Kamis, 30 Juni 2011

KALIMAT MAJEMUK DALAM BAHASA INDONESIA

Pembahasan tentang kalimat majemuk tentunya tidak asing bagi kita pelajar atau guru terutama guru bahasa Indonesia. Apa sebenarnya kalimat majemuk itu? Apakah kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia sering digunakan? Dan apa sajakah kalimat majemuk yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kalimat majemuk tersebut, marilah kita ikuti ulasan berikut ini.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk disebut juga dengan kalimat poliklausa. Sementara kita tahu bahwa satu klausa minimal memiliki pola kalimat yang menduduki fungsi subjek dan predikat. Dengan demikian kalimat majemuk minimal memiliki dua pola kalimat.

Dalam bahasa Indonesia, kalimat mejemuk sering digunakan bersamaan denganpenggunaan kalimat tungggal atau kalimat monoklausa. Penggunaan kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memperjelas hubungan antar bagian klausa dengan bagian klausa yang lainnya. Hal ini dibuktikan penggunaan kalimat yang panjang dalam surat kabar, majalah, atau lainnya. Kalimat yang panjang tersebut umumnya berbentuk kalimat majemuk karena terdiri dari dua pola kalimat atau lebih. Dalam kalimat penjang tersebut umumnya memiliki dua subjek dan dua predikat atau salah satu di antaranya.
Kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia, ada beberapa macam yaitu:
1. Kalimat majemuk setara (koordinatif)
2. Kalimat majemuk rapatan
3. Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif)
4. Kalimat majemuk campuran

KALIMAT MAJEMUK SETARA
Kalimat majemuk setara adalah Kalimat gabung yang hubungan antarpola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Sederajat di sini berarti antara kalusa satu dengan yang lainnya tidak saling bergantungan.
Ciri-ciri :
1. Klausa pembentuknya dapat dipisahkan menjadi kalimat tunggal tanpa adanya perubahan maksdu kalimat
2. Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
3. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
4. Menggunakan kata penghubung, yangbersifat kesetaraan.
5. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P
Kalimat majemuk setara dibagi menjadi 5 :
1) Kalimat majemuk setara sejalan (penambahan/penjumlahan)
Ciri :
a. Intonasi disertai kesenyapan antara.
b. Konjungsi atu kata penghubung: dan, serta, lagi pula,tambahan lagi, dan sebagainya.
Contoh:
Ibu menyapu lantai, Andini mengelap perabotan, dan Rudi merapikan mainan ke dalam kardus.
Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (1) /ibu menyapu lantai/ yang berpola SPO; (2) /Andini mengelap perabotan/ yang berpola SPO; dan (3) / Rudi merapikan mainan ke dalam kardus/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan]
2) Kalimat majemuk setara memilih (pemilihan)
Ciri-ciri: a. Ada kesenyapan antara intonasi.
b. Penggunaan kata tugas: atau
Contoh:
Kita akan melanjutkan perjalanan, atau kita beristirahat.
3) Kalimat majemuk setara perlawanan
Ciri-ciri:
a. Ada kesenyapan antara dalam intonasi.
b. Berkata tugas: tetapi, melainkan, padahal, sedangkan, dan sebagainya.
4) Kalimat majemuk setara sebab akibat
Ciri-ciri:
a. Ada kesenyapan antara dalam intonasi.
b. Berkata hubung: sebab itu; karena, karena itu.
5 ) Kalimat majemuk setara menguatkan (penegasan)
Ciri-ciri:
a. Ada kesenyapan antara intonasi.
b. Berkata hubung: bahkan.

KALIMAT MAJEMUK RAPATAN
Kalimat rapatan berasal dari kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan, karena kata-kata atau frasa dalam kalimat tersebut menduduki jabatan yang sama.Proses perapatan bagian tersebut diperoleh kalimat gabung yang lebih efektif, jelas dan tegas.
Ciri-ciri:
a. Ada kesenyapan antara intonasi.
b. Bagian pola kalimat baru, ada yang dibuang atau dirapatkan, sehingga merupakan kalimat minor.
c. Pola uraian, misalnya S. yang sama: S-P + ( ) – P
contoh:
- Sawah itu subur.
- Sawah itu luas.
Sawah itu subur dan luas.

KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT
Kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang sudah ada.
Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru itu disebut anak kalimat atau klausa bawahan atau klausa sematan.

Bagian kalimat yang menduduki fungsi lebih tinggi atau tetap disebut induk kalimat atau klausa atasan atau klausa utama.
Ciri-ciri:
• Ada kesenyapan antara intonasi.
• Perluasan bagian kalimat tunggal membentuk pola baru.
• Bagian pola kalimat baru menjadi anak kalimat.
• Bagian yang tetap menjadi induk kalimat.
• Anak kalimat bergantung pada induk kalimat (bertingkat).
• Nama anak kalimat sesuai dengan bagian jabatan yang diperluas.
Macam dari kalimat majemuk bertingkatbergantung dari fungsi kalimat yang diperluas menjadi klausa. Apabila fungsi subjek diperluas menjadi klausa, dia akan berubah menjadi kalimat mejemuk bertingkat dengan klausa utama sebagai subjek. Demikian pula fungsi lainnya. Perhatikan contoh berikut ini
Kalimat tunggal : lelaki itu bekerja di bengkel ayahku
Kalimat majemuk bertingkat :lelaki berkaca mata hitam itu bekerja di bengkel ayahku.
Subjek pada kalimat di atas diperluas sehingga membentuk pola baru, dari [lelaki itu] menjadi /lelaki berkaca mata hitam/ yang memiliki pola SPPel.

KALIMAT MAJEMUK CAMPURAN
Kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat kombinasi kalimat majemuk setara atau rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat.Kalimat yang terdiri atas satu pola utama dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
Ketika kami sedang makan malam, Amir datang membawa sebungkus sate ayam dan sepring gorengan hangat.
Klausa satu dan dua memiliki hubungan bertingkat dengan bentuk kalimat majemuk bertingkat perluasan keterangan waktu. Hal ini ditandai dengan penggunaan konjungsi [ketika] di awal kalimat. Klausa kedua dan ketiga ditandai dengan konjungsi [dan]. Penggunaan konjungsi tersebut tentunya menunjukkan hubungan setara.

Demikian saja ulasan tentang kalimat majemuk. Semoga bermanfaat. Saran dan kritik bias Anda poskan lewat komentar pada postingan ini. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar