Selasa, 14 Agustus 2012

ILUSTRASI DALAM CERITA FIKSI


(FARICHIN,S.Pd)
Dalam cerita fiksi seperti cerpen dan novel, angan dan pikran pembaca dapat terbawa dalam alur cerita. Semua itu terjadi karena dalam sebuah cerita fiksi ada unsur yang disebut ilustrasi. Ilustrasi adalah deskripsi atau gambaran tentang setting, fisik tokoh, perasaan dan tindakan tokoh cerita, jalannya peristiwa. Ilustrasi memegang peranan yang penting dalam karya fiksi. Dengan ilustrasi pengarang akan mentransfer seluruh kondisi yang ada dalam kepalanya kepada alam imajinasi pembaca. dengan ilustrasi itulah akhirnya pembaca dapat merasakan kehadiran benda, tempat, suasana, pikiran dan perasaan tokoh saat suatu peristiwa terjadi.
Untuk dapat membuat ilustrasi dengan baik, diperlukan pencurahan panca indera kita. Saat itu, kita ditantang untuk menhadirkan apa yang tokoh cerita lihat, dengar, cecap, raba,cium, dan rasakan dalam perasaannya pada pembaca cerpen kita sehingga pembaca dapat merasakan apa yang tokoh cerita lihat, dengar, cecap, raba,cium, dan rasakan dalam imajinasinya.
Ada beberapa bentuk ilustrasi cerita yang dapat kita munculkan pada cerpen yang akan kita buat. Bentuk Ilustrasi tersebut adalah
1.      Ilustrasi tempat yang berisi gambaran tempat peristiwa dalam cerita.
Ruang kelas sudah sepi. Anak-anak yang dari pagi riuh rendah dengan celotehnya yang tiada henti kini sudah tak satu pun batang hidung yang tampak. Meja dan kursi siswa masih belum tertata rapi. Beberapa kertas ulangan bahasa Inggris yang siang tadi sebelum pulang sekolah dibagi beberapa berserakan di lantai dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.ada yang biarkan jatuh di lantai, diremas,bahkan beberapa mengalami nasib yang sangat tragis yaitu disobek-sobek.  Seolah anak-anak tak menyadari bahwa dalam  kertas ulangan tersebut tergambar kemampuan dan kerjanya selama mengikuti pelajaran.
 (Anak-anak zaman, Farich Abi Wildan)
2.      Ilustrasi waktu yang menggambarkan waktu sebuah peristiwa dalam cerita terjadi. Waktu sebuah peristiwa dapat diungkapkan dengan penggunaan kata-kata yang menunjukkan waktu secara langsung maupun tidak langsung. Berikut ini adalah kutipan sebuah cerpen yang menunjukkan sebuah waktu.
Suara adzan subuh terdengar lamat-lamat dari masjid kampung seberang.beberapa saat kemudian beberapa suara serupa susul menyusul dari beberapa mushola di sekitar kampung itu.  Udara masih diselimuti embun yang menebarkan hawa dingin dan lembab. (Merobek Mentari, Farich Abi Wildan)
3.      Ilustrasi suasana menggambarkan suasana saat sebuah peristiwa berlangsung
Anisa menangis pilu di hadapan tubuh kaku ibunya yang telah mulai tersa dingin. Beberapa pelayat terhanyut oleh tangisan Anisa anak semata wayang ibu Hindun yang kini telah meninggalkan dunia yang fana direnggut penyakit paru-parunya yang tak sempat diobati. Dipeluknya tubuh yang semakin dingin itu seolah tak rela untuk dikuburkan. Tangisnya tak juga mau berhenti meski beberapa orang telah mmbujuknya.
 (Merobek Mentari, Farich Abi Wildan)
4.      Ilustasi perasaan menggambarkan perasaan yang dialami tokoh cerita. Apakah sang tokoh dalam kondisi sedih, marah, rindu, dan sebagainya. Saat kita akan membuat ilustrasi ini, kita harus bisa mendalami perasaan orang lain. Empati dan simpati terhadap kejadian yang dialami tokoh harus kita miliki agar tercipta sebuah ilustrasi yang bagus. Berikut ini adalah contoh ilustrasi ini dalam sebuah cerpen
Tubuh Larasati gemetar keras. Kepalanya mulai berat. Jantung berdegup keras. Larasati shok mendengar pengakuan Doni yang telah menghamili Dina, sahabatnya sendiri.matanya nanar menahan gejolak perasaan yang tak menmentu. Hancur dan remuk redam semuanya ia rasakan.
(Di antara dua hati, Farich Abi Wildan)
Tubuh Larasati gemetar keras. Kepalanya mulai berat. Jantung berdegup keras. Larasati shok mendengar pengakuan Doni yang telah menghamili Dina, sahabatnya sendiri.matanya nanar menahan gejolak perasaan yang tak menmentu. Hancur dan remuk redam semuanya ia rasakan.
(Di antara dua hati, Farich Abi Wildan)
5.      Ilustrasi tindakan menggambarkan tindakan dan reaksi tokoh dalam kaitannya dengan peristiwa yang terjadi.
Setelah melemparkan tasnya begitu saja ke atas meja, yang menyebabkan dua buah buku ensiklopedi terbang bebas dan jatuh berdebam, dengan kasar ditariknya sebuah buku tebal dari rak. Akibatnya buku-buku yang disusun saling bertumpu itu jatuh bergeletakan. Dan itu ternyata baru awal.
Cowok itu membuka kemejanya dan membentangkannya di atas pot bunga! Kiara terbelalak . orang yang paling idiot pun tahu, tidak akan memasang  paku di belakang pintu kalau ternya pot bunga bisa menggantikannya.
Tapi ditahannya kesedihannya. Sudah dijalaninya ini selama berbulan-bulan, dan usahanya akan jadi sia-sia kalau akhirnya dia jadi ikutan sinting.
(Satu Bintang dari Langit Kelam, Oleh Esti Kinasih)
Dalam sebuah cerpen, ilustrasi sangat berperan penting. Dengan ilustrasi, pembaca akan dapar merasakan, melihat, mendengar, atau terbangkitkan emosinya sesuai peristiwa yang terjadi. Semua ini terjadi karena saat kita membaca sebuah cerpen atau karya fiksi yang lain, pembaca cenderung mengidentifikasikan dirinya sebagai tokoh yang bermain dalam cerita tersebut. Karena begitu pentingnya ilustrasi dalam sebuah cerpen, terkadang ada sebuah cerpen yang hanya menggambarkan peristiwa-peristiwa ceritanya dengan menggunakan ilustrasi semua tanpa diikuti dialog. Model ini menenimbulkan efek bahwa pengarang sedang menceritakan sebuah peristiwa kepada pembaca secara sepihak berdasarkan apa yang pengarang ketahui. Tokoh yang ada dalam cerita tersebut hanya dijadikan wayang yang tidak diperlukan dialognya. Di sini pengarang sebagai pencerita murni layaknya seorang teman bercerita dengan teman lainnya tentang peristiwa yang dialami oleh keluarganya.
Untuk menghadirkan ilustrasi-ilustrasi tersebut pada alam imajinasi pembaca, diperlukan beberapa cara atau trik. Cara tersebut adalah
  1. Pencurahan panca indera dengan turut sertanya kita merasakan apa yang dialami tokoh cerita. Untuk bagian ini, buatlah setting yang akrab dengan kita sebagai penulis. Jangan sekali-kali kita membuat cerita dengan setting yang tidak kita kenal atau tidak pernah kita lihat secara langsung. Bagaimana mungkin kita membuat gambaran tentang hutan kalau kita tidak pernah pergi ke hutan.
  2. Pergunakan diksi dan majas atau gaya bahasa untuk memperindah kalimat yang kita buat. Dengan majas atau gaya bahasa, ilustrasi yang kita buat akan terasa lebih indah, dan bagus. Namun yang perlu diingat, janganlah membuat ilustrasi dengan panjang leber sehingga cerita lebih dominan pada ilustrasinya. Pembaca akan merasa jenuh apabila hanya disuguhkan ilustrasi-ilustrasi semata. Pembaca menginginkan konflik yang menjadikan cerita lebih menarik. Pembahasan tentang majas akan dibahas lebih dalam pada pembahasan tersendiri pada buku ini.

1 komentar: