BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMembaca merupakan suatu aktivitas mendalami suatu informasi melalui lambing-lambang huruf. Dengan membaca orang dapat memahami apa yang diinformasikan penulis dalam karyanya. Pemahaman itulah yang akan digunakan orang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang banyak membaca akan mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Dengan pengetahuan yang dimiliki itu, orang dapat mengkomunikasikan kembali dalam bentuk lisan atau tulisan. Dengan kata lain, membaca dapat membantu seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang lain.
Namun, kondisi pembelajaran membaca di sekolah pada umumnya mengalami hambatan yang cukup serius. Hambatan tersebut dibuktikan dengan rendahnya minat baca siswa. Indikator yang menunujukkan itu adalah tampak kurang antusiasnya anak berkunjung ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku untuk dibaca di rumah. Kondisi semacam itu diperperah lagi dengan kondisi perpustakaan yang kurang menunjang. Minimnya koleksi bacaan yang ada di perpustakaan membuat siswa enggan membaca. Rendahnya minat baca siswa tersebut ternyata berpengaruh pula terhadap pemahaman siswa saat mereka melakukan kegiatan membaca.
Salah satu potret pendidikan seperti hal di atas terjadi pula di SMP Negeri 2 Bojong Kabupaten Tegal. SMP ini terletak di daerah pedesaan dengan fasilitas yang serba kurang. Dilihat dari kondisi perpustakaan yang merupakan salah satu faktor pembangkit minat baca, SMP 2 Bojong memang pantas kalau menjadi sekolah dengan minat baca siswa rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi perpustakaan yang sangat minim dengan koleksi bahan bacaan yang sesuai dengan minat siswa. Koleksi bahan pustaka lebih difokuskan pada buku-buku pelajaran yang dapat meningkatkan hasil ujian nasional seperti buku-buku pelajaran wajib dan buku referensi yang terkait dengan pelajaran.
Dilihat dari proses pembelajaran membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ternyata adanya sumbang saran untuk memperparah kondisi minat baca siswa yang rendah. Proses pembelajaran yang terjadi masih jauh dari harapan. Hal tersebut ditandai dengan beberapa hal yaitu
1. Kurangnya media dan sumber belajar untuk pembelajaran membaca.
2. Masih adanya persepsi yang keliru bahwa anak SMP semua sudah bisa membaca sehingga pembelajaran membaca kurang dianggap penting.
3. Pembelajaran membaca menggunakan metode yang konvensional, yaitu anak diberi tugas membaca buku kemudian mengerjakan pertanyaan-pertanyaan.
Tentunya pembelajaran secara konvensional tersebut memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut adalah
1. Proses membaca siswa tidak terpantau karena proses membaca dilakukan di rumah atau di sekolah tetapi guru tidak memantau.
2. Adanya kemungkinan siswa mencontek hasil kerja temannya atau bukan hasil pekerjaannya sendiri.
3. Penilaian hanya ada pada tingkat hapalan.
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan selama tiga hari di sekolah bersama guru, siswa, dan petugas perpustakaan dapat ditarik kesimpulan (1) pembelajaran membaca masih menggunakan model yang kurang inovatif; (2)kekuranginovatifan tersebut menjadikan kegiatan membaca siswa hanya terbatas pada tugas yang dibebankan; (3)kurangnya membaca siswa menjadikan rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibaca. Mereka dapat menjawab pertanyaan isi bacaan hanya apabila siswa diberi kesempatan untuk membuka-buka kembali bacaan; (4) rendahnya tingkat pemahaman siswa menjadikan mereka kurang mampu mengungkapkan kembali isi cerita baik secara lisan maupun secara tulisan dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. Kondisi tersebut ternyata terjadi pada keseluruhan kelas dari kelas VII, VIII, dan IX. Tentunya kejadian seperti itu membuat rendahnya nilai membaca siswa terutama pada kompetensi dasar tentang membaca pemahaman. Dari data yang ada, lebih dari 50% siswa dalam penilaian membaca pemahaman, memperoleh nilai di bawah standar kompetensi minimal (KKM) sekolah sebesar 65.
Bertolak dari hasil observasi tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut akan difokuskan pada penelitian kompetensi membaca pemahaman. Jalan keluar yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah pemberian alternatif pelaksanaan pembelajaran membaca dengan model dan teknik yang berbeda. Di samping itu, model yang diambil juga harus dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa yang menyeluruh baik pada pemahaman isi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan kuis maupun kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun secara tulisan. Model yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model jigsaw. Alasan pemilihan model ini adalah
1. Model ini dilaksanakan dengan kooperatif atau kerja sama. Dengan kerja sama ini anak akan terpacu untuk melaksanakan kegiatan membaca karena adanya motivasi dari teman sebaya.
2. Adanya tanggung jawab individu yang tinggi meskipun dilakukan secara kolaboratif.
3. Model ini tidak memberatkan siswa untuk membaca buku secara keseluruhan. Dengan demikian siswa tidak terbebebani dengan tugas membaca.
4. Model ini merupakan model yang mampu mengintegrasikan semua keterampilan berbahasa. Dari pelaksanaan model ini diharapkan siswa akan memahami manfaat membaca bagi dirinya.
Harapan penulis, penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk mengatasi permasalahan membaca akan dapat mencapai hasil yang optimal.
B. Perumusan Masalah
Melihat latar belakang di atas, muncullah berbagai permasalahan yang terjadi. Dalam peneltian yang dilakukan, permasalahan yang dikemukakan adalah
1. Apakan dengan penerapan model jigsaw dalam pembelajaran membaca, pemahaman siswa terhadap bacaan dapat meningkat?
2. Berapakah peningkatan pemahaman siswa dengan penerapan model jigsaw?
3. Bagaimana pelaksanaan model jigsaw dalam pembelajaran membaca?
C. Tujuan Peneltian
Penelitian tentang model jigsaw dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah
1. Mengetahui peningkatan membaca pemahaman siswa yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa menceritakan kembali isi cerita.
2. Mencobakan alternatif model pembelajaran yang lebih inovatif.
3. Mengintegrasikan pembelajaran membaca dengan keterampilan berbahasa yang lain.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
1. Manfaat bagi Siswa
a. Melatih siswa membaca secara kolaboratif.
b. Melatih siswa memanfaatkan dan melatih semua keterampilan berbahasa.
c. Memotivasi siswa untuk gemar membaca.
2. Manfaat bagi Guru
a. Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang menyenangkan.
b. Memotivasi guru untuk terus berinovasi dalam pembelajaran di kelas.
a. Memberikan gambaran untuk melakukan penelitian yang serupa.
3. Manfaat bagi Sekolah
Memacu bagi semua warga sekolah agar proses pembelajaran yang direncanakan berorientasi pada pembelajaran yang inovatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
4. Manfaat bagi Khasanah Keilmuan
Memberikan gambaran pembelajaran bagi suatu model pembelajaran yang telah ada dengan pemberian modifikasi yang harmonis sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar