Kompetensi Dasar :
7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama
Indikator :
• Mampu menentukan unsur-unsur intrinsik teks drama
• Mampu menganalisis teks drama berdasarkan unsur-unsur intrin¬siknya
• Menganalisis keterkaitan antar¬unsur intrinsik dalam teks drama
RINGKASAN MATERI
Drama merupakan sebuah karya sastra yang berbentuk dialog-dialog yang akan dilakonkan. Hal ini dipertegas dengan pendapat Usul Wijayanto drama Yaitu karangan yang berisi cerita atau lakon (Usul Wijayanto, Via Didik Komaidi,2008) Drama pada umumnya didesain untuk dipertunjukkan di atas panggung . pendapat ini dipertegas Abdul Rozak Zaidan yang mengatakan bahwa drama merupakan karya sastra yang berbentuk dialog-dialog yang bertujuan untuk dipentaskan.(Abdul Rozak Zaidan). Untuk itu, sebelum dipentaskan, teks tertulis atau yang kita kenal dengan naskah drama perlu dipelajari. Dari sini dapat kita ketahui bahwa drama tanpa pementasan belumlah menjadi drama yang utuh sebagai karya sastra. Dia baru menjadi naskah drama yang menanti untuk dipentaskan di atas panggung.
secara fisik unsur-unsur drama memiliki berbedaan dengan prosa. Perbedaan tersebut adalah
a. Tokoh dan perwatakan pada naskah drama menjadi bagian yang vital karena tokoh dan perwatakan akan menentukan bagaimana dialog yang akan dibuat. Perwatakan tokoh ini menentukan konflik-konflik yang akan dimunculkan. Oleh karena itu, biasanya tokoh dan perwatakan naskah drama sudah ditentukan di pra penyususnan naskah drama. Di samping dialog, menunjang perwatakan tokoh, diperlukan juga ilustrasi tentang penampilan tokoh.
b. Latar belakang pada naskah drama dibuat dalam bentuk ilustrasi-ilustrasi yang bersifat petunjuk bagaimana mewujudkan setting tersebut di dalam panggung. Semakin detail ilustrasi setting, akan semakin mempermudah menghadirkan setting tersebut di panggung. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan setting drama adalah kemudahan dalam menghadirkan setting tersebut menggunakan properti.
c. Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita. Asep Yudha Wirajaya mendefinisikan alur sebagai jalan cerita dari awal sampai akhir (Asep Yudha Wirajaya: 111). Pendapat ini dipertegas lagi dengan pendapat Teguh Wibowo yang mengatakan plot atau alur sebagai rangkaian peristiwa yang berkaitan satu sama lain dengan hubungan sebab akibat.
Beberapa macam alur dapat dibuat oleh pengarang dalam sebuah prosa. Berbeda dengan drama. Drama merupakan bentuk karya sastra yang tujuannya untuk dipentaskan di atas panggung. Oleh karena itu, penentuan alur drama tidak sebebas alur prosa. Ada beberapa panduan menentukan alur drama yaitu (1) kemudahan penonton memahami dan mengikuti jalan cerita; (2) kemudahan pemain memerankan tokoh ceritanya dengan baik; (3) penampilan drama secara utuh.
Alur atau plot tersusun menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam membentuk sebuah cerita yang utuh. Bagian-bagian alur drama secara umum terdiri dari
1) Perkenalan atau pembukaan yaitu mulai munculnya tokoh-tokoh cerita dengan berbagai karakter, dan setting cerita.
2) Konflik muncul atau penggawatan yaitu mulai munculnya permasalahan awal sebuah cerita. Permasalahan muncul baik antara tokoh dengan tokoh lainnya maupun antara tokoh dengan dirinya sendiri.
3) Perumitan atau penanjakan yaitu permasalahan-permasalahan muncul kait-mengait menjadi permasalahan inti semakin rumit.
4) Klimaks yaitu puncak permasalahan dalam sebuah cerita.
5) Penyelesaian yaitu cerita berakhir.
(Teguh Wibowo DKK : 174)
Pada umumnya sebelum penyelesaian ada bagian antara setelah klimaks. Bagian antara tersebut sering dinamakan sebagai anti klimaks. Antiklimaks merupakan penurunan setelah masalah sampai pada puncaknya. Antiklimaks ini mengantarkan antara klimaks dan penyelesaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar