Latar Belakang
Guru atau pendidik
dalam dunia pendidikan menjadi salah satu indikator kualitas suatu lembaga
pendidikan. hal ini sesuai dengan
pendapat Jalal yang menyatakan Guru merupakan kunci peningkatan
mutu pendidikan dan mereka berada dalam titik sentral dari setiap usaha
reformasi pendidikan. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan hanya akan
berarti bila melibatkan guru (Jalal, 2001:262). Pendidik yang berkualitas tinggi
dengan penguasaan kompetensi yang memadai akan dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. kualitas proses pembelajaran itulah yang akan mengantarkan
peserta didik mencapai keberhasilan dalam pendidikannya.
Senada dengan hal di atas, dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2005, 2006: 3
ditegaskan bahwa dalam
proses pembelajaran, posisi guru sangat strategis karena guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menggerakkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Untuk mampu
bersaing di forum nasional maupun internasional, guru dituntut untuk terus
mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta keterampilan khusus guru dalam menyampaikan materi dan
membimbing siswa.
Guru yang bermutu harus memiliki
kompetensi dasar. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogis,
kompetensi, akademik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik meliputi penguasaan materi atau
bahan ajar.
Menguasai materi dan bahan ajar menjadi kompetensi yang dapat diukur pertama
kali oleh peserta didik. Guru yang tidak menguasai bahan ajar akan dicibirkan
oleh peserta didik. Kompetensi pedagogis ditunjukkan dengan guru yang piawai menggunakan strategi
dan metode mengajar yang tepat dan melaksanakan penilaian hasil belajar yang
terus – menerus dan jujur. Selain penguasaan terhadap materi dan bahan ajar,
juga harus dituntut memiliki antusiasme yang tinggi, dalam arti memiliki
semangat dan senang mengajar. Kemampuan dalam penguasaan materi, metode dan
penilaian pendidikan akan menjadi kurang bermakna jika tidak disertai dengan
antusiasme yang tinggi, serta menyayangi peserta didiknya. Kemampuan dan
kemauan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan menjadi syarat utama
bagi terbentuknya profil guru yang efektif. Kedua kompetensi tersebut akan tampak pada sikap yang penuh
kasih sayang kepada muridnya, dan setia kepada profesinya (Suparlan, 2006:91).
Selain dari unsur guru sebagai lini depan mutu pendidikan,
masih ada kepala sekolah yang turut menentukan jalannya pendidikan. Kepala sekolah memilki peran yang
sangat strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru karena salah satu
kewajiban kepala sekolah adalah memberdayakan guru. Kepemimpinan merupakan
salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai
tujuan organisasi. Dengan amat berat seolah-olah kepemimpinan mengahadapi
berbagai macam faktor seperti : struktur atau tatanan, koalisasi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi.
Sebaliknya, kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah menjadi satu alat
penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang menimpa
suatu organisasi (Wahjosumijo, 2007:15).
Kepemimpinan dipandang pula sebagai
inti manajemen. Pandangan ini mendukung pernyataan masyarakat pada umumnya,
bahwa jatuh bangunnya suatu organisasi ada di tangan pemimpin atau keberhasilan
sebuah organisasi terletak pada kemampuan pemimpinnya. Kepala
sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan harus mampu memotivasi guru agar
tumbuh kemauan yang kuat dan rasa percaya diri mereka dalam melaksanakan tugas
untuk mencapai tujuan. Selain itu kepala sekolah harus pula mampu
mengkoordinasikan dan menyelaraskan semua sumber daya yang tersedia.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor pendorong yang
memungkinkan stakeholder mewujudkan
visi, misi, dan tujuan sekolah.
Hal
ini sesuai dengan simpulan Miner, 1965 (dalam, Gary Yukl, 2000:
218 ) bahwa sifat / karakteristik pemimpin dalam mengefektifkan organisasi
melalui anggota-anggotanya adalah sebagai berikut: (1) Sikap yang positif
terhadap oreng-oreng yang berwewenang, (2) suatu keinginan untuk bersaing
dengan orang lain untuk memperoleh status sumber daya, dan dukungan
(3) suatu keinginan untuk memimpin menjadi seorang yang tegas, (4)
keinginan untuk menjalankan tugasnya terhadap orang lain, (5) keinginan untuk
mendapatkan posisi yang baik dalam mutu pendidikan, (6) kesediaan untuk
melaksankan kegiatan-kegiatan administrasi rutin seperti perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan, para pemimpin yang efektif mampu mengefektifkan
organisasi untuk mencapai tujuan
Di
samping itu memiliki kemampuan melakukan sosialisasi dengan orang lain khususnya
anggota organisasi, serta memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang
cukup tinggi; memiliki motifasi dan keinginan berprestasi, yaitu para pemimpin
yang efektif memiliki dorongan besar dari dalam dirinya untuk menyelesaikan
sesuatu secara sukses, memiliki kemampuan hubungan manusiawi,
yaitu mengetahui bahwa usahanya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung
pada orang lain, khususnya untuk mencapai sesuatu sangat tergantung
orang lain, khususnya anggota organisasinya.
Salah satu
tugas menejerial yang harus dikuasai oleh kepala sekolah adalah malakukan
supervisi. Supervisi dilakukan untuk
memperbaiki kualitas kompetensi pedagogis guru sehingga guru dapat terus
mengembangkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan zaman. Kualitas kerja dari
guru yang berkompetensi bagus, akan berimplikasi positif terhadap kualitas
hasil pembelajaran atau prestasi sekolah secara menyeluruh.
Namun, tidak
semua sekolah memiliki pemimpin sekolah yang visioner dengan jiwa kepemimpinan
yang bagus demi terwujudnya tujuan sekolah secara umum. Masih banyak kepala
sekolah yang pengetahuan dasar kepemimpinannya masih belum memadai. Sehingga
tugas kepemimpinannya seolah berjalan di tempat tanpa adanya inovasi dan
dinamika menuju ke arah yang lebih baik terhadap kemajuan sekolah. Terkait
dengan tugas pelaksanaan supervisi sebagai salah satu tugas monitoring dan menejerial
kepala sekolah, masih banyak kepala sekolah yang melaksanakannya hanya sebatas
pelengkap administrasi.
Beberapa hal
negatif yang ditemui dalam pelaksanaan supervisi di sekolah adalah (1)
supervisi tidak terencana dengan matang; (2)pemantauan dan penilaian hasil
supervisi tidak mencerminkan kondisi nyata guru karena adanya unsur “ewuh pekewuh” terhadap guru yang
dinilai. Hal ini terjadi manakala pelaksanaan supervisi dibantu oleh guru
senior di sekolah tersebut; (3) kepala sekolah tidak melakukan tindak lanjut
hasil pelaksanaan supervisi sehingga tidak terjadi perebaikan kemampuan guru
yang disupervisi; (4) dari arah guru saat pelaksanaan supervisi terjadi
kamuflase karena mereka lebih mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugasnya
mengajar saat dilakukan supervisi daripada saat tidak ada supervisi. Dengan
demikian, kondisi pembelajaran yang kurang bagus selama satu semester tertutupi
oleh kegiatan supervisi yang hanya sekali.
Melihat pada
kondisi di atas, kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana
implementasi kepemimpinan sekolah dan pelaksanaan supervisi sebagai salah satu
upaya meningkatkan kompetensi pedagogis guru. dengan penelitian ini akan
ditemui kelemahan yang terjadi dalam kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi
untuk kemudian diajukan rekomendasi solusi pemecahannya. Di samping itu, akan
juga ditemukan kekuatan dari implementasi kepemimpinan kepala sekolah dan
supervisi agar menjadi dasar atau acuan bagi kepala sekolah yang lain.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang
di atas, diajukan beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
1.
Bagaimana
implementasi kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya peningkatan kompetensi
pedagogis guru SMP se-Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal?
2.
Bagaimana
implementasi supervisi dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogis guru SMP
se-Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal?
3.
Bagaimana
kondisi kompetensi pedagogis guru SMP se-Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal?
Latar Penelitian dan Penentuan Sampel
Penelitian tentang
implementasi kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi terhadap upaya
peningkatan kompetensi pedagogis guru dilakukan pada guru SMP di Kecamatan
Bojong. Penentuan subjek penelitian dilakuan dengan beberapa pertimbangan
yaitu:
1.
Dekat
dengan domisili peneliti sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
2.
Dari
hasil wawancara awal dengan beberapa orang guru SMP di kecamatan Bojong, masih terdapat
kelemahan dalam pengimplementasian kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi.
Data subjek penelitian yang
dipakai tampak pada tabel berikut ini:
NO
|
NAMA
SEKOLAH
|
JUMLAH
GURU
|
||
PNS
|
NON-PNS
|
JUMLAH
TOTAL
|
||
SMP 1 Bojong
|
24
|
12
|
36
|
|
SMP 2 Bojong
|
16
|
8
|
24
|
|
Jumlah
|
40
|
20
|
60
|
Sampel : karena
jumlah populasi kurang dari 100, maka sampel yang diambil keseluruhan populasi yaitu sebanyak 60 orang guru yang
terdiri dari 40 guru PNS dan 20 guru non-PNS.
Landasan Teori
A. Kepemimpinan
Ø Hakikat kepemimpinan
Ø Fungsi kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi
Ø Empat fase pendekatan kepemimpinan
Ø Perkembangan teori kepemimpinan
a.
Teori
sifat
b.
Teori
tingkah laku
c.
Teori
kemungkinan
d.
Teori
kepemimpinan mutakhir
v
Kepemimpinan
atribusif
v
Kepemimpinan
karismatik
v
Kepemimpinan
transaksional
v
Kepemimpinan
representatif
v
Kepemimpinan
transformasional
v
Kepemimpinan
visioner
Ø Peranan kepemimpinan kepala sekolah
Ø Tugas pokok kepala sekolah
a.
educator
b.
manager
c.
Motivator
d.
Administrator
e.
Supervisor
f.
Leader
g.
innovator,
dan
h.
motivator
Ø
Kepemimpinan
kepala sekolah berperan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Ø
Upaya
peningkatan tugas kepala sekolah
Ø
Indikator
kepemimpinan kepala sekolah
a.
Kemampuan
menyusun program
b.
Kemampuan
menyusun organisasi personalia
c.
Kemampuan
memberdayakan tenaga pendidik
d.
Kemampuan
memberdayakan sumber daya sekolah
e.
Kemampuan
pengelolaan administrasi
f.
Kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervisi
g.
Kemampuan
menysusun strategi peningkatan mutu
h.
Kemampuan
memberikan motivasi.
B. Supervisi
Ø Definisi motivasi untuk membangkitkan semangat diri
dan orang lain
Ø Motivasi ada dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik
Ø Motivasi ada beberapa teknik yang bisa diterapkan
Ø Teori motivasi dari beberapa tokoh
Ø Indikator motivasi
a.
Motivasi
membuat orang semangat mencapai tujuan
b.
Proses
adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan diri dan kelompoknya
c.
Kebutuhan
menyebabkan dorongan agar hasil usaha menjadi menarik.
1. Kompetensi Pedagogis
Ø Definisi kompetensi pedagogis yaitu kompetensi seorang
guru menguasai tugas pokoknya melaksanakan pembelajaran.
Ø Tugas pokok guru
Ø Strategi peningkatan kompetensi pedagogis
Ø Indikator pencapaian kompetensi pedagogis guru
a.
Kemampuan
menyusun perencanaan pembelajaran
b.
Kemampuan
melaksanakan pembelajaran
c.
Kemampuan
melaksanakan evaluasi pembelajaran
d.
Kemampuan
menganalisis hasil evaluasi
e.
Kemampuan
memanfaatkan hasil analisis evaluasi untuk program perbaikan dan pengayaan.
Contoh Instrumen
Instrumen untuk variabel Kepemimpinan Kepala sekolah
Untuk penilaian kepemimpinan kepala sekolah dilakukan dua pengisian
angket dari subjek yang berbeda. Satu angket berupa penilaian diri sendiri oleh
kepala sekolah terkait dengan kepemimpinan yang diterapkannya dan yang kedua
penilaian kepemimpinan kepala sekolah oleh guru. angket berupa pertanyaan yang
sama dengan menggunakan rentang penilaian Baik Sekali (BS)=5, Baik (B)=4, Cukup
(C)=3, Kurang (K)=2, dan Kurang Sekali (KS)=1.
Berikut adalah instrumen penilaian kepemimpinan kepala sekolah
BUTIR PERTANYAAN
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Kemampuan Menyusun
Program Sekolah
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program sekolah jangka pendek.
|
|
|
|
|
|
2
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program sekolah jangka menengah.
|
|
|
|
|
|
3
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program sekolah jangka panjang.
|
|
|
|
|
|
4
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program keuangan
|
|
|
|
|
|
5
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program supervisi akademik
|
|
|
|
|
|
6
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program supervisi administrasi
|
|
|
|
|
|
7
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
|
|
|
|
|
|
8
|
Kepala sekolah melakukan
pembuatan program pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan.
|
|
|
|
|
|
Pemberdayaan Tenaga Pendidik
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Kepala sekolah melibatkan
tenaga pendidik dalam penyusunan program sekolah.
|
|
|
|
|
|
10
|
Kepala sekolah
mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada tenaga pendidik
|
|
|
|
|
|
11
|
Kepala sekolah
mendelegasikan tugas atas dasar kemampuan dan kecakapan tenaga pendidik.
|
|
|
|
|
|
Pemberdayaan Sumber Daya Sekolah
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Kepala sekolah melakukan
pendataan terhadap kekuatan dan kelemahan sumber daya sekolah yang ada.
|
|
|
|
|
|
13
|
Kepala sekolah
memanfaatkan potensi sekolah untuk peningkatan kualitas sekolah.
|
|
|
|
|
|
Pengelolaan Administrasi
|
|
|
|
|
|
|
14
|
Kepala sekolah melakukan
pengadministrasian yang lengkap
|
|
|
|
|
|
15
|
Kepala sekolah menunjuk
tenaga administrasi untuk melakukan pengadministrasian secara tertib
|
|
|
|
|
|
16
|
Kepala sekolah melakukan
perbaikan terhadap tingkat kemudahan akses administrasi bagi seluruh warga
sekolah.
|
|
|
|
|
|
17
|
Kepala sekolah melakukan
terobosan pemendekan alur birokrasi terkait dengan administrasi sekolah.
|
|
|
|
|
|
Penyususnan dan Pelaksanaan Program Supervisi
|
|
|
|
|
|
|
18
|
Kepala sekolah membuat
program supervisi secara teratur.
|
|
|
|
|
|
19
|
Kepala sekolah melakukan
supervisi akademik secara berkala
|
|
|
|
|
|
20
|
kepala sekolah melakukan
supervisi administrasi
|
|
|
|
|
|
21
|
kepala sekolah melakukan
supervisi klinis
|
|
|
|
|
|
22
|
Kepala sekolah melakukan
sosialisasi hasil supervisi kepada guru yang disupervisi.
|
|
|
|
|
|
23
|
Kepala sekolah melakukan
pembinaan terhadap kelemahan guru hasil temuan supervisi.
|
|
|
|
|
|
24
|
Kepala sekolah melakukan
pemantauan pasca supervisi
|
|
|
|
|
|
Strategi Peningkatan Mutu
|
|
|
|
|
|
|
25
|
Kepala sekolah memiliki
strategi peningkatan mutu
|
|
|
|
|
|
26
|
Kepala sekolah
mensosialisasi strategi peningkatan mutu terhadap warga sekolah
|
|
|
|
|
|
27
|
Kepala sekolah menyusun
rancangan aksi pencapaian peningkatan mutu.
|
|
|
|
|
|
Pemberian Motivasi
|
|
|
|
|
|
|
28
|
Kepala sekolah memberikan
motivasi kepada warga sekolah
|
|
|
|
|
|
29
|
Kepala sekolah menjadi
teladan bagi seluruh warga sekolah
|
|
|
|
|
|
30
|
Kepala sekolah menjadi
orang yang dapat dijadikan rekan dalam memecahkan permasalahan seluruh warga
sekolah.
|
|
|
|
|
|
Instrumen
untuk Penilaian Supervisi
NO
|
BUTIR PERTANYAAN
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pembuatan Perencanaan
Pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
menentukan tujuan pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
menentukan indikator berdasarkan KD
|
||||||
Guru mampu
menentukan materi sesuai tujuan
|
||||||
Guru mampu
metode pembelajaran yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
menyusun langkah pembelajaran dengan menitikberatkan pada kesempatan siswa
melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
|
||||||
Guru mampu
menentukan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
menentukan sumber belajar yang bervariasi.
|
||||||
Guru mampu
menentukan media pembelajaran yang tepat
|
||||||
Guru mampu
menyusun evaluasi
|
||||||
Guru mampu
membuat rubrik penilaian
|
||||||
Pelaksanaan Pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
melakukan apersepsi dengan baik
|
||||||
Guru mampu
memotivasi siswa dalam pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
mengusai kelas
|
||||||
Guru mampu
menggunakan situasi kelas untuk pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
memberikan kesempatan bertanya secara luas
|
||||||
Guru mampu
menguasai materi pelajaran dengan baik
|
||||||
Kemampuan Bertanya
|
||||||
Guru
mengajukan pertanyaan dengan benar
|
||||||
Guru memberikan
pertanyaan untuk menguji daya serap secara perbagian
|
||||||
Kemampuan memotivasi dan
penguasaan kelas
|
||||||
Guru mampu memotivasi
belajar siswa
|
||||||
Situasi
belajar hidup dan kondusif
|
Instrumen
untuk Kompetensi Pedagogis
NO
|
BUTIR PERTANYAAN
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pembuatan Perencanaan
Pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
membuat silabus
|
||||||
Guru
mangetahui bagian-bagian silabus
|
||||||
Guru mampu
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
|
||||||
Guru
mangetahui sistematika RPP
|
||||||
Pelaksanaan Pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
mengaplikasikan model pembelajaran
|
||||||
Guru mampu
menerapkan RPP
|
||||||
Guru mampu
mengatasi permasalahan di kelas
|
||||||
Guru mampu
memanfaatkan waktu belajar
|
||||||
Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan secara sistematis
|
||||||
Pelaksanaan Evaluasi
|
||||||
Guru mampu
melakukan evaluasi proses
|
||||||
Guru mampu
melakukan evaluasi hasil
|
||||||
Guru mampu
melakukan evaluasi secara valid
|
||||||
Pelaksanaan Analisis
Hasil Evaluasi
|
||||||
Guru
melaksanakan analisis hasil evaluasi
|
||||||
Guru
menentukan pemanfaatan hasil analisis evaluasi untuk peneingkatan mutu
pembelajaran
|
||||||
Pelaksanaan Remidial dan
Pengayaan
|
||||||
Guru mampu
membuat program remidial
|
||||||
Guru
melakukan remidial teaching
|
||||||
Guru
melakukan pengayaan
|
||||||
Guru
melakukan analisis hasil remidial dan pengayaan
|
Simulasi
Pada
variabel kepemimpinan kepala sekolah, penilaian dilakukan dengan dua subjek
penilai yaitu penilaian kepemimpinan kepala sekolah yang diperoleh dari
evaluasi diri kepala sekolah dan penilaian dari guru di sekolah tersebut. Hasil akhir dari penilaian tersebut adalah
Mean yang diperoleh dari penjumlahan penilaian guru dan evaluasi diri kepala
sekolah.
Penilaian
kepemimpinan kepala sekolah dilakukan di dua SMP yang dijadikan sebagai sampel
penelitian. Hasil dari masing-masing sampel ini kemudian akan dijadikan dasar
penentuan kecenderungan implementasi kepemimpinan yang ada di sekolah. Data ini
juga akan dapat diketahui tentang kekuatan dan kelemahan yang terjadi terkait
dengan implementasi kepemimpinan kepala sekolah.
Aspek-aspek
yang didata pada penilaian kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari beberapa
yaitu:
a.
Kemampuan
menyusun program
b.
Kemampuan
menyusun organisasi personalia
c.
Kemampuan
memberdayakan tenaga pendidik
d.
Kemampuan
memberdayakan sumber daya sekolah
e.
Kemampuan
pengelolaan administrasi
f.
Kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervisi
g.
Kemampuan
menysusun strategi peningkatan mutu
h.
Kemampuan
memberikan motivasi.
Pada
penilaian kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 2 Bojong Kabupaten Tegal,
tergambar pada grafik berikut ini:
Dengan Mean 55,5 dapat diketahui unsur yang dikategorikan tinggi adalah
unsur yang telah mencapai batas di atas mean sedangkan kategori rendah apabila
berada di bawah batas mean. Perbandingan unusr penilaian kepemimpinan kepala
sekolah tampak pada grafik berikut ini:
Terkait
dengan penghitungan, dapat dilihat pada tabel penghitungan data penilaian
kepemimpinan kepala sekolah, tampak pada tabel penghitungan berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar