Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Sebagai salah satu karya sastra, cerpen memiliki fungsi menghibur di samping isi cerita. Bagaimanapun juga isi yang baik apabila dikemas dengan bahasa yang kurang menarik akan membuat pembaca enggan untuk membacanya. Kalau pembaca sudah enggan membaca, bagaimana mungkin isi yang baik yang ingin kita sampaiakan pada pembaca dapat tertangkap oleh pembaca. Oleh karena itu, mau tidak mau keindahan bahasa harus diperhatikan dalam penulisan cerpen.
Untuk memperindah bahasa sebuah cerpen dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertama adalah dengan pemilihan diksi yang bagus dan bermakna dalam. Di samping itu, penggunaan majas juga dapat memperindah bahasa cerpen.
Untuk pemilihan diksi dalam rangka memperindah bahasa cerpen, kita dapat menggunakan beberapa pedoman antara lain
1. Pemilihan kata dari kata-kata yang bersinonim
Kata-kata bersinonim adalah kata yang memiliki kedekatan makna dengan kata yang lain. kedekatan makna tersebut masih memiliki nuansa makna yang berbeda. Sebagai contoh kata [gadis] bersinonim dengan [dara], [perawan]. Kata-kata tersebut akan berbeda makna dan cita rasa yang akn muncul. Demikian pula kata [jatuh], [tersungkur], [terpuruk] yang bermakna sama yaitu kondisi turun atau meluncur ke dengan cepat karena gravitasi bumi. Akan tetapi, ketiga kata tersebut memiliki kedalaman makna yang berbeda-beda. Tersungkur terasa lebih tragis dari sekadar jatuh. Sementara itu terpuruk terkesan lebih dramatis daripada jatuh atau tersungkur.
Bandingkan kalimat berikut ini:
a. Seorang lelaki tua meninggal dunia, tergeletak di trotoar pinggir jalan raya ibu kota tanpa tahu siapa keluarganya.
b. Seorang lelaki renta mampus, tergeletak di trotoar pinggir jalan raya ibu kota tanpa tahu kerabatnya.
Pada kedua kalimat di atas rasanya kata [renta] terasa lebih pas untuk menggambarkan kesengsaraan hidup. Kata [mampus] juga rasanya lebih cocok untuk kondisi yang lebih memprihatinkan.
2. Pemilihan kata dengan menggunakan kata-kata kias
Kata-kata kias adalah kata-kata yang memiliki makna lain atau tak sebenarnya. Sebagai contoh kata [main hati] yang memiliki makna suka melakukan tindakan menduakan perasaannya terhadap laki-laki atau perempuan lain.
Perhatikan contoh pada kalimat berikut:
a. “Kau begitu tega Danu, mempermainkan hatiku dengan bermain api di belakangku.”
Kalimat di atas memiliki beberapa kata bermakna kias yaitu [mempermainkan hati], [bermain api], [di belakangku].
3. Pemilihan kata dengan menggunakan kata-kata yang bermakna simbolis
Terkadang kita juga memerlukan kata-kata yang bermakna simbolis dalam cerpen kita. Kata-kata tersebut digunakan dengan maksud untuk memantapkan karakter dengan mempergunakan simbol-simbol tertentu. Sebagai contoh adalah kata [bunga] yang umumnya melambangkan kecantikan; kata [putih] yang melambangkan kesucian; warna hitam atau kelabu yang melambangkan kesenduan. Kata-kata simbolis ini juga akan memantapkan setting serta perwatakan.
Perhatikan paragraf berikut ini:
Ariyani duduk terpaku, bisu. Pikirannya jauh menerawang menembus batas cakrawala yang tak pernah tersentuh. Menukik dan mencabik rasa yang kini kian pekat dan gelap. Dielusnya perutnya dengan perasaan tak menentu. Di situ telah tumbuh benih Junaedi, pria yang menjadi dewa untuknya tapi kini telah menjadi harimau yang telah mencabik-canik mangsa dan setelah kenyang meninggalkan sisa bangkainya. Yang lebih tragis lagi, Ariyani adalah bangkai itu.
Pada paragraf di atas, tampak adanyakata-kata yang memiliki makna simbolis di antaranya adalah [pekat dan gelap] yang melambangkan perasaan marah, dendam dan kesedihan yang teramat sangat dalam. Di situ juga ada [dewa] yang melambangkan sesuatu yang menjadi tumpuan kehidupannya. Di samping itu ada juga [bangkai] yang melambangkan kondisi seseorang yang tidak lagi memiliki arti dan harapan karena telah menjadi sisa-sisa orang lain.
4. Penggantian kalimat dengan kalimat lain yang bermakna sama
Terkadang kita membuat sebuah kalimat hanya mementingkan isi yang angin di sampaiakan. Padahal dalam membuat cerpen, unsur keindahan bahasa dapat menjadi daya tarik sendiri bagi pembaca untuk terus membaca alur cerita yang kita tulis. Berikut ini adalah contoh penggunaan kalimat yang memiliki makna sama tetapi nuansa dan keindahannya berbeda.
Paragraf 1:
Ayah tak pernah lagi memerhatikanku. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaan kantornya.Tak ada lagi sisa waktunya untuku. Padahal aku adalah anaknya satu-satunya.
Paragraf 2:
Bagi ayah, mungkin aku bukan seseorang yang berharga. Aku tersisih, dikalahkan oleh rutinitas pekerjaan kantor ayah yang tak pernah berakhir. Dia sudah tak punya waktu untuk sekadar tersenyum manis padaku, atau bertanya kenapa hari ini wajahku sangat murung.
Bagaimana menurut Anda? Bukankah penggunaan kalimat pada paragraf kedua terasa lebih menarik dan enak dibaca daripada paragraf pertama. Nah, dengan sedikit kreativitas kita mengolah kata, ternyata cerpen yang kita buat akan lebih bagus dan enak diikuti. Dengan seperti itu, tentunya terbuka peluang bagi kita untuk meraih keuntungan dari kebiasaan menulis cerpen.
Namun demikian, kemahiran menulis cerpen dengan diksi yang bagus ini tidaklah muncul dengan sendirinya. Semua itu harus kita latih dan latih. Untuk memperkaya diksi dan gaya bercerita, perbanyaklah membaca karya sastra atau cerpen orang lain. dengan demikian, kita akan lebih kaya diksi dan gaya bercerita. Kekayaan kita itu akan sangat berguna saat kita menulis cerpen atau karya sastra lainnya.
Di samping penggunaan diksi, untuk memperindah cerpen yang kita buat, kita juga bisa menggunakan majas atau gaya bahasa. Secara garis besar majas terbagi menjadi empat yaitu:
1. Majas Perbandingan yang isinya membandingkan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. majas perbandingan sebenarnya sangat banyak. Namun, dalam kesempatan ini, akan dibahas beberapa majas perbandingan yang sering muncul dalam sebuah cerpen. Beberapa majas yang termasuk dalam majas perbandingan adalah
a. Personifikasi yaitu majas yang isinya memanusiakan benda mati. Dengan kata lain, majas ini memperlakukan benda mati layaknya manusia dengan segala tingkah polahnya. Perhatikan contoh berikut ini:
Malam begitu kelam. Sepi, seperti tanpa kehidupan. Hari rasanya telah mati. Bulan dan bintang di langit pun terasa enggan untuk sekedar menyapa malam.
b. Hiperbola yaitu pengungkapan sesuatu secara berlebihan agar terkesan lebih dramatis. Pengungkapan tersebut menjadikan ketidaksesuaian dengan kenyataan yang ada secara riil. Perhatikan contoh berikut ini:
Siang begitu terik membakar ubun-ubun tanpa mengenal lelah. Sementara hiruk-pikuk kendaraan memperparah neraka dunia siang itu. Namun, Pak Diun harus tetap bekerja mengangkut puing-puing bangunan yang baginya adalah harapan hidup untuk keluarganya untuk sehari atau dua hari. Keringat membanjir mengguyur tubuh kurus hitam yang kian renta. Tenaganya sudah semakin payah tetapi Diun tua harus tetap berjuang dan berjuang sampai maut menjemputnya.
c. Similie pengungkapan perandingan sesuatu dengan lainnya dengan memnggunakan kata-kata yang berfungsi sebagai pembanding. Kata-kata yang biasa digunakan adalah bagaikan, ibarat, seperti, laksana, seperti. Berikut adalah contoh penggunaan majas similie dalam sebuah paragraf
Pagi begitu bersahabat dengan Dita gadis Jakarta yang baru saja tinggal di desa. Baginya pagi ini bagaikan pagi di sebuah surga yang begitu menyenangkan. Bagaimana tidak, suasana pagi seperti pagi ini tak pernah dia rasakan selama hampir tujuh belas tahun usianya sekarang. Burung-burung berkicau seperti menyapa selamat pagi padanya. Bunga-bunga dan rimbun dedaunan di halaman depan rumah papan itu ia rasakan laksana taman nirwana. Jauh sekali dengan kondisi rumah di Jakarta yang sudah padat dengan beton dan bangunan yang acak-adul dengan hiruk-pikuknya yang tak pernah henti.
d. Sinestesia yaitu pengungkapan rasa yang tertangkap oleh satu indra tetapi diungkapkan dengan tanggapan indra yang lainnya. Untuk lebih jelasnya penggunaan sinestesia dalam cerpen, berikut ini adalah contoh penggunaan majas sinestesia
Andri pulang dengan sambutan istrinya yang dingin. Tak seperti biasanya Dewi, istrinya yang selalu menyambut kepulangannya dengan senyuman lebar seolah mendapatkan sesuatu yang telah lama diidamkannya.
“Ada apa sih,Wi, tak biasanya kamu menyambut kepulanganku dengan sikap seperti itu? Tanya Andri memecah kekakuan di antara mereka. Dewi diam. Hanya senyuman masam yang ia lukis di sudut bibirnya.
“Kalau aku salah, maafkanlah, tapi tolonglah, jangan engkau diam seperti itu ,Wi” lanjut Andri. Ditatapnya Dewi dengan rasa penuh penyesalan. Tapi sungguh Andri tak tahu di mana letak kesalahannya. Ia biasa pulang pukul empat sore setiap hari. Dia juga biasa pula mengecup kening istrinya setiap baru pulang kerja. Di ingatnya dengan susuah payah apa yang telah dia lakukan sepanjang hari itu. Akan tetapi hasilnya nol. Andri merasa hari ini tidak ada yang aneh dengan dirinya. Peristiwa aneh satu-satunya adalah sekarang Dewi, istrinya menyambut kedatangannya dengan dingin.
Dalam penggalan cerpen di atas tampak adanya penggunaan majas sonestesia seperti /sambutannya dingin/, senyum masam/
2. Majas penegasan yaitu majs yang isinya menegaskan sesuatu yang telah diungkapkan sebelumnya. Beberapa majas penegasan yang dapat kita gunakan dalam cerpen yang akan kita buat adalah
a. Klimaks yaitu majas yang mengungkapkan sesuatu pikiran secara berturut-turut dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Apabila kita mengungkapkan sesuatu dari yang kompleks terlebih dahulu kemudian berturut-turut ke hal yang lebih sederhana, disebut dengan antiklimaks. Untuk lebih jelasnya coba amati paragraf berikut ini
Ah betapa repotnya hidup tanpa wanita. Dunia terasa lebih sempit dan merepotkan. Bagaimana tidak, baru sehari Dina tidak di rumah, rumah sudah seperti kapal pecah. Pada mulanya aku menganggap remeh tugas rumah yang biasa Dina, istrinta lakukan. Oleh karena itu, saat Dina meminta izin untuk pergi menengok ibunya yang sedang sakit di kampung, dia mengiyakan saja. Tak pernah terpikir aku harus bangun pagi-pagi mencuci baju dan menyiapkan sarapan untuk Alit dan Dafa, anakku. Belum selesai pekerjaan dilakukan Dafa menangis karena minta ee. Selang sesaat kemudian aku harus segera menyiapkan sarapan pagi dengan menu yang berbeda untuk kedua anakku. Alit minta nasi goreng sementara Dafa minta dibuatkan sereal dengan kuah susu strowberi. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Mereka sudah harus aku antarkan ke sekolah. Padahal aku belum juga mandi untuk berangkat keraja. Ah, teringat juga laporan bulanan yang belum juga selesai ia kerjakan tadi malam. Padahal hari ini aku harus menyampaikannya pada Bos di kantor. Ya, Tuhan bagaimana mungkin aku bisa melakukan ini.
Dari paragraf di atas tampak adanya peningkatan kerepotan dan keterdesakan waktu dalam melaksanakan tugas pada suatu pagi. Apakah Anda merasakan peristiwa diawali dengan lebih rileks kemudian berangsur-sngsur menegangkan?
b. Inversi yaitu suatu majas yang menggunakan kalimat dengan pengedepanan predikat sebelum subjek. Coba bandingkanlah kalimat berikut:
1) Dibukanya jendela kamar lebar-lebar. Bertiuplah udara segar yang segera ia hirup dalam-dalam memasuki hidung dan paru-parunya.
2) Jendela dibuka dengan lebar. Udara bertiup segar segera ia hirup dalam-dalam memasuki hidung dan paru-parunya.
Rasanya kita setuju kalimat pertama terasa lebih enak dibaca darpada kalimat kedua. Hal itu terjadi karena pada kalimat pertama menggunakan bentuk inversi sedangkan kalimat kedua tidak.
c. Repetisi yaitu majas yang menggunakan perulangan kata, frasa, atau kalusa dalam suatu kalimat. Majs repitisi ini dapat kita gunakan saat kita membuat dialog pada cerpen. Perhatikan contoh berikut ini:
“jangan, Bram, jangan. Bukankah engkau telah berjanji padaku untuk menutup rapat rahasia kita? Jangan kau lakukan itu, Bram. Aku tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi kalau engkau sampai mengatakan rahasia itu pada Bapakku. Engkau tahu bapakku temperamental kan. Engkau juga tahu, bapakku tak akan segan-segan mencaci maki bahkan menghajarku kalau beliau tahu burung kesayangannya tidak hilang, tetapi telah aku jual.” Margi terdiam sesaat mengatur nafas. Tatapannya sendu penuh dengan harapan yang teramat sangat pada temannya Ibrahim untuk tidak menceritakan perbuatannya pada bapaknya.
d. Retoris yaitu majas yang mengungkapkan pertanyaan yang jawabannya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut sehingga tidak perlu dijawab. Majas retoris ini akan lebish cocok digunakan dalam bentuk dialog antar tokoh pada cerpen yang akan kita buat. Berikut ini adalah contoh penggunaan majas retoris dalam penggalan cerita:
“jangan diam saja, Anwar! Bukankah aku berbicara dengan manusia yang masih memiliki hati? Sungguh teganya engkau perlakukan aku dan anak-anak yang juga darah dagingmu sendiri.” Asri kalap. Dari sudut matanya telah mengalir dengan deras air mata penderitaan yang telah dia tanggung selama tiga tahun ditinggal Anwar.
“Begitukah kelakuan orang yang katanya berpendidikan tinggi? Tega meninggalkan anak dan istri dalam penderitaan sementara dia asyik bermesraan dengan perempuan lain.”
Dalam penggalan cerita di atas terdapat bentuk-bentuk retoris yaitu
“Bukankah aku berbicara dengan manusia yang masih memiliki hati?” kalimat pertanyaan ini tentunya tidak perlu dijawab karena antara yang bertanya dengan yang ditanya sudah sama-sama tahu akan jawaban yang dikehendaki. Demikian pula kalimat “Begitukah kelakuan orang yang katanya berpendidikan tinggi?” . Kedua kalimat retoris tersebut hanya berfungsi menegaskan maksud si pembicara.
3. Majas Sindiran
Kelompok majas sindiran ini terbagi menjadi beberapa bentuk dari yang halus sampai pada yang kasar. Kesemuanya memiliki kesamaan yaitu ingin menunjukkan kelemahan atau kekurangan orang yang disindir. Bentuk majas sindiran yang ada adalah:
a. Ironi yaitu sindiran halus dengan cara mengungkapkan sesuatu secara berlawanan dari kondisi yang nyata. Majas Ironi ini dalam sebuah cerpen dapat kita gunakan dalam dialog antartokoh cerita. Berikut ini adalah contoh penggunaan majas ironi yang ada dalam sebuah cerita
“Selamat pagi, Di. Wah rapi sekali kau hari ini?” sapa pak guru saat Dudi memasuki ruang kelas. Dudi hanya menunduk malu dan dengan tergesa merapikan bajunya yang belum dimasukkan ke dalam celana biru yang dikenakannya. Sementara, anak-anak dalam kelas itu terlihat cekikan sambil melihat Dudi yang salah tingkah.
“Boleh saya duduk ,Pak?”tanya Dudi dengan takut-takut.
“Oh, boleh. Untuk anak serajin kamu masak tidak ada dispensasi. Besok bisa berangkat lebih pagi lagi,kan?”
4. Majas pertentangan
Beberapa majas yang termasuk pada majas pertentangan yang dapat kita gunakan dalam cerpen adalah
a. Paradoks adalah majas yang mengungkapkan sesuatu yang seolah-olah bertentangan tetapi secara logika tidak. Perhatikan contoh penggunaan paradoks pada kutipan berikut ini:
Lampu-lampu diskotik dan hingar-bingarnya musik di dalamnya tak juga mampu membuat Santi terhibur. Baginya dunia terasa sunyi dan gelap sejak Andika pergi meninggalkannya dua bulan lalu. Cintanya pada cowok pendatang baru di kampusnya itu sudah cinta mati. Tapi ternyata kkebahagiaan dan sumriangahnya dunia hanya ia reguk sesaat. Setelah itu dia seakan dihempaskan pada kesendirian yang teramat sepi karena Pras cowk yang menjadi harapan kebahgiaanya telah direnggut oleh Leukemia.
b. Kontradiksi interminis yaitu Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Pada cerpen, majas ini dapat dipergunakan pada ilustrasi maupun pada dialog. Sebagai contoh lihat paragraf berikut ini:
Semua peserta sudah siap mengikuti upacara bendera di lapangan sekolah petugas sudah bersiap pada posisi masing-masing. Bapak dan ibu guru sudah berada di tempat yang tersedia untuk mereka. Tiba-tiba dari kejauhan, muncul Andika berlari ke lapangan upacara. Tampak siswa kelas tujuh tersebut tersengal-sengal dengan tas di punggungnya yang terkesan berat.
Pada paragraf tersebut ada sesuatu yang dipertentangkan yaitu kalimat yang menyatakan Semua peserta sudah siap mengikuti upacara bendera di lapangan sekolah sementara di lain kalimat dikatakan Tampak siswa kelas tujuh tersebut tersengal-sengal dengan tas di punggungnya yang terkesan berat. Bukankah itu berarti sebuah pertentangan?
Sangat bermanfaat
BalasHapusMantap, terima kasih informasinya, sanga bermanfaat
BalasHapusizin share bang,
BalasHapusemang bener, kadang kalo bikin cerita harus pinter-pinter pilih kata bersinonim, jangan ampe ngulang kata/bagian yang sama dalam satu paragraf, dan sejenisnya. Kalo ane pribadi sih palingan masih bingung pas bikin dialog antar tokoh :3