Senin, 04 Maret 2013
PERGESERAN PARADIGMA PENDIDIKAN DARI TEACHER CENTERED MENJADI STUDENTS AKTIVE LEARNING.
A. Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar
Dalam sosialisasi pendidikan seorang peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan materi pelajaran sang disampaikan oleh pendidik, tetapi mereka juga berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya seperti guru dan teman sekelasnya. Dari pergaulan dalam sosialisasi belajar tersebut muncul factor-faktor yang mendukung seseorang untuk menguasai konsep dan meningkatkan kompetensinya. Namun, juga dalam situasi tersebut kerap muncul factor yang menghambatnya untuk berkembang secara baik.
Menurut Slameto (2003: 54-72) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar seorang peserta didik. Factor tersebutterbagi dua yaitu factor internal dan factor eksternal. Faktor-faktor internal factor yang berada dan ada dalam diri individu baik fisik maupun psikis. Factor tersebut meliputi (1)Jasmaniah, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh; dan (2).Psikologi, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan 3.dan kesiapan.4.Kelelahan. Faktor yang kedua adalah faktor Eksternal yang berada di luar diri individu. Factor tersebut meliputi (1).Keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. (2).Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi antara guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (3).Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. (4).Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Clarc dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 39)).Walaupun faktor eksternal memiliki persentase lebih sedikit dibandingkan dengan faktor internal, akan tetapi hal tersebut juga mempunyai pengaruh bagi kelancaran belajar anak didik, akan terhambatnya proses belajar mengajar, dan tidak sedikit karena faktor eksternal banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar. Untuk itu, hal ini sangat perlu untuk diperhatikan, karena dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar kita diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya belajar.
Lingkungan memberikan nuansa yang dominan dan signifikan terhadap pembinaan anak didik. Lingkungan dalam hal ini, adalah lingkungan hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia, yang berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang berinteraksi didalamnya.
Selama hidup anak didik tidak bisa menghindari diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik, keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar anak didik disekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 177).
Di Indonesia, orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada sore hari.Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernafasan. Udara yang terlalu dingin menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap dan tidak betah tinggak didalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap belajar anak didik disekolah (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 178).Berdasarkan fakta yang kita lihat, hujan merupakan penghambat perjalan kita pada saat ingin pergi kesekolah. Hal ini akan menyita waktu kita selama berada dirumah, oleh karena hujan waktu pembelajaran disekolah pun tidak efektif lagi. Fakta sunnatullah (hukum alam) memang tidak bisa kita hindari, namun antisipasi terhadap hal ini akan mengurangi terhambatnya proses dan hasil belajar siswa didik.
Lingkungan buatan yang mempengaruhi proses belajar
Lingkungan buatan merupakan suatu lingkunganyang diatur sedemikin rupa oleh hasil olah tangan dan fikir manusia, baik yang disengaja atau tidak disengaja.Kelompok lingkungan buatan ini, misalnya letak atau tempat sekolah, posisi letak meja dan kursi, letak pergedungannya, kamar kecil, tempat parkir, ketersediaan bak sampah, perpustakaan, taman dan kantin. Semua itu hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi siswa didik dan guru dalam melakukan proses belajar mengajar, serta dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa.Namun demikian, banyak sekolah-sekolah yang cenderung tidak memperhatikan peletakkan antara ruang kelas dengan kamar kecil (WC).
Tidak jarang kita temui ada sebagian dari sekolah-sekolah terkadang letak ruang kelas dengan kamar kecil saling berdampingan. Secara tidak disengaja hal ini berdampak cukup buruk bagi siswa didik. Udara yang membawa bau tidak sedap kedalam kelas akan sangat mengganggu konsentrasi siswa, baik pada saat belajar maupun pada waktu terjadinya proses pembelajaran.
Kesejukan udara diakui akan membawa lingkungan kelas yang kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan tanaman atau pepohonan yang dipelihara dengan baik.
Apotik hidup mengelompok dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak didik. Sejumlah kursi dan meja belajar yang teratur rapi yang ditempatkan dibawah pohon-pohon tertentu agar anak-anak didik dapat belajar mandiri diluar kelas dan berinterksi dengan lingkungan.
Kesejukan lingkungan membuat anak didik betah tinggal berlama-lama didalamnya. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 179).Fakta membuktikan ruang kelas yang berantakan dengan tidak memperhatikan peletakkan tempat sampah. Ruangan yang berdebu dan berserakan dengan sampah merupakan faktor yang merugikan bagi anak didik, secara tidak sadar hal ini dapat diakui mengganggu kegiatan belajar anak didik. Anak didik tidak betah tinggal dikelas dan keinginan hati untuk keluar kelas lebih besar dari pada mengikuti pelajaran didalam kelas.Oleh karena itu, pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan lingkungan, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar anak didik.
Lingkungan sosial budayaManusia adalah makhluk dwi tunggal yaitu selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial yang cenderung saling berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain, manusia tidak akan bisa lepas dari lingkungan sosial.Sistem sosial yang terbentuk mengikat yang perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya disekolah.Ketika anak didik berada disekolah, maka ia berada dalam sistem sosial disekolah.
Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati. Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis dan berat ringannya pelanggaran, lahirnya peraturan sekolah yang bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah (Syaiful Bahri Djamarah,2008:179).Lingkungan sekolah langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar seseorang yang sedang memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang lain yang mondar mandir didekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau berbicara didekat tempat belajarnya.
B. Dukungan sekolah untuk menciptakan Students Aktive Learning
Pembelajaran merupakan suatu proses peserta didik berusaha memahami diri dan lingkunagnnya sehingga dia bias mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal. Belajar yang baik harus diiringi dengan kesadaran dan aktivitas diri menemukan dan mencari sesuatu yang bermakna untuk dirinya. Oleh karena itu, belajar yang baik memfasilitasi seluas mungkin peserta didik untuk mengekplorasi, mengelaborasi, dan mengkonfirmasi pengetahuan yang diperolehnya. Kondisi peserta didik secara aktif belajar tersebut dikenal dengan Students Aktive Learning.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa belajar. Peran gurur sebabagai perancang scenario pembelajaran sangat penting. Guru harus mampu membuat pembelajaran menjadi sarana siswa mengekplorasi kemampuannya tanpa harus mengalami tekanan. Oleh karena itu pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif sangat diperlukan. Ada beberapa peran guru dalam menciptakan siswa aktif belajar.
1. Guru sebagai pengajar
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru.Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru harus mampu menciptakan situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
2. Guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing
3. Guru yang profesional
Untuk kepentingan sekolah, memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan bagi proses belajar-mengajar di sekolah itu. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi, jika kita meminjam terminologi dari teorinya McCleland. Di dalam kelas itu seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir divergent dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar terkait dengan fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif – hipotetik, dan sintetik (thought provoking questions). Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas.Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek afektif, dan dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam kategori banking concept of education-nya Paulo Friere, atau learning to have-nya Eric From. Pendek kata, untuk melindungi kepentingan siswa, dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di daerah dalam jangka panjang di masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar.
jika pekerjaan itu memiliki kriteria tertentu. Jika kita mengikuti pendapat Houle, ciri-ciri suatu pekerjaan yang profesional meliputi: (1) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat; (2) harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN-pen.); (3) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi; (4) ada kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat; (5) adanya kesadaran profesional yang tinggi; (6) memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik); (7) memiliki sistem sanksi profesi; (8) adanya militansi individual; dan (9) memiliki organisasi profesi. Efektif
Cara pendidik mensosialisasi Lingkungan untuk optimalisasi peserta didik
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru untuk memperkenalkan lingkungan untuk optimalisasi peserta didik. Cara tersebut adalah:
1. Observasi lingkungan. Observasi ini akan dapat membantu siswa mengenal secara dekat lingkungan belajar yang ada di sekitarnya. Ajarkan bagaimana peserta didik memanfaatkan keseluruhan yang ada untuk mengembangkan potensi dirinya dengan baik. Ajarkan pula etika bersosialisasi dengan lingkungan belajar tersebut.
2. Eksperimen lingkungan. Eksperimen lingkungan bertujuan agar siswa lebih memahami permasalahan lingkungan pendidikan yang ada dan mencoba mencari solusinya. Dengan eksperimen lingkungan ini akan membangkitkan kesadaran pada peserta didik untuk menjaga lingkungan yang ada di sekitarnya.
3. Aksi social. Kegiatan ini bertujuan untuk mengaplikasikan pemahaman yang telah melekat dengan bertindak secara langsung terkait dengan lingkunga. Aksi soasil terkait dengan pemanfaatan sumber pustaka bias dilakukan dengan pecan membaca. Pada hari itu semua warga sekolah harus membaca buku apa saja sesuai dengan yang diminatinya. Dalam hubungan dengan kebersihan, dapat diselenggarakan kegiatan jumat bersih yaitu kegiatan membersihkan lingkungan pada hari jumat tertentu. Hari berbagi dengan menentukan satu hari bagi semua warga sekolah untuk berbagi apa saja bias materi atau non materi pada orang-orang tertentu. Kegiatan ini mengajarkan peserta didik untuk peduli terhadap sesame. Beberapa kegiatan dapat dilakukan selain contoh di atas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar