Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013 dan upaya yang harus dilakukan oleh pihak yang berkepentingan
Pada
pelaksanaannya Kurikulum 2013 di daerah masih menyisakan berbagai persoalan.
Meski tujuan kurikulum baru itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus
mendapat banyak perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul antara lain :
1.
Guru
sebagai manajer di kelas belum memahami benar implementasi kurikulum 2013 yang
seharusnya. Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terhadap guru, tetapi
belum semua guru memahaminya secara baik. Pun guru yang mengikuti pelatihan
belum semua informasi terkait dengan implementasi kurikulum terserap dengan
baik.
2.
Kurangnya buku panduan pelajaran dari
Pemerintah Pusat. Bahkan di beberapa
sekolah
SMP yang menjadi pilot project
penerapan Kurikulum 2013 di
Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya di Indonesia),
hanya terdapat dua buku panduan. Untuk mengatasi itu, pihaknya mengunduh buku
panduan dari internet dan memperbanyaknya.
3.
Buku
siswa yang idealnya juga dimiliki siswa dengan komposisi satu buku satu siswa
masih belum dapat disediakan dengan cukup. Kondisi tersebut memaksa sekolah
untuk melakukan pengadaan buku tersebut dengan penggandaan yang tentunya
membutuhkan biaya tambahan.
4.
Sistem rapor. Masalah mungkin muncul pada
pertengahan Oktober depan, berkaitan dengan sistem rapor kepada orang tua
siswa. Hingga sekarang belum ada petunjuk teknis bagaimana rapor itu nanti
dibuat, yang mengacu kepada sistem penilaian di perguruan tinggi dengan nilai
A, B, C, dan seterusnya.
5.
Lainnya adalah keberatan para orang tua siswa
berkaitan dengan adanya kata-kata kasar dalam buku panduan Kurikulum 2013.
6.
Terdapat beberapa daerah yang memaksakan diri
dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Sebagai contoh Kota Tegal, pada tahun
pelajaran 2013/2014 secara serentak mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan
kurikulum 2013. Hal ini jelas menimbulkan permasalahan, misalnya mahalnya biaya
pengadaan buku. Masalah ini menjadi lebih parah manakala siswa diwajibkan untuk
membeli buku sendiri. (sekolah menjadi terkesan sangat mahal)
Terkait dengan permasalahan yang dijumpai dalam
implementasi kurikulum tersebut, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) M.Nuh
membeberkan tiga hal yang menjadi poin monitoring dan evaluasi (monev) dalam
kurikulum 2013, yaitu :
a.
Pertama mengenai buku, kedua tentang proses
pelaksanaan pembelajaran dan ketiga menyangkut kemampuan guru. Evaluasi
terhadap buku
diperlukan agar terdapat perbaikan di periode berikutnya. Sebab buku dalam
kurikulum bersifat model yang harus diidealkan dengan tujuan kurikulum.
b.
Sementara untuk guru, kementerian berharap
memiliki rapor penilaian seluruh guru. Penilaian dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan
yang sudah dilakukan. Evaluasi, ujar Mendikbud, juga akan mempersiapkan
pendampingan terhadap para guru.
c.
Sedangkan tahap ketiga untuk kompetensi, para
guru akan diukur rasionalitasnya terhadap kurikulum. "Berapa nilainya,
terhadap bagaimana analisis mengajar materinya, bagaimana dia menyusun rencana
pembelajaran.
Sementara itu dari pihak dinas pendidikan setempat
seharusnya melakukan beberapa tindakan seperti:
a. Pendataan guru yang valid sehingga penempatan tenaga
pendidik lebih tepat sesuai dengan kebutuhan.
b. Pengadaan pelatihan implementasi kurikulum pada guru
pada tingkat kabupaten dan atau sekolah agar seluruh guru memahami kurikulum
2013 secara utuh.
c. Pengalokasian dana untuk pengadaan buku panduan dan
buku siswa agar implementasi kurikulum dapat berjalan dengan lancar.
Apa sih yang diharapkan oleh negara Indonesia dengan berganti ganti kurikulum? Mengapa baru 1 semester kur 13 di gnt kmbali ke KTSP 2006.
BalasHapusKurikulum kuk ganti ganti mau jadi apa?
BalasHapus