011

TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. Mengapa perlu membahas teori belajar?
Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk belajar. Sudah banyak teori belajar yang telah diungkapkan oleh banyak pakar. Perbedaan teori tentunya muncul di sana-sini. Namun, perbedaan tersebut tentunya sebagai wahana bagi kita untuk memperluas keilmuan dalam bidang pendidikan. Hal tersebut karena teori-teori tersebut tentunya memberi manfaat bagi kita.
Lalu apa sebenarnya manfaat kite mempelajari teori belajar? Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari teori belajar. Di antaranya adalah teori belajar bermanfaat untuk:
1. membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,
2. membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,
3. memandu guru untuk mengelola kelas,
4. membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri, serta hasil belajar siswa yang telah dicapai,
5. membantu proses belajar lebih efektif, efisien, dan produktif, serta
6. membantu guru dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal.
Sebegitu banyak manfaat dari teori belajar yang dapat kita gunakan dalam memikul tugas sebagai pendidik sekaligus orang tua. Lalu apa saja yang harus kita ketahui terlebih dahulu agar kita bisa mengaplikasikan ilmu yang kita dapat tersebut dengan benar. Hal tersebut adalah
1. konsep dasar teori, prinsip, serta ciri-ciri yang melingkupinya,
2. bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori tersebut diterapkan,
3. bagaimana implikasi teori dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta
4. bagaimana relevansinya dengan pedagogik tranformatif.

B. Konsep Dasar Teori Humanistik
1. Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.(Sugihartono, dkk).
Tujuan belajar ini ingin memperbaiki sikap para pendidik yang dinilai membunuh karakter siswa. Masih banyak para pendidik yang memberikan label jelek pada murid, seperti anak bodoh, anak nakal, siswa bandel, atau julukan negatif yang lainnya. Dengan teori belajar humanistik, diharapkan kita dapat mengubah paradigma tersebut dan lebih memanusiakan siswa.
2. Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. (Sugihartono, dkk). Perbedaan kecepatan belajar bukan lagi menjadi alasan guru untuk meninggalkan siswa dengan kecepatan belajar rendah. Hasil akhir dari pembelajaran yang diinginkan adalah ketercapaian kompetensi pembelajaran secara menyeluruh.
3. Manusia adalah subjek/pribadi yang memiliki cipta, rasa, karsa yang mengerti dan menyadari akan keberadaan dirinya yang dapat mengatur, menentukan, dan menguasai dirinya, memiliki budi dan kehendak, memiliki dorongan untuk mengembangkan pribadinya menjadi lebih baik dan lebih sempurna. (Driyarkara). Guru selaku pendidik menjadi fasilitator dan motivator agar siswa dapat mengembangkan cipta, rasa, dan karsa yang telah dimilikinya.
Lalu bagaimanakah guru yang fasilitatif? Guru yang fasilitatif memiliki beberapa ciri yaitu
 merespon perasaan siswa,
 menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang,
 berdialog dan berdiskusi dengan siswa,
 menghargai siswa,
 menyesuaikan antara kata dengan perbuatan,
 menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa, dan
 tersenyum kepada siswa.

C. Prinsip Dasar Teori Humanistik
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan siswa mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
5. Belajar diperlancar bila siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
6. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
7. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengoreksi dirinya sendiri, sedangkan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
8. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus-menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.(Rogers)

D. Aplikasi Pembelajaran Humanistik di Kelas

Setelah kita mengetahui prinsip dasar humanistik tersebut, tibalah saatnya kita mulai proses pembelajaran dengan pendekatan humanistik di kelas.
Langkah-langkah umum yang biasa dilakukan dalam pengaplikasian teori pembelajaran humanistik di kelas adalah:
1. Guru merumuskan tujuan belajar yang jelas;
2. Guru mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur, dan positif;
3. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupannya untuk belajar atas inisiatif sendiri;
Guru mendorong siswa untuk bebas mengemukaan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
4. Guru merumuskan tujuan belajar yang jelas;
5. Guru mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat: jelas, jujur, dan positif;
6. Guru mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupannya untuk belajar atas inisiatif sendiri;
Guru mendorong siswa untuk bebas mengemukaan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
Lalu bagaimanakah kondisi pemebalajaran di kelas yang mengaplikasikan pendekatan humanistik di kelas? Ada beberapa ciri aplikasi pembelajaran humanistik di kelas. Ciri-ciri tersebut adalah
1. memberi kesempatan seluasnya agar siswa mengembangkan diri secara potensi, pribadi, sikap, berkembang menuju taraf yang lebih baik/sempurna,
2. Ada proses pemanusiaan manusia,
3. Siswa memiliki peran, dan
4. Proses yang berlangsung adalah pembelajaran bukan pengajaran.

Apakah Anda merasa sudah melakukan ini? Kalau sudah, selamat! Berarti Anda selangkah lebih maju dengan memperlakukan siswa lebih baik.
Setelah kita melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan humanistik, tentunya kita berharap pembelajaran tersebut berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran humanistik dianggap berhasil apabila :
1. Siswa merasa senang.
2. Siswa bergairah dalam belajar.
3. Siswa berinisiatif dalam belajar.
4. Siswa mengalami perubahan pola pikir.
5. Siswa merasa bebas atau tidak tertekan dalam mengikuti keseluruhan proses pembelajarn.
6. Siswa berani menyampaikan gagasan dan mengekspresikan diri.
7. Siswa tidak terikat oleh pendapat orang lain.
8. Siswa mengatur pribadi secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan dan norma.
9. Siswa berdisiplin.
10. Siswa mengikuti etika yang berlaku.



Farichin
Disarikan dari beberapa sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar