Rabu, 06 April 2011

MENYUNTING : Kata baku dan Tidak Baku

Kegiatan menyunting memerlukan pemahaman tentang kaidah bahasa yang kompleks. Pemahaman tersebut meliputi ejaan, diksi, tata tulis, kohesi dan koherensi. Bukan itu saja, symbol-simbol penyuntingan juga harus dikuasai oleh penyunting.
Dalam pembelajaran menyunting di kelas IX SMP, materi ini tentunya harus diajarkan secara bertahap. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan bagian dari teori bahasa yang harus dikuasai oleh editor atau penyunting. Mudah-mudahan secara keseluruhan akan dapat dimuat dalam blog ini.

Kata baku
Kata baku adalah kata-kata yang benar dalam penulisan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata baku ini biasanya digunakan pada tulisan-tulisan yang sifatnya resmi atau formal. Sebagai bahan rujukan sebuah kata termasuk baku atau tidak adalah pedoman pembentukan istilah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan pedoman pembakuan kata dalam bahasa Indonesia.
Mengapa ada kata baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia? Jawaban yang paling tepat dari pertanyaan ini adalah sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Telah kita ketahui bersama bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Namun, coba kita bandingkan sekarang. Apakah ada perbedaan? Perbedaan tersebut dikarenakan bahasa Indonesia berkembang dengan melakukan penyerapan kata-kata dari bahasa asing di luar bahasa Indonesia. Bahasa asing tersebut bias dari bahasa Jawa, Sunda, Batak, Arab, Inggris, Belanda, Jepang, atau bahasa yang lainnya. Saat sebuah bahasa masuk dalam daftar bahasa Indonesia, tentunya mereka harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian dimaksudkan untuk mempermudah pengucapan oleh masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku bangsanya. Hasil penyesuaian yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa itulah yang kita sepakati sebagai kata baku.
Ada beberapa tanda sebuah kata dikatakan baku atau tidak. Tanda tersebut adalah
1. Keseuaian penulisan.
2. Tidak adanya pengaruh bahasa daerah baik diksi maupun tatabahasa.
3. Tidak terjadi ketumpangtindihan penggunaan
4. Logis diterima oleh akal
5. Lengkap unsure pembentuknya

A. Kesesuaian penulisan
Seringkali kita dibingungkan oleh dua kata yang sama tetapi berbeda dalam penulisan. Lalu manakah yang benar. Untuk mengetahui yang benar silahkan cek pada KBBI. Sebagai contoh:
Jadual / Jadwal
Analisa / Analisis
Melegalisir / Melegalisasi
Mengkatrol / Mengatrol

Catatan :
Kata-kata yang berawal huruf /K/,/P/,/T/,/S/ apabila mendapakan prefix atau awalan yang mengandung nasal, huruf awalnya luluh berganti dengan bunyi nasal.
MeN+Kail = [Mengail] bukan *[Mengkail]
PeN+Putih = [Pemutih] bukan *[Peputih]
MeN+Tulis = [Menulis] bukan*[metulis]
peN+Sapu = [Penyapu] bukan *[pesapu]

B. Tidak Terpengaruh bahasa asing

Ada beberapa kata yang sering dipakai tetapi kata-kata tersebut terpengaruh bahasa asing.
Sebagai contoh kata enggak, kagak, yang terpengaruh bahasa Betawi
Di samping pada tataran kata, juga terjadi pada tataran kalimat.
Contoh:
Namanya siapa?
Ini merupakan kalimat yang salah karena terpengaruh bahasa Jawa. Kalimat tersebut diterjemahkan langsung dari kalimat bahasa Jawa
Jenenge sapa?
Jeneng diterjemahkan sebagai nama; sufiks –e diterjemahkan sebagai –nya; dan sapa menjadi siapa. Kalimat yang benar seharusnya
Namamu siapa?

C. Tidak Tumpang Tindih
Seringkali kita mendengar dalam pidato resmi seseorang mengatakan dua kata atau lebih yang sama artinya dalam sebuah kalimat. Tentunya inimenjadi sumber kesalahan. Mengapa harus dua tiga kata dipakai sekaligus kalau satu kata sudah cukup.
Contoh:
Disebabkan karena seharusnya disebabkan oleh atau dikarenakan oleh.
Hanya berdua saja. Seharusnya hanya berdua atau berdua saja.
Sepertri misalnya harusnya seperti atau misalnya.
Sangat pandai sekali harusnya sangat pandai atau pandai sekali.

D. Logis atau diterima akal
Terkadang terdapat kalimat yang kalau kita nalar itu tidak ketemu akal. Coba bandingkan kalimat ini:
*Amir berhasil menundukkan Ahmad.
Amir berhasil mengalahkan Ahmad.

*Anisa berhasil menduduki peringkat satu dikelas.
Anisa berhasil meraih peringkat satu di kelas.

E. Lengkap unsure pembentunya.
Dai surat kabar sering terjadi kalimat yang kurang lengkap unsure pembentunya dengan dalih penghematan. Namun, secara bahasa, alas an tersebut tetap tidak bias diterima.
Contoh:
Presidan lantik menteri kabinet persatuan.
Seharusnya
Presiden melantik menteri kabinet persatuan.



Tentukan bentuk baku kalimat berikut ini
1. Saya nggak bisa ngerjain soal itu.(3)
2. Guru BP panggil beberapa siswa-siswa bermasalah.(2)
3. Anak-anak hendak akan mengambil ijasah.(2)
4. Lagi ngapain,Bud?(2)
5. Jam pelajaran ke empat adalah ketrampilan merangkai prangko.(2)
6. Anak-anak paling terpandai mau dikasih hadiah oleh kepala sekolah.(3)
7. Bencana alam yang disbabkan karena penebangan liar seperti misalnya banjir dan longsor. (2)
8. Kita harus membikin kelas ini jadi bersih dan indah.(2)
9. Pertanggung jawaban manusia dihadapan Tuhan bersifat individu.(2)

Jawablah dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia!
1. Lelaki yang berkacamata itu, adik ibuku. Beliau seorang tentara yang bertugas di TNI angkatan darat. Sudah lama beliau tidak berkunjung ke rumah kami,keluarga satu-satunya, di Jakarta. Oleh karena itu, beliau memanfaatkan waktu cutinya untuk menengok kami.
Kesalahan tanda baca yang terdapat pada paragraf di atas adalah…
a. Tanda koma pada kalimat pertama
b. Tanda titik pada kalimat kedua
c. Tanda koma pada kalimat ketiga
d. Tanda koma pada kalimat keempat

2. Peristiwa tabrak lari itu terjadi di depan sekolah kami. Korban dua orang dan keduanya dalam kondisi luka parah. Salah seorang saksi segera melapor kekantor polisi. Polisi segera merespon laporan tersebut dan sekarang pelaku sedang di kejar oleh polisi.
Penulisan yang salah pada paragraf di atas adalah…
a. Di depan
b. Keduanya
c. Kekantor
d. Di kejar

3. Berikut ini adalah penulisan gabungan kata yang benar…
a. Sulaiman harus mempertanggung jawabkan perbuatannya telah mencuri kambing pak Sanusi.
b. Santi dianakemaskan oleh keluarganya karena dia merupakan anak tunggal.
c. Rambut gadis itu dikepangkuda
d. Kita harus berlapangdada dalam menghadapi cobaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar