Oleh : Muthoatul Chasna
Wajahnya yang cantik menawan, senyumnya yang manis, tubuhnya yang mungil selalu terbayang dibenaknya. Refa gadis yang juga sebagai teman karibnya itu selalu muncul dalam benak fikiranny, cinta yang telah lama muncul tidak dapat Wawan ungkapkan, Edo sahabatnya juga sangat mencintai Refa dan Wawan tidak mungkin mengkhianati Edo.
“ Refa, kamu tuh udah anaknya pinter, cantik lagi, kamu tuh bagaikan putri yang bisa membuatku hidup, andai saja aku bisa selalu disampingmu dan membiarkanku selalu memandang wajahmu dan melihat senyum manismu disetiap waktu, tapi aku tidak mungkin mengkhianati Edo”.
Kata Wawan sembari menatap foto Refa yang sedang dipegangnya.
“ Dan kenapa sih harus Edo yang suka sama Refa !”
Kata Wawan dengan rasa geregetan.
###
Pagi yang begitu sejuk menyambutnya dengan raut yang hambar, matahari yang mengintip dibalik awan merasa sangat sungkan keluar menemaninya berangkat sekolah.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya.
“ Kenapa Wan kayaknya males banget? Kaya gue dong ceria “.
“ Apaan sih ? Gue juga semangat tau.”
“ oh ya Wan, aku kan sudah pernah bilang sama kamu kalau aku suka sama Refa, hari ini aku mau nembak dia “.
“ Apa? “ jawab Wawan dengan syok, suasana mendadak redup, matahari yang mengintip tambah malas untuk memunculkan sinarnya, keringat dingin membanjiri Wawan yang merasa dirinya tidak bernyawa lagi, sebuah firasat yang menggeluti fikirannya terjadi, setiap detik, menit, dan jam orang yang selalu ia fikirkan akan menjadi milik orang lain.
“ menurut kamu gimana Wan ? “.
“ Au ah gelap “. Jawab Wawan dengan rasa kesal
“ si Wawan gimana sih, orang temennya lagi minta pendapat malah ditinggalin “.
Duduk bersandar dibawah pohon yang sejuk nan semilir, bagaikan hidup tanpa beban, namun, jika teringat Edo, rasa penyesalan yang tiada henti-hentinya selalu melintas.
Tiba – tiba Refa menghampirinya.
“Hai wan, aku perhatiin akhir – akhir ini kok kamu sering melamun sendiri sih ? tanya Refa
“ ditatapnya Refa dengan mata memerah, seakan-akan akan pergi jauh dan tak kembali “.
“ Hello … kamu kenapa sich ditanya nglamun aja”.
“ nggak, gak kenapa –napa kok “.
Bel masuk pun berbunyi, bagaikan menit terakhir masa perjuangan cinta wawan.
“ itu udah bel, masuk yuk ?”
“ayuk”
Edo yang sudah tidak sabar menunggu bel istirahat merasa bahwa waktu berlalu sangat lama sedangkan Wawan merasa waktu berlalu sangat cepat.
Bel istirahatpun berbunyi, semua siswa pada keluar, namun dikelas hanya Edo, Refa dan Wawan.
“Refa, tunggu aku mau bilang sesuatu kepadamu”,
Semoga Refa tidak menerima Edo”. Kata wawan dalam hati.
“ ngomong apaan sih kayaknya penting banget.”
Tanya Refa penasaran.
“ Gini… aku sebenarnya saying sama kamu, dan aku ingin kita lebih dari sekedar teman, kamu maukan jadi pacar aku ? “.
“ ehhhhmmmm…Gimana yah …..
Kalau jawabnya gak sekarang gimana ?”
“ Terus kapan dong ? “
“ Aku pasti jawab, tapi kamu harus menghargai keputusan aku yah ? “.
Ok Siap Princess.
Sedang Wawan diluar sedang merasa dirinya berada diujung tanduk, semua merasa menjauhinya, angina yang mengeluasnya dengan manja bagai badai yang menerpa cintanya.
Tiba-tiba Refa keluar.
”refa kamu nerima Edo gak?”. Tanya wawan dengan rasa sangat penasaran.
Refa “iya”.
”iya apa? Kamu gak terima cinta Edo kan?
”iya aku belum jawab”.
”Alkhamdulillah,” kata Wawan dalam hati.
”Aku sebenarnya tidak suka sama Edo, cuman aku sangat menghargai keberanian dia mengungkapkan perasaannya, aku sebenarnya suka sama seseorang.namun aku selalu bingung dengannya.ada yang bilang dia suka sama aku,tapi kenapa dia tidak pernah mengungkapkannya kepada ku.” Kata Refa dengan nada lirih.
”emang kalau orang yang suka sama kamu dan mengungkapkannya,kamu akan terima? Tanya Wawan memancing Refa.
”ya, belum tentu sih, tapi kan seenggaknya dia berani nyatain cintanya.”
Bel masuk istirahat pun berbunyi, bagai babak penentuan sebuah perasaan. Dan waktu yang di tunggu – tunggu ahirnya datang. Edo datang menghampiri Refa.
”Ref, gimana kamu sudah siapkan menjawab.”
“Iya, aku sudah siap,” jawab Refa dengan rasa bersedih.
”apa jawaban kamu, semoga jawaban kamu tidak mengecewakan aku.”
”tapi....
Bibir Refa bergetar, ia tak tega melihat orang yang mencintainya di sakiti olehnya, ia menyadari bahwa ia harus saling menghargai satu sama lain meski orang itu musuh kita.
“aku tidak bisa menerima cinta kamu”.
matanya memerah,ia tak menyangka Refa akan menjawab seperti itu., namun ia sudah terlanjur malu dan pergi meninggalkannya.
Dalam benaknya Wawan mengira Refa dan Edo sudah jadian.dan Wawan bertekad untuk mengungkapkan perasaannya kepada Refa apa pun yang terjadi.
Kokok ayam membangunkan dari tidur pulasnya, bersiap untuk berangkat sekolah, dan menemui Refa untuk mengungkapkan perasaannya. Sampai di sekolah Wawan langsung menemui Refa.
” Refa! Seru Wawan.
”ada apa?”
”Kamu udah jadian sama Edo?” Tanya Wawan penuh harapan.
”nggak.” Jawab Refa dengan singkat.
Merasa bangkit dari keterpurukannya yang berlarut-larut , dedaunan ikut menari bagai merayakan hari yang begitu bermakna bagi Wawan, dan Wawan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini lagi.
“ ehmmmm Refa “.
“ Ia Kenapa ? “, jawab Refa
“ Aku mau ngomong sesuatu sama kamu “. Jawab Wawan dengan nada yang semangat.
“ Ngomong apa ? kayaknya semangat banget sih “.
Tanya Refa dengan nada bertanya-tanya.
“ aku tuh sebenarnya suka, sayang + cinta sama kamu, kalau satu hari tidak bertemu berasa setahun, dan detik ini, menit ini, jam ini juga aku ingin kamu tidak jadi temanku lagi “.
“ Maksudmu apa ! “. Dengan nada ketus
“ Kamu tidak mau berteman dengan aku lagi ? “.
“ Bukan, bukan itu maksudku, aku ingin kita menjadi lebih dari sekedar temen, aku ingin kamu jadi pacarku “.
Refa diam sejenak dengan matanya yang bening menggambarkan sebuah makna, di angan Refa memastikan bahwa ini adalah bukan sebuah mimpi, Refa merasa hatinya melayang-layang tak tentu arah, ternyata cinta Refa terbalas dengan manis oleh Wawan, Refa yang juga sangat mencintai Wawan tanpa ragu menerima cinta Wawan, dan Wawan yang sedang merasa sekarang digantung oleh Refa terkejut dengan jawaban yang Refa katakana.
“Iya”. Jawab Refa dengan nada semangat.
“ Iya? Maksudnya kamu nerima aku kan ? “.
“ Iya aku mau jadi pacar kamu “.
Wawan merasa seakan-akan dunia terbang dan menjadi milik mereka berdua.
“ Wawan ! tiba-tiba Edo datang, “ Dasar temen makan temen ! “. Teriak Edo dengan nada marah, “ Apa maksud kamu nembak Refa, sedang kamu tahu kalau aku sangat mencintai Refa, aku kecewa sama kamu Wawan “.
“ Apaan sih jangan kayak anak kecil deh, mending kita selesaiin dengan kepala dingin “. Kata Refa dengan melerai pembicaran mereka.
“ maksud kamu apa Wan, kamu kan tahu kalau aku sangat mencintai Refa “. Kata Edo dengan nada marah ! aku tuh sakit hati sama kamu.. kamu tuh …
“ Heh ….! Apa kamu tahu kalau aku juga sangat mencintai Refa, dan apa kamu tahu, aku juga sakit hati saat bilang kamu mau nembak Refa, aku selalu mengalah kepadamu, tapi aku tidak bisa mengalah untuk hal yang menyangkut perasaan.
Sejenak suasana mulai hening, bunga yang bermekaran kini layu seakan enggan menampakkan keelokannya, Edo pun mulai berfikir bahwa tidak hanya dirinya saja yang patut untuk dimengerti termasuk wawan sahabatnya.
“ oke … sekarang aku menyadari, dan aku rela kalau refa menjadi milikmu, dan aku akan berusaha melupakan dia “.
“ apa kamu benar-benar mau melepaskan dia ? “.
“ Iya, asalkan kamu tidak pernah menyakiti dia “.
Mereka pun akhirnya menyadari bahwa menghargai orang lain adalah kunci kebersamaan, mereka pun akhirnya bersatu kembali seperti dulu, dan mempunyai prinsip kejujuran dan keterbukaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar