Sabtu, 27 Oktober 2012

CERPEN : KABUT YANG TERSIBAK

Oleh : Ratna Devi Malam begini aku masih sendiri termenung sendiri di ujung kamar. Terbayang dengan semua yang telah terjadi dihari ini yang telah kulewati sebelumnya. Semua sungguh membuatku frustasi. Ya … hari ini aku baru saja putus cinta, dengan terpaksa ku harus melepas diri dari Aga, salah satu seniorku di fakultas kedokteran. Aku memang mahasiswa baru tahun ini. Aga adalah seniorku yang berbeda satu tahun beruntung sekali aku bisa menembus fakultas kedokteran yang memang selama ini aku impikan tapi masalah yang baru saja menimpaku seperti telah merenggut semua kebahagiaanku hari itu. Tidak terasa air mata tertetes deras di dua pipiku. Aku menangis karena aku teringat akan semua kenangan – kenangan yang telah ku lalui bersama Aga, aga yang aku sayangi, aga yang aku cintai kini telah membuatku patah hati dengan keputusannya untuk mengakhiri hubungan kami yang sudah hampir satu tahun ini. Padahal selama ini aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuknya. “ tok … tok … tok … mba cit, dipanggil bunda suruh makan “ Adikku Linda telah membuyarkan lamunanku. “ iya linda, sebentar !“ Aku menjawab dengan segera aku kusekan air mataku yang telah menetes itu agar bunda tak bertanya – Tanya. Namun, usaha yang telah ku coba sia – sia. Mataku membenkak besar, membentuk garis hitam dibawah mata. Akhirnya tak ku hiraukan apa yang terjadi dengan mataku init oh bunda juga telah mengetahui semua ini. Aku menuruni anak tangga dengan lesu, bunda yang sedari menunggu dimeja melihatku seperti prihatin dengan keadaanku ini. “ nduk, makan gitu lo, jangan tangis ae, kalo liat kamu gini bundanya jadi ikut sedih to “ kata bunda ketika aku sudah di tepi meja. “ iya bun, ini juga mau makan “. Kataku pada bunda seraya mencoba sedikit tersenyum. Acara makan itu pun selesai dan aku sesegera mungkin kembali kekamar mencoba menenangkan hati. Porsi makanku hari ini berbeda dari hari biasanya. Aku hanya makan 7 sendok saja. Itupun sudah membuatku kenyang. Dikamar pikiranku semakin kacau, kuputuskan saja untuk tidur sejenak barangkali setelah bangun tidur pikiranku ini jadi sedikit lebih tenang. Akupun tertidur pulas hingga tngah malam. Dan saat aku bangun aku seperti orang yang hiang pikiran. Aku hanya menatap langit – lamgit kamar dan pikiranku masih terbayang dengan Aga. Tak terasa air mata ku menetes lagi. Akuntak terasa untuk menahannya hingga ahirnya pagi pun menjelang. Bunda membuka pintu kamar untuk membangunkanku, aku pun terbangun dan aku tak bisa menyembunyikan lagi apa yang terjadi denganku tad malam, mataku terlihat membengkak sekali. “hah? Oooh..mmmm..” aku mencoba untuk menutup – nutupi semuanya dari bunda aku bingung harus menjawab apa aku tidak mau membuat bunda jadi terus kepikiran kare naku. “wis to nduk. Nggak usah bohongin bunda, bunda tau kok kamu semalem pasti menangis. Tu kelihatan kantung matanya”. Kata bunda. “ ih bunda sok tahu ah.hehehe”. “sama Orang Tua nggak boleh bohong, hayo kemarin kamu pasti nangis lagi ya?? Jujur aja” bunda tetap saja yakin jika aku nangis lagi semaleman walaupun aku mencoba untuk menutupi tapi tetap saja tak bisa akhirnya aku pu mengakui. “iya ni bun” aku berkata sambil mengucek – ngucek mataku. “ nah kan bunda nggak bisa dibohongin dikira bunda ngga pernah apa ngrasain kaya kamu cit ? bunda juga pernah muda kali cit. !! hehehe, oh iya cit nanti mau ikut bunda ngga ?” “ kemana bun ?” “ yaa pokoknya nanti ikut bunda aja dech, kamu pasti nanti bakalan ngrasain hal yang beda dari sekarang “. “ aduuuuh mau kemana sich bun ?? bikin penasaran aja dch uh !!” “ ya liat aja cit, ya udah kamu mau ngga ikut bunda ?”. “ emmmm gimana ya bun ?! ya udah dech ikut aja dari pada mati anakmu ini, hahaha !!” “ husss ngga boleh ngomong gitu nduuk “ “ eh iya bun, hehehe “ “ ya udah siap – siap lebih cepat lebih baik. Kayak katanya pak jusuf kala, hehehe “ bunda sedikit memberikan lelucon kepadaku. Mungkin biar aku sedikit bisa melupakan masalah ini kali ya. “ oke bunda sayaaaang “ “ Bun ini sebenarnya mau kemana sich, ?! dari tadi cumin muter-muter saja, keburu penasaran nich !” “sabar sedikit kenapa sich nak bentar lagi juga mau nyampe kok “ aku sedikit sebel sama bunda hamper satu jam lamanya kami berada di mobil dan kami saja masih belum sampai ditempat yang dimaksud bunda. Aku hanya terdiam melihat jalanan lewat kaca jendela. Ketika aku melihat jalanan aku jadi teringat akan sesuatu. Astaga !! inikan jalan yang pernah aku lewati bersama aga ketika pertama kali kita ngedate. “ nggak ! aku nggak boleh nangis pokoknya gak boleh nangis ! malu dong sama bunda”. Pikirku sambil melirik bunda yang sedang konsentrasi menyetir mobil. Semakin jauh perjalanan itu, semakin ku teringat dengan semua kenangan ku dengan aga. Aku tidak bisa menahan pedasnya mataku ini. Dan akhirnya akupun menangis lagi. “ loh cit kok jadi nangis ?? sabar dong saying, nanti juga nyampe, tenang aja “. “ bukan gara – gara kelama’an bun “ “ trus gara-gara apa ?? cerita dong !” Aku hanya menggeleng – gelengkan kepala mengisyaratkan bahwa aku tidak mau bercerita. “ tuh kan sama bunda sendiri kok nggak mau cerita sich ?” Aku masih saja menggeleng – gelengkan kepala, dan sepertinya sunda sudah cape’ bertanya kepadaku. Akhirnya bunda membiyarkanku nangis sendiri disampingnya. Kacaunya fikiranku ditambah sepinya dalam mobil membuatku akhirnya tertidur sebentar. Bunda tetap saja membiarkanku terlelap dalam tangis dan ketika aku terbangun aku sudah dihadapan pada sebuah tempat. Tempat yang sungguh indah dan tenang sekali. Terlihat jelas dihadapanku sawah yang hijau kekuning – kuningan memandang sawah tersebut siap untuk ditanam,terlebih lagi diujung sana terlihat bukit- bukit yang penuh dengan pepohonan hijau ditambah banyak sekali gubug – gubug ditengah sawah dan sungai kecil yang mengalir dengan tenang. Akupun yang berada didalam mobil langsung bergegas keluar untuk merasakan indahnya tempat itu. Aku sendiri masih belum tahu ini sebenarnya tempat apa. Saat aku sudah berada diluar mobil aku masih melihat bunda duduk dikursi supir dan tersenyum kepadaku. Tak lama kemudian bunda keluar juga dari mobilnya dan menghampiriku. “ gimana tempatnya ?? bagus ?” “ iya bunda bagus – bagus banget tempatnya tenang aku suka bun tempat ini.” Bunda kembali tersenyum padaku dan menarik tanganku. “ mau kemana lagi bun ?” “ udah nurut saja sama bunda “ Akhirnya kuikuti kemana bunda perginya bunda. Aku tak ingin terlalu lama untuk mengetahui apa yang sebenarnya bunda ingin tunjukan padaku sedari tadi. Sekian lama berjalan melewati hamparan sawah nan hijau kekuning – kuningan itu. Bujnda akhirnya berhenti didepan sebuah gubug kecil berbentuk segi empat dimana kita bisa melihat kesegala arah – arah sawah itu. Bunda duduk ditempat itu sambil menikmati pemandangan. “ bun, ini namanya tempat apa sich ? kok aku baru tahu ada tempat seindah ini dan setenang ini yah “ Bunda hanya tersenyum masih terlihat hamparan sawah didepanya. “ lah kok Cuma tersenyum sich bun. Ini namanya apa sich ? tuh kan selalu bikin penasaran “ Bunda masih saja tersenyum “ bun, dari tadi senyum – senyum mulu ah ditanya ini tempat apa juga “. Akhirnya bunda pun berkata, ini namanya dibawah kolong langit. “hah?maksudnya bun? Aku ngerti deh bunda tersenyum lagi. “bunda mau cerita cit,” “cerita apa?” Kamu tau kenapa bunda mengajak kamu ke tempat ini?. Kamu tau kenapa tadi kita cuma muter – muter di jalan sampai kamu akhirnya protes bunda”. “ nggak bun,emang kenapa?” “disaat umurmu yang sudah bertambah dewasa ini bunda ingin kasih tahu kamu satu hal tentang hidup cit. hidup itu penuh dengan suka dan duka. Dan mungkin saat ini kamu sedang merasakan duka di hidup ini. Masalah cinta, itu wajar kok. Bunda juga pernah mengalami seperti itu, tapi yangbunda merasa sedikit kefikiran adalah ketika kamu terus – terusan dalam kenangan. Bunda tahu perasaan itu. Memang sulit untuk kita lupakan semua kenangan – kenangan indah itu. Mungkin sekarang kamu bertanya – Tanya mengapa agar tidak menyakiti perasaanmu padahal kamu udah menjadi yang terbaik untuknya. Kamu tau nggak, kunci dalam hidup ini adalah sabar dan ikhlas. Kalau mau sabar dan ikhlas jangan pernah menghitung seberapa yang sudah di korbankan.” Aku hanya bisa terdiam dengan kata – kata bunda. Bunda mungkin sudah tahu apa yang ada dalam fikiranku hingga dia membiarkanku sejenak untuk memikirkan kata – kata itu. Dan satu hal yang perlu kamu tahu hidupmu bukan Cuma sampai di sini saja. Masih panjang nak jalan hidupmu, kalau mau nangis, nangis saja tidak apa – apa, tidak usah di tahan tumpahkan semuanya sekarang. Ternyata benak aku pun menumpahkan semua air mata ku saat itu juga di bawah kolong langit. Aku benar – benar telah di buka fikiran oleh bunda. Aku baru menyadari kalau terus terusan nangis tidak akan menyelesaikan masalah justru akan membuatku teringat – ingat dengan Aga. Hari pun tak terasa sudah semakin sore aku dan bunda akhirnya memutuskan untuk kemali ke rumah. Keceriaan mulai nampak padaku. Yah walaupun belum semuanya, tapi itu sudah cukup melihat bunda senang melihat perubahanku ini. Didalam mobil ak berfikir aku tidak menyesal kok pernah bertemu Aga. Akujuga gak nyesel pernah jadi bagian hidup Aga. Dengan ini aku telah mendapatkan satu pelajaran hidup untuk ke depannya itu hidup untuk menjadi orang sabar dan ikhlas seperti kata bunda.

1 komentar:

  1. keren abis ya. gak nyangka loh teman lama bisa ketemu di sini

    BalasHapus